Febi Ramdhani Rachman
12100117143
Preseptor :
Hana Sofia Rachman, dr., Sp. A
Badan Kuning
Bayi laki-laki lahir dari seorang ibu P3A0. Bayi mengalami kulit badan
kuning beberapa jam setelah lahir. Keluhan kuning muncul secara tiba-tiba.
Warna kuning tipis merata berawal dari wajah, leher, dada, punggung sampai
ke bagian paha bayi. Keluhan kuning dirasakan menetap. Bayi tampak aktif
dengan napas tidak merintih. Tidak ada hambatan dalam asupan cairan, bayi
sudah BAB dalam 24 jam setelah lahir namun belum BAK.
Keluhan kuning disertai dengan bayi tidak aktif pada hari pertama.
Ibu bayi juga menuturkan ASI yang keluar pada hari pertama tidak terlalu
banyak dan bayi tidak aktif sehingga ibu pasien hanya memberikan ASI
2x pada hari pertama. Keesokan harinya, ibu bayi mulai memompakan
ASInya dan ASI sudah mulai keluar sedikit demi sedikit.
Ibu bayi menyangkal anaknya terlihat seperti pucat, adanya jantung
berdebar, sesak nafas, sulit menetek ataupun bayi menjadi terlihat
lemas. Ibu bayi menyangkal anaknya terdapat demam, penurunan
nafsu makan, muntah, ataupun air kencing yang berwarna lebih gelap
seperti air teh. Keluhan kuning tidak disertai dengan adanya perubahan
warna BAB yang berwarna seperti dempul pada anaknya. Ibu bayi
menyangkal anaknya terdapat penurunan kesadaran, kelemahan pada
otot-otot bayi, dan menangis melengking.
Ibu bayi mengatakan bahwa golongan darahnya adalah O, dan golongan darah
suaminya adalah B. Menurut ibu bayi berdasarkan keterangan dari hasil pemeriksaan,
golongan darah anaknya adalah B. Ibu bayi mengatakan pada anaknya tidak ada bagian
kepala yang terlihat lebih menonjol, tidak ada perdarahan yang keluar dari bagian anus, dan
tidak pula tampak mengalami memar-memar pada tubuh anaknya. Ibu bayi menyangkal
adanya pembesaran di bagian leher anaknya, ataupun lidah anaknya yang terlihat keluar
dan menonjol. Ibu bayi mengatakan saat hamil ibu bayi tidak mengalami penyakit diabetes
melitus ataupun mengkonsumsi obat-obatan lain selain dianjurkan oleh dokter kandungan.
Ibu bayi juga menyangkal saat persalinan ibu sedang sakit. Orangtua pasien tidak memiliki
riwayat penyakit kuning, transfusi darah, penggunaan tato atau pemakaian jarum suntik
bersama.
Bayi dilahirkan dari ibu P3A0 yang berusia 39 tahun, lahir di
RS secara spontan dengan usia kehamilan 39-40 minggu.
Menurut ibu bayi ketika lahir ketuban belum pecah dan
ketika pecah air ketuban keruh berwarna hijau.
RIWAYAT PENYAKIT
SEBELUMNYA
Keluhan kuning baru pertama kali dialami oleh bayi. Bayi tidak
memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
Skor =1+0+0+0+0
=1
– OTOT
Atrofi (-), hipotonus (-)
– TULANG
Deformitas (-)
– SENDI
Edema (-), Eritema (-), ROM tidak terbatas
KEPALA
–Bentuk : normocephalic, tidak cekung, cephalhematoma (-)
–Wajah : dismorfik (-)
–Fontanel : belum menutup, lunak, : 2-3cm
–Rambut : hitam halus, tidak mudah rapuh
–Mata : simetris, pupil bulat isokor, sklera ikterik (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), refleks cahaya (+/+),
edema palpebral (-/-)
–Hidung : bentuk normal, simetris, deviasi septum (-/-), sekret (-/-), PCH (-/-)
–Telinga : bentuk dan letak normal, simetris (+), sekret (-/-)
MULUT
-Bibir : mukosa oral basah, perioral cyanosis (-)
-Gigi : (-)
-Gusi : hiperemis (-), edema (-), darah (-)
-Lidah : tidak ada kelainan, makroglossi (-)
–Palatum : tidak ada kelainan
LEHER
– JVP : tidak terdapat peningkatan JVP
– Kel. Tiroid : tidak terdapat pembesaran kel. tiroid
– KGB : tidak terdapat pembesaran KGB
– Retraksi suprasternal : tidak ada
THORAX ANTERIOR
–Paru-paru
– Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris retraksi intercostal (-)
– Palpasi : sulit dinilai
– Perkusi : sulit dinilai
– Auskultasi : BVS kanan=kiri, wheezing (-/-), ronchi (-/-)
–Jantung
– Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
– Palpasi : sulit dinilai
– Perkusi : sulit dinilai
– Auskultasi : S1 dan S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)
THORAX POSTERIOR
– Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
– Palpasi : sulit dinilai
– Perkusi : sulit dinilai
– Auskultasi : BVS kanan=kiri, wheezing (-/-), ronchi (-/-)
ABDOMEN
–Inspeksi : cembung, retraksi epigastrium (-), tali pusat belum lepas
–Auskultasi : bising usus (+)
–Palpasi : lembut, nyeri tekan (-),
–Perkusi : tympani (+)
–Hepar: tidak teraba pembesaran
–Spleen : tidak teraba pembesaran
ANOGENITAL
–Anus : lubang (+), perianal rash (-),
–Genital : testis turun lengkap, hipospadia (-), epispadia (-)
–BAB (+), BAK (-)
EKSTRIMITAS
EKSTRIMITAS ATAS
–Bentuk : normal, deformitas (-)
–Jari : kuku jari lengkap, sindaktiia (-), polidaktilia -)
–Plantar crease : garis lipatan pada seluruh telapak kaki
–Akral hangat, CRT < 3 detik
–Cyanosis perifer (-), ptechiae (-), ikterik (-)
EKSTRIMITAS BAWAH
–Bentuk : normal, deformitas (-)
–Jari : kuku jari lengkap, sindaktiia (-), polidaktilia -)
–Plantar crease : garis lipatan pada seluruh telapak kaki
–Akral hangat, CRT < 3 detik
–Cyanosis perifer (-), ptechiae (-), ikterik (-)
STATUS NEUROLOGI
Refleks Primitif
–Refleks Babinski : +/+
–Refleks Moro : +
–Refleks Palmar : +/+
–Refleks Plantar : +/+
–Refleks Rooting :+
–Refleks Sucking :+
–ATNR : +
RESUME
1. Tatalaksana Umum
–Rawat inap
–Terapi nutrisi: ASI, rute oral melalui trophic feeding
–BBL: 3020 gram, Dosis BBL > 2500 = 50 ml/kgBB/hari
= 151 ml / hari
= 6 x 40 ml ASI / hari
2. Tatalaksana Khusus
TATALAKSANA
a. Neonatal Hiperbilirubinemia
–Fototerapi, setiap 24 jam cek bilirubin, dilakukan fototerapi hingga bilirubin kurang dari < 12 mg/dL
b. Neonatal Infeksi
–Ampicillin IV
–Dosis : 50 mg/kgBB/kali dibagi menjadi 2 dosis IV (usia < 7 hari)
: 50 x 3,020 kg
: 151 mg / kali
–Pasien : Ampicillin 150 mg 2x1 IV
Prognosis
– Quo ad vitam : ad bonam