dikonsumsi masyarakat harus dijamin aman. • Tujuan keamanan pangan adalah : • untuk mencegah perpindahan penyakit melalui pangan (keracunan pangan) dan • untuk mempertahankan mutu pangan mulai penanganannya dari bahan hingga siap dikonsumsi. • Salah satu mata rantai penanganan pangan adalah pengolahan pangan siap saji (PSS) • PSS yaitu pangan dan/atau minuman yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Jasaboga termasuk PSS » (PP No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan). Pengantar • PSS semakin berkembang, diminati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat disebabkan oleh perubahan pola hidup manusia dan perekonomian. • Perkembangan Industri PSS masih belum diiringi dengan pengetahuan keamanan pangan yang memadai. Penjual PSS belum menerapkan prinsip dasar keamanan pangan • Karenanya perlu pendidikan pangan bagi setiap pengolah pangan (food handler) yang bertanggung jawab besar dalam menyediakan pangan yang aman. • Pendidikan dan pelatihan keamanan pangan akan : • Menyadarkan adanya bahaya akibat penanganan pangan yang buruk, • Memberikan pengetahuan untuk menghindari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan keracunan pangan. • Maka perlu pedoman dalam bentuk 5 kunci keamanan pangan bagi pengolah dan penjual PSS Kunci 1: Sediakan Bahan Baku yang Aman (beli dan simpan) Pembelian bahan baku (1) • Kita harus memilih bahan baku yang baik agar sejak dari bahan baku pangan sudah dijamin aman. • Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut ini: – Bahan pangan mentah (segar) (seperti daging, susu, telur, ikan/udang, buah dan sayuran ) harus : • dalam keadaan baik; segar (tidak berubah bentuk, warna dan rasa); • sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi. – Jenis tepung dan biji-bijian harus : • dalam keadaan baik (tidak rusak dan tidak busuk); kering; • tidak berubah warna;tidak pahit; tidak bernoda; dan tidak berjamur. Pembelian bahan baku (2) – Pangan olahan pabrik yang dikemas dan dapat diolah lebih lanjut harus : • Mempunyai nomor ijin edar (BPOM RI MD/BPOM RI ML, P-IRT) • Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung • Belum kedaluwarsa • Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan – Contoh: daging kaleng; kecap, saus; sosis; bakso, nugget, ikan kaleng. Pembelian bahan baku (3) • Contoh pemilihan bahan baku PSS : – Buah dan sayuran • Pilih buah dan sayur yang masih segar. Jangan pilih buah dan sayuran yang memar, cacat, layu, atau berjamur. • Buah dan sayuran pada suhu kamar (28-30°C) bersifat mudah busuk, maka pertimbangkan jumlah stok yang akan disimpan. – Telur • Pilih telur yang masih segar, bersih, bebas dari kotoran unggas. • Jangan pilih telur yang retak atau pecah (mikroba mudah masuk) Pembelian bahan baku (4) – Daging (termasuk daging unggas) • Pilih daging dengan tampilan, warna, dan bau normal, khas daging segar • Jangan pilih daging yang sudah terlalu lama di suhu ruang (28-30 °C) • Jangan pilih daging yang permukaannya terlalu basah/berair. • Daging yang sudah dibeli harus segera disimpan di suhu dingin (5°C) untuk penggunaan yang tidak lama atau disimpan beku (-18°C) untuk penggunaan yang lama. Penyimpanan bahan baku Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan baku yang aman antara lain: • Tempat penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan cemaran baik oleh bakteri, serangga, tikus, dan hewan lainnya maupun oleh bahan berbahaya. • Bahan baku yang disimpan lebih awal dan yang mendekati masa kedaluwarsa maka harus digunakan lebih dahulu (prinsip FIFO). • Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan baku. – Contoh : bahan baku yang cepat rusak disimpan di lemari pendingin bersuhu < 4°C dan bahan pangan kering disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab. Kunci 2: Olah Pangan Secara Seksama Pengolahan pangan (1) • Tempat pengolahan pangan atau dapur harus bersih untuk mencegah risiko pencemaran pangan dan dapat mencegah masuknya hama.
• Bahan dipilih dengan cara disortir untuk
memisahkan/membuang bagian bahan pangan yang rusak/afkir • untuk menjaga mutu dan keawetan pangan serta mengurangi risiko pencemaran pangan. • Meracik bahan, menyiapkan bumbu, persiapan pengolahan : • harus sesuai tahapan dan harus higienis (sehat dan bersih) serta • semua bahan harus dicuci terlebih dahulu dengan air bersih yang mengalir. Pengolahan pangan (2) • Peralatan – Peralatan yang kontak dengan pangan (peralatan masak dan makan) : • Harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya • Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam pangan. • Lapisan permukaan peralatan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat beracun. • Talenan sebaikya terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak beracun. • Perlengkapan pengolahan (kompor, tabung gas, lampu, kipas angin) harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber pencemaran dan sumber bencana (kecelakaan). – Wadah penyimpanan pangan • Harus mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari pangan untuk mencegah pengembunan (kondensasi). • Terpisah untuk setiap jenis pangan, misalnya pangan masak terpisah dengan pangan segar dan pangan basah terpisah dari pangan kering. – Peralatan bersih tidak boleh dipegang pada bagian yang kontak langsung dengan pangan atau yang kontak dengan mulut. – Peralatan harus bersih, – Keadaan peralatan sebaiknya utuh, tidak cacat, tidak retak, dan mudah dibersihkan. Pengolahan pangan (3) • Pada jasaboga yang berdasarkan pesanan, menu disusun dengan memperhatikan: – Pemesanan dari konsumen – Ketersediaan bahan, jenis, dan jumlahnya – Kelengkapan peralatan pengolahan dan makan – Keragaman variasi dari setiap menu – Proses dan lama waktu pengolahannya – Keahlian dalam mengolah pangan dari menu terkait
• Pada penjual PSS harian, menu disusun dengan memperhatikan:
– Ketersediaan jenis dan jumlah bahan baku – Proses dan lama waktu pengolahannya – Keragaman variasi dari tiap menu – Masa simpan atau masa pajangnya – Perlu tidaknya proses pemanasan kembali Pengolahan pangan (3) • Persiapan pengolahan pangan harus dilakukan dengan : – menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan dan – bahan pangan yang akan diolah sesuai urutan prioritas. • Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan pangan mempunyai waktu kematangan yang berbeda. – Suhu pengolahan minimal 90°C agar mikroba perusak dan mikroba patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak hilang akibat penguapan. • Prioritas dalam memasak – Dahulukan memasak pangan yang akan tahan lama seperti goreng-gorengan yang kering. – Pangan rawan seperti pangan berkuah dimasak paling akhir. – Simpan pangan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam keadaan panas (>60°C). – Perhatikan uap pangan jangan sampai masuk ke dalam pangan karena menyebabkan cemaran ulang. – Menjamah pangan jadi/masakan harus menggunakan penjepit atau sendok, tidak dengan tangan – Mencicipi pangan harus menggunakan sendok khusus yang selalu harus dicuci setiap selesai digunakan. Kunci 3: Pajang dan Sajikan Pangan Secara Aman Memajang pangan secara aman • Fasilitas pajang harus bersih, kering, memiliki cukup cahaya, dan ventilasi. • Fasilitas pajang dibersihkan secara berkala sehingga bersih dari kotoran, tumpahan atau ceceran produk. • Fasilitas pajang sebaiknya dirancang dan dibangun sedemikan rupa sehingga : – Memudahkan pemeliharaan dan pembersihan – Mencegah masuknya hama dan mikroba – Memberikan perlindungan yang efektif terhadap pangan dari pencemaran selama dipajang – Mencegah kerusakan pangan, misalnya dengan mengatur suhu dan kelembaban yang sesuai dengan jenis pangan yang dipajang – Memudahkan konsumen melihat untuk memilih pangan – Memudahkan penjual dalam melayani Memajang pangan secara aman
• Tempat atau wadah pemajangan harus
terpisah untuk setiap jenis PSS dan mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air. • PSS tidak dicampur dengan pangan mentah. Memajang pangan secara aman • Sediakan peralatan yang sesuai pada saat memilih atau mengambil pangan untuk menghindari pencemaran antara lain dengan cara sebagai berikut: – Peralatan yang digunakan sebaiknya ditempatkan pada tempat khusus (terpisah dari pangan) agar bagian yang bersentuhan dengan tangan konsumen tidak menjadi sumber pencemaran, – Perlu dipasang tanda himbauan untuk mengembalikan alat bantu ke tempat yang telah disediakan, – Sebaiknya menyediakan fasilitas cuci tangan bagi konsumen. Menyajikan pangan secara aman • Setiap jenis pangan ditempatkan dalam wadah terpisah dan tertutup untuk menghindari terjadinya cemaran silang. • Peralatan harus dibersihkan dan disanitasi sebelum digunakan • Kemasan sekali pakai jangan digunakan kembali untuk mengemas pangan matang • Hindari penyajian pangan yang kemasannya menggunakan staples, misalnya pada pembungkusan lemper atau lontong. • Untuk pangan berkuah, pencampuran kuah dan racikan isi, dilakukan bila sudah akan dimakan (dikonsumsi). • Sajikan pangan sesuai kondisi pangan tersebut, – pangan panas disajikan dalam keadaan panas, misalnya sup, gulai, dan soto. – pangan dingin disajikan dalam keadaan dingin, misalnya es buah dan sajikan pangan beku dalam keadaan beku, misalnya es krim. Kunci 4: Jual Pangan Secara Aman Kondisi penjual PSS • Penjual pangan yang baik harus sehat, bersih, dan rapi serta menerapkan kebiasaan yang higienis selama menjual PSS. • Mencuci tangan : – sebelum bekerja dan setelah keluar dari toilet, – setelah menangani sampah, – setelah memegang bahan pangan mentah. • Ketika menjual PSS agar tidak – menggunakan perhiasan dan jam tangan – menggaruk-garuk kepala, menyentuh rambut, pipi, atau yang lainnya – merokok, mengunyah, atau makan/minum – meludah, mengobrol, atau batuk ke arah PSS. Wadah/ kemasan – Kertas minyak untuk membungkus : • Untuk masakan daging atau ikan dapat dibungkus dengan kertas minyak, wadah kertas, atau styrofoam yang dilapisi dengan kertas minyak. – Styrofoam untuk membungkus : • buah (dapat dibungkus dengan styrofoam jala) • buah potong dengan plastik bening (plastik wrap) sebagai penutup. • pangan jajanan yang tidak bersuhu tinggi dan tidak berminyak. – Alumunium foil • digunakan sebagai kemasan sekunder untuk menjaga pangan tetap hangat.
– Kantung plastik (kresek) yang berwarna terang dan ramah lingkungan
• digunakan sebagai kemasan sekunder. • sesuai ukuran atau banyaknya produk yang dibeli. Kunci 5 : Jaga Kebersihan Prinsip umum • Fasilitas baik bangunan dan peralatannya dijaga kebersihannya • Penjual PSS perlu mempunyai program dan jadwal pembersihan dilaksanakan setiap hari yang dipantau pelaksanaannya. • Jadwal ini hendaknya diketahui oleh semua karyawan di tempat usaha tersebut • Penjual PSS sebaiknya mengetahui dan menguasai cara membersihkan ruangan maupun peralatan • Pembersihan menggunakan bahan kimia pencuci dengan benar. • Petugas pembersih sebaiknya menggunakan disinfektan dan deterjen/sabun yang sesuai, dengan jumlah dan konsentrasi yang benar. • Bahan-bahan pembersih sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan disimpan di tempat yang terpisah dan bersih. Fasilitas pembersihan dan sanitasi • Tempat cuci tangan • Tersedia tempat cuci tangan lengkap (dengan air mengalir, bak penampungan air (jika perlu), sabun, alat pengering tangan dan saluran pembuangan tertutup) • Tempat cuci tangan terpisah dari tempat cuci peralatan maupun bahan pangan, • Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan dekat dengan tempat bekerja. • Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan jumlah karyawan. Setiap 10 karyawan 1 tempat cuci tangan. Hal ini juga berlaku di pusat jajanan/kuliner. • Khusus rumah makan, restoran, cafe, food court, warung makan dan sejenisnya harus menyediakan tempat cuci tangan lengkap Fasilitas pembersihan dan sanitasi • Air bersih • harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan usaha PSS. • Kualitas memenuhi persyaratan air bersih • Tempat sampah • harus terpisah antara sampah basah atau organik dan sampah kering atau anorganik. • harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup • diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun tetap menghindarkan tercemarnya pangan oleh sampah. Fasilitas pembersihan dan sanitasi • Pencucian peralatan dan bahan pangan • Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari tempat pencucian bahan pangan dan tempat mencuci tangan. • Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/sabun. • Pencucian bahan pangan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci dengan air matang atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80–100°C) selama 1 – 5 detik. • Peralatan dan bahan pangan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran hama (seperti serangga, tikus dan hewan lainnya), debu dan pencemaran dari bahan kimia (seperti: pembasmi serangga, bahan pembersih, dan lain-lain). Pengendalian hama • Hama merupakan salah satu ancaman terhadap keamanan dan kelayakan pangan, bilamana terdapat daerah dan kondisi yang kondusif untuk hama berkembang biak. Untuk menghindari hal tersebut maka : – perlu dilakukan pemeriksaan terhadap pangan yang masuk, sanitasi dan pemantauan. – bangunan dan semua ruangan atau fasilitas sebaiknya selalu dijaga dalam kondisi baik dan bersih – Lubang, saluran air, dan tempat lain dimana hama bisa masuk sebaiknya ditutup dan atau dirancang agar hama tidak dapat masuk. – Semua ruang penyimpanan, penyiapan, dan pemajangan sebaiknya selalu dijaga kebersihannya, dan tidak ada pangan yang tercecer. Penutup • Penanganan PSS menjadi perhatian penting dalam mewujudkan keamanan pangan yang dikonsumsi masyarakat, maka semua pihak memiliki peran dan kewajiban yang sama dalam menyediakan pangan yang aman, bermutu, dan bergizi. • Usaha PSS merupakan salah satu sumber perekonomian masyarakat, maka pengolah maupun penjual PSS sebagai pelaku tumbuhnya industri PSS harus memiliki pengetahuan keamanan pangan yang memadai. • Dengan adanya 5 kunci keamanan pangan PSS ini, diharapkan industri PSS termasuk PKL pangan senantiasa mampu menyediakan bahan baku, mengolah pangan, menyajikan atau memajang pangan, menjual pangan semua dengan cara yang aman, serta menjaga kebersihan. AGENDA Terima Kasih