A. KLASIFIKASI TULANG
1. TULANG PANJANG
Panjang tulang lebih besar daripada lebarnya.
Memiliki corpus berbentuk tubular, diafisis, dan biasanya dijumpai epifisis pada
ujung-ujungnya.
Terdapat 2 bagian :
1. Corpus (luar)
2. Medullary cavity (dalam)
Bagian luar corpus terdiri atas tulang kompakta yang diliputi oleh selubung
jaringan ikat yaitu periosteum.
Ujung-ujung tulang panjang terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh
selapis tipis tulang kompakta. Facies artikularis ujung-ujung tulang diliputi oleh
kartilago hialin.
Tulang-tulang panjang yang ditemukan pada ekstremitas antara lain tulang
humerus, femur, ossa metacarpi, ossa metatarsal dan phalanges.1
2. TULANG PENDEK
Tulang-tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki.
Contoh : os Schapoideum, os lunatum,dan talus.
Tulang ini terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selaput tipis tulang
kompakta. Tulang-tulang pendek diliputi periosteum dan facies articularis diliputi
oleh kartilago hialin.1
3. TULANG PIPIH
Bentuk tulang tipis, pipih, dan biasanya terdapat kurva
Contoh : Os scapulae, sternum, (shoulder blades), ribs dan tempurung kepala
seperti os frontale dan os parietale.1
4. TULANG IRREGULAR
Tulang-tulang iregular merupakan tulang yang tidak termasuk di dalam kelompok
yang telah disebutkan di atas.
Contoh : tulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae.
Tulang ini tersusun oleh selapis tipis tulang kompakta di bagian luarnya dan
bagian dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa.1
OVERVIEW LOWER LIMB
OS FIBULA
1. DEFINISI
Terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epifisis atau permukaan sendi kartilago,
yang disebabkan adanya force fisik atau kekerasan yang timbul secara mendadak.
Fracture is a break in the structural continuity of bone (Apley’s). Suatu patahan
pada kontinuitas struktur tulang
Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer
S.C & Bare B.G,2001)
Setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( reeves C.J,Roux G & Lockhart
R,2001 ) .3
2. EPIDEMIOLOGI
< 45 tahun
Laki-laki > perempuan
Olahraga
Pekerjaan
Kecelakaan
Usia lanjut
Perempuan > laki-laki
Adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.3
3. ETIOLOGI
1. Trauma Tunggal
2. Tekanan yang berulang-ulang
3. Kelemahan Abnormal (Fraktur Patologis).3
4. FRAKTUR KARENA TRAUMA
Kekuatan Langsung
Patah pada tempat yang terkena
Jaringan lunak rusak
Menyebabkan fraktur melintang & fraktur kominutif
5. MEKANISME TRAUMA
Kekuatannya berupa:
Pemuntiran # spiral
Kompresi oblik pendek
Bending / penekukan triangular “butterfly”
Tension melintang.3
6. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Luas fraktur
Complete/Comminuted
- Patah menjadi ≥ 2 fragmen
- Melintang, Oblik, Spiral, kominutif
- Umumnya disebabkan karena injuri berkekuatan tinggi
Incomplete
- Terpisah secara tak lengkap
- Periosteum tetap menyatu
- Greenstickbengkok/melengkung yang mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang terutama pd anak
-
Garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang (tulang tidak pecah menjadi
beberapa fragmen), 3
2. Konfigurasi
Fraktur linier
Fraktur transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang
Merupakan akibat trauma angulasi atau langsung
Bila sudut < 30 o
Fraktur oblik
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
Merupakan akibat trauma angulasi
bila sudut > 30 o
Fraktur spiral
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk spiral
Disebabkan trauma rotasi.
Fraktur comminutive
Butterfly
Comminuted3
Tipe II: Luka >1cm, tdk ada penutup kulit, moderate crushing/ comminution of
the fracture
Tipe III: Kerusakan yg luas pada kulit, jaringan lunak, dan struktur neurovaskuler
Tipe IIIA: Masih dapat ditutupi dgn jaringan lunak
Tipe IIIB: Terdapat pelepasan periosteum, fraktur komunitif yg berat
Tipe IIIC: Terdapat kerusakan arteri atau saraf perifer
PERGESERAN FRAKTUR
Cara Fraktur Bergeser
1. Kekuatan cedera
2. Gravitasi
3. Tarikan otot
GENERAL SIGNS
Tulang yang patah penting untuk melihat adanya
1. Shock atau perdarahan
2. Kerusakan otak, spinal cord atau viscera
3. Penyebab predisposisi
TANDA LOKAL
LOOK
Apakah kulit masih intak?
Edema
Memar
Deformitas
FEEL
Localized tenderness
Pulse: pada bagian distal dari bag yg fraktur
Test sensasi
Vascular injury: surgical emergency
MOVE Apakah pasien dapat memindahkan sendi distal ke area yang injury?
Crepitus
Posisi abnormal.3
1. Support
Sebagai struktur rangka tubuh (framework body) untuk mensupport jaringan
lunak dan perlekatan untuk tendon dan kebanyakan otot skelet.
2. Protection
Melindungi organ-organ internal dari injury.
Contoh:
Cranial bone melindungi brain.
Vertebrae melindungi spinal cord.
Rib cage / costa melindungi jantung dan paru.
4. Mineral homeostasis
Bene tissue menyimpan beberapa mineral, khususnya calcium dan phosphorus.
Dimana tulang akan melepaskan mineral kedalam darah untuk memelihara
keseimbangan mineral (homeostasis) dan mendistribusikan mineral kebagian
tubuh lainnya.
TANDA LOKAL
LOOK
Apakah kulit masih intak?
Edema
Memar
Deformitas
FEEL
Localized tenderness
Pulse: pada bagian distal dari bag yg fraktur
Test sensasi
Vascular injury: surgical emergency
MOVE Apakah pasien dapat memindahkan sendi distal ke area yang injury?
Crepitus
Posisi abnormal.3
STRUKTUR TULANG PANJANG
Paling sering dijelaskan biasanya struktur pada tulang panjang, struktur secara khusus
pada tulang panjang;
1. Diaphysis
Batang / body tulang yang panjang, cylindrical, merupakan bagian utama pada tulang.
2. Epiphyses
Terdapat pada bagian distal dan proksimal pada tulang. Sebagai over growing.
3. Metaphyses
- Bagian mature bone.
- Dalam growing bone, setiap metaphyses termasuk epiphyseal plate, dimana
hyaline cartilage membuat diaphyses dari tulang tumbuh panjang.
- Pertumbuhan tulang akan terhenti, cartilage pada epiphyseal plate akan digantikan
oleh tulang dan menghasilkan struktur tulang yang disebut epiphyseal line.
4. Articular cartilage
- Merupakan lapisan tipis dari hyaline cartilage yang melapisi atau membungkus
epiphysis, pada tulang membentuk articulation (joint) dengan tulang lainnya.
- Articular cartilage mengurangi friction (gesekan) dan absorb shock pada
pergerakan joints.
- Karena articular cartilage jarang atau sedikit perichondrium, mengakibatkan
keterbatasan dalam repair tulang dari kerusakan.
5. Periosteum
- Sarung yang keras dari jaringan ikat yang padat irregular, yang mengelilingi
permukaan tulang tetapi tidak dilapisi oleh articular cartilage.
- Periosteum mengandung sel-sel pembentukan tulang (osteogenic cell), yang
memungkinkan tulang untuk tumbuh besar dalam diameter atau menebal, bukan
dalam panjang.
- Melindungi tulang, membantu repair fracture, memelihara atau memberi makan
jaringan tulang dan sebagai perlekatan ligaments dan tendons.
6. Medullary cavity atau marrow cavity
Ruangan di dalam diaphysis yang mengandung fatty yellow bone marrow pada orang
dewasa.
7. Endosteum
- Membrane tipis yang membatasi medullary cavity.
- Terdiri dari single layer dari sel-sel pembentukan tulang (osteogenic cell) dan
jaringan ikat dalam jumlah kecil
Catatan:
Fungsi periosteum dan endosteum:
- Sebagai nutrisi jaringan oseosa.
- Supply osteoblast baru untuk repair atau growth bone.4
KOMPOSISI TULANG
Sebagian besar tulang berupa matriks kolagen yang diisi mineral dan sel-sel
tulang.
Matriks terdiri dari sebagian besar kolagen tipe I : mucopolysacharida dengan
hanya sedikit protein non kolagen : proteoglikan, osteonectin (bone spesific
protein), osteocalsin (Gla protein) yang dihasilkan oleh osteoblast.
Matriks yang tak bermineral disebut sebagai osteoid yang normalnya sebagai
lapisan tipis pada tempat pembentukan tulang baru
Mineral tulang terdiri dari Ca dan PO4 yang tersusun dalam bentuk
hydroxyapatite.
Tulang mature terdiri dari proporsi Ca dan PO4 konstan dan molekulnya diikat
oleh kolagen. 4
SEL-SEL TULANG
Osteoblast
Pembentukan tulang
Alkaline phosphatase yang banyak dapat merespon produksi maupun mineralisasi
matriks. Akhir siklus remodelling, osteoblast tetap berada di permukaan tulang
baru, atau masuk ke dalam matriks sebagai osteosit
Osteosit
Osteosit berada di lakunare, F(x) belum jelas. Diduga di bawah pengaruh (PTH)
berperan pada resorbsi tulang (osteositik osteolisis) dan transportasi ion kalsium.
Sensitif terhadap stimulus mekanik dan meneruskan rangsang ini kepada
osteoblast
Osteoclast.
Mediator utama resorbsi tulang, dibentuk prekursor monosit sumsum tulang akan
menstimulus kemotaksis sehingga akan bergerak ke permukaan tulang. Dengan
meresorbsi matriks organ, osteoclast akan meninggalkan cekungan di permukaan
tulang, yang disebut Lakuna Howship. 4
REMODELLING TULANG
Tulang mengalami 2 proses, yatiu remodelling atau turn over (tulang diperbarui kembali
dan diperbaiki sepanjang hidup) :
Resorbsi
Pembentukan
Remodelling tulang yang terdiri dari resorbsi dan pembentukan berjalan secara
bersamaan, keduanya bekerja saling bergantian.
Resorbsi
Osteoclast teraktivasi dan taksis ke permukaan tulang yang bermineral sehingga
matriks organik dan mineral diambil. Pada trabekula terbentuk cekungan dan pada
korteks membentuk liang seperti kerucut terpotong (cutting cone). Setelah 2-3 minggu
resorbsi berhenti dan osteoclast tak tampak. Sekitar 1-2 minggu kemudian, cekungan
diliputi osteoblast dan 3 bulan kemudian akan terjadi pembentukan dan mineralisasi
tulang.3
TAHAPAN-TAHAPAN YANG TERJADI DALAM PERBAIKAN
BONE FRACTURE
Procallus
4. Bone Remodeling (fase final dari fracture repair yang berasal dari callus)
Bagian-bagian atau jaringan yang mati dari fragment-fragment
tulang secara berangsur-angsur
1. Fraktur terjadi bila kekuatan cedera trauma melampaui sifat kekuatan tulang
2. Tulang mempunyai kemampuan untuk sembuh sendiri melalui regenerasi.
Penyembuhan:
Primer : Bila ada fiksasi rigid. Terjadi jika ada kontak langsung yang kuat antar
fragmen fraktur. Fiksasi rigid memerlukan kontak kortikal yang langsung dan
pembuluh darah intrameduler yang terbentuk baru. Tidak terjadi pembentukan
kalus.
Sekunder : Bila tanpa fiksasi rigid. Menunjukkan mineralisasi dan penggantian
tulang dari matriks kartilago sehingga terjadi pembentukan kalus.
Jembatan kalus eksternal akan menambah stabilitas tempat fraktur dengan
bertambah lebarnya tulang. Ini terjadi pada penggunaan gips dan fiksasi eksternal
maupun penggunaan intramedullary nail.3
Pembentukan kalus
Fibroblas yang ada di jaringan granulasi mengalami metaplasia dan
berubah menjadi kolagenoblas khondroblas, kemudian menjadi osteoblas.
Osteoblas dari jaringan tulang yang sehat juga ikut partisipasi. Timbunan jaringan
tulang berada di sekitar jaringan kolagen dan pulau-pulau kartilago yang disebut
dengan woven bone. Kalus akan menyebabkan fragmen-fragmen bersatu
Kalus dapat dijumpai dalam dua tipe:
• Kalus keras, dimana berlangsung osifikasi intramembran
• Kalus lunak dimana proses osifikasi endokondral berlangsung
4. Konsolidasi
- Tulang rawan menjadi tulang lamellar
- Osteoklas membersihkan debris pada fraktur
- Osteoblas mengisi celah antar fragmen dan akan membentuk tulang baru
5. Remodeling (6-12 bulan)
- Tulang dibentuk ulang oleh proses resorbsi & formasi.3
WOLFF'S LAW
Terjadi perubahan bentuk di luar dan dalam tulang sebagai respon terhadap stres.
Tulang mengalami remodeling sebagai respon terhadap stres yang dialaminya sehingga
menghasilkan struktur minimal yang dapat beradaptasi terhadap stres tersebut.
Contoh:
Pada fraktur akibat beban berat pada tulang panjang yang sembuh dengan
angulasi, setiap langkah yang diambil pasien akan menghasilkan tekanan pada bagian
konveks dan konkaf dari angulasi tersebut.
Hal ini tidak membuat struktur tulang menjadi lemah, tetapi stres mekanik yang
berulang itu akan menyebabkan terjadinya modeling dan remodeling tulang dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian konkaf dan resorpsi tulang pada bagian konveks.
Pada orang yang masih muda, pada akhirnya tulang akan menjadi lurus. Remodelling
bukan dipicu oleh prinsip terjadinya stress tapi oleh "flexure". Beban dinamis yang
berulang pada tulang memicu remodelling; tapi beban yang statis tidak. Dynamic flexure
menyebabkan permukaan tulang yang sakit menyimpang ke arah konkavitas yang muncul
selama tindakan dynamic flexure.3
REDUKSI
Untuk mencegah dysplacement
Metode :
1. Traksi yang terus-menerus
2. Pembebatan dengan gips
3. Pemakaian penahan fungsional
4. Fiksasi internal
5. Fiksasi eksternal 5
CONTINUOUS TRACTION
1. Traksi dengan gaya berat
- Hanya untuk tungkai atas
- Wrist sling
2. Skin Traction
- Berat ≤ 4-5 Kg
3. Skeletal Traction
- Wire/Pin insertion at behind tibial tubercle, lower tibia, or calcaneum5
KOMPLIKASI TRAKSI
1. Menghambat sirkulasi
- Terutama pada anak-anak
2. Nerve Injury
- Orang tua predisposisi terjadinya peroneal nerve injury
3. Compartement syndrome
- Oleh traksi yang berlebihan : kerusakan arteri yang akan menyebabkan iskemi
dan cedera dan menyebabkan edema 5
SPLINTING
Tekan luka terbuka dengan menggunakan kasa kering dan steril untuk mengontrol
perdarahan dan mencegah kontaminasi agar meminimalisir resiko infeksi
Splint seharusnya mencakup sendi atas dan bawah dari tulang yang fraktur
Saat memasang splint, harus tetap dimonitor fungsi neurovaskular : capilary refill,
pulse, gross sensation dan fungsi motor
Splinting harus sudah dilakukan sebelum memindahkan pasien
Jika fraktur mengakibatkan deformitas, maka harus dilakukan traksi sebelumnya5
KOMPLIKASI CAST SPLINTAGE
1. Tight Cast
- Complain : diffuse pain
- Limb should be elevated
- Persisted pain karena split the cast, and open
2. Pressure Sore
- Oleh tekanan berlebih
3. Skin Abrasion
- Oleh pelepasan gips
FIKSASI INTERNAL
- Fixed bone fragment with sekrup, plat logam, paku intramedullar
- Risiko Infeksi bergantung pada pasien, dokter dan fasilitas
EXTERNAL FIXATION
PENGANGANAN DINI
Tutup luka (sementara) mencegah infeksi lebih lanjut
Profilaksis antibiotik: kombinasi benzilpenicilin & flukloksasilin tiap 6
jam selama 48 jam (jika luka terkontaminasi)
Antitetanus
Debridemen
Tujuan: membersihkan luka dari benda asing dan jaringan mati, serta memberikan
vaskularisasi yang baik pada daerah luka. Dilakukan dalam anestesi umum. Irigasi
dengan garam fisiologis. Eksisi luka: sesedikit mungkin, tepi lukanya sehat. Ekstensi
pada luka: lakukan dengan hati-hati. Pembersihan luka: dicuci dengan saline, jangan
gunakan syringe karena akan memperburuk kontaminasi. Pembuangan jaringan mati.
Tendon dan saraf secara umum dibiarkan saja
Penutupan Luka
Luka Tipe I yang kecil dan tidak terkontaminasi dapat ditutup, asal dilakukan
tanpa tegangan. Luka yang lain dibiarkan terbuka hingga bahaya infeksi telah lewat, balut
dengan kasa steril, lihat setelah 2 hari, kalau bersih dapat dijahit atau dilakukan
pencangkokan kulit
Stabilisasi Fraktur
Penting untuk mengurangi infeksi dan membantu perbaikan jaringan lunak.
Fiksasi tergantung dari: derajat kontaminasi, jarak waktu dari kejadian sampai operasi,
dan banyaknya kerusakan jaringan lunak. Bila kontaminasi minimal dan jarak waktu
<8jam, untuk fraktur sampai Tipe IIIA dapat dilaku-kan: cast splintage, intermedul-lary
nailing dan fiksasi eksterna. Untuk luka yang lebih parah perlu pertimbangan yang baik
dari ahli ortopedi dan bedah plastik. Kebanyakan dapat dilakukan fiksasi eksterna. Atau
juga locked nailing dan pemasangan plates and screws.
Perawatan Selanjutnya
Tungkai ditinggikan, perhatikan sirkulasinya. Pada luka yang dibiarkan terbuka,
lihat dalam 2-3 hari, dan lakukan delayed primary suture atau pencangkokan kulit. Bila
terjadi toksemia atau septikemia (stlh pemberian kemoterapi) lakukan drainase
KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi Umum
24 jam pertama setelah cedera :
Syok
Koagulopati difus
Fungsi pernafasan
Crush syndrome
Trombosis vena dan emboli paru-paru
Tetanus
Gas Gangren
Emboli lemak
Komplikasi Lokal
DINI:
Infeksi
Robekan serabut otot
Cedera pembuluh darah, saraf, visceral, ligamen
LANJUT:
• Nekrosis avaskuler
• Ulkus dekubitus
• Tendinitis, ruptur tendon
• Non-union
• Malunion
• Kekakuan sendi.5
DAFTAR PUSTAKA