DNA atau genom merupakan materi genetik yang amat penting dalam sistem biologis
termasuk pada manusia.
Informasi genetik yang disandi oleh DNA ini diturunkan dari setiap generasi ke
generasi berikutnya mengalami proses mutasi dan seleksi
Radji, M. (2005). Pendekatan Farmakogenomik dalam Pengembangan Obat Baru. Majalah Ilmu
Kefarmasian, II(1), 1-11
Varian DNA pertama yang diidentifikasi adalah berdasarkan perbedaan panjang
fragmen DNA yang terpotong oleh enzim endonuklease restriksi disebut dengan
restriction fragment length polymorphisms (RFLPs) dan variable number of tandem
repeats (VNTRs). Perbedaan dalam varian DNA digunakan dalam penentuan sidik jari
DNA dalam bidang forensik.
Varian DNA baru yang dipakai sebagai penanda (marker) adalah single nucleotide
polymorphisms (SNPs). SNP terjadi bila satu jenis nukleotida dalam posisi tertentu
tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain. SNPs merupakan
penanda utama dalam variasi genom antar individu manusia
Radji, M. (2005). Pendekatan Farmakogenomik dalam Pengembangan Obat Baru. Majalah Ilmu
Kefarmasian, II(1), 1-11
Gen yang bertanggung jawab terhadap metabolisme obat adalah gen P450,
yang menyandi ekspresi dari enzim-enzim metabolisme obat yaitu CYP2C19,
CYPIA1, CYP206, CYP2C9, CYP2E1. Variasi struktur dan fungsi dari enzim-
enzim tersebut dapat menyebabkan meningkatnya efek samping dari
berbagai jenis obat termasuk antidepresan, amfetamin, dan beberapa obat
golongan beta-adreno receptor.
Polimorfisme pada enzim sering kali juga dapat meningkatkan efek toksik
dari obat dibandingkan dengan individu normal
Radji, M. (2005). Pendekatan Farmakogenomik dalam Pengembangan Obat Baru. Majalah Ilmu
Kefarmasian, II(1), 1-11
Contoh Dampak Heterogenisitas Genom Manusia
Derijks, H.J., Derijks, L.J.J., Wilting, I., Egberts, A.C.G. (2007). Introduction to pharmacogenetics. EJHP
Official Journal of the European Association of Hospital Pharmacists (EAHP), 13(6), 32-36.
Penyakit-penyakit kelainan genetik telah diketahui antara lain disebabkan oleh
terjadinya mutasi DNA, dan polimorfisme.
Protein yang
Protein yang
mempengaruhi parameter Protein yang
mempengaruhi parameter
farmakokinetik mempengaruhi
farmakodinamik (reseptor
(metabolisme obat enzim patogenesis penyakit.
atau saluran ion)
atau protein transporter)
Derijks, H.J., Derijks, L.J.J., Wilting, I., Egberts, A.C.G. (2007). Introduction to pharmacogenetics. EJHP
Official Journal of the European Association of Hospital Pharmacists (EAHP), 13(6), 32-36.
Contoh Polimorfisme Genetik yang Mempengaruhi Respon Obat
Goodman, L. S., Brunton, L. L., Chabner, B., & Knollmann, B. C. (2011). Goodman & Gilman's
pharmacological basis of therapeutics. New York: McGraw-Hill.
Contoh Kasus Perbedaan Genetik Terhadap Respon Obat
1. Banyak kasus dilaporkan mengenai perbedaan respon antar individu terhadap obat yang
diberikan. Contoh, dalam pengobatan isoniazid (obat anti tuberkulosis), terdapat perbedaan
respon dalam kecepatan proses asetilasi terhadap obat tersebut. Proses asetilasi terhadap
isoniazid ini digolongkan dalam asetilator cepat dan lambat. Pada beberapa pasien yang
termasuk dalam “asetilator lambat”, kadar isoniazid plasma yang tinggi dengan dosis
"normal" menyebabkan neuropati perifer dan toksisitas hati. Perbedaan kapasitas
metabolisme isoniazid antara asetilator normal dan asetilator lambat dikarenakan terdapat
perbedaan urutan dasar di dalam segmen encoding DNA untuk sintesis NAT-2. Bagi individu
yang mempunyai kelainan yang disebabkan oleh autosomal recessive allele, berupa variasi
polimorfik maka aktivitas enzim N-acetytransferase menjadi lambat. Aktivitas enzim N-
acetytransferase ini sangat bervariasi untuk setiap suku atau ras.
Derijks, H.J., Derijks, L.J.J., Wilting, I., Egberts, A.C.G. (2007). Introduction to pharmacogenetics. EJHP
Official Journal of the European Association of Hospital Pharmacists (EAHP), 13(6), 32-36.
2. Respon penggunaan 5-fluorouracil (5-FU) sebagai kemoterapi untuk kanker kolon
ternyata sangat bervariasi. Target 5-FU adalah enzim timidilat sintase. Perbedaan respon
ini berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggung jawab terhadap
ekspresi enzim timidilat sintase (TS). Peran enzim ini dalam sintesis DNA yaitu merubah
deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat. Diketahui bahwa sekuen promoter dari gen
timidilat sintase bervariasi pada setiap individu. Ekspresi mRNA TS yang rendah dapat
meningkatnya kemungkinan sembuh dari penderita kanker yang diobati dengan 5-FU.
Sedangkan penderita dengan ekspresi mRNA TS yang tinggi ternyata tidak
memperlihatkan respon pengobatan kemoterapi ini
Derijks, H.J., Derijks, L.J.J., Wilting, I., Egberts, A.C.G. (2007). Introduction to pharmacogenetics. EJHP
Official Journal of the European Association of Hospital Pharmacists (EAHP), 13(6), 32-36.
3. Perbedaan respon penggunan warfarin sebagai antikoagulan. Penggunan warfarin
yang tidak tepat dosis seringkali menyebabkan pendarahan serius. Perbedaan respon
terhadap warfarin yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom P450 yaitu CYP2C9, dan
CYP3A5 sangat tergantung pada peran P-glikoprotein yang ekspresinya disandi oleh gen
adenosine triphosphate-binding cassete (ABCB1) atau juga disebut dengan multi drug
resistance gen 1 (MDR1). Variasi genetik dari gen ABCB1 menunjukkan bahwa pemilihan
dosis yang tepat untuk masing-masing varians genetik sangat penting untuk
mendapatkan respon obat yang diinginkan
Derijks, H.J., Derijks, L.J.J., Wilting, I., Egberts, A.C.G. (2007). Introduction to pharmacogenetics. EJHP
Official Journal of the European Association of Hospital Pharmacists (EAHP), 13(6), 32-36.
Peran Farmakogenetik
Contoh penyakit yang sedang diteliti dan dikembangkan untuk pengobatan secara
farmakogenetik adalah penyakit asma. Asma diketahui sebagai salah satu penyakit yang
mempunyai hubungan dengan susunan genetik suatu individu. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara SNPs dengan BDR (Bronchodilator respone)
pada pasien penyakit asma. Polimorfisme yang diduga kuat berhubungan dengan BDR
adalah SNPs pada gen reseptor β2-adrenergic (ADRB2) dan reseptor asam amino posisi 16
(Arg16/Gly16) serta 27 (Gln27/Glu27).
Mekanisme farmakogenetik dalam merespon suatu obat dapat diketahui dari serangkaian tes
terhadap enzim yang berperan dalam metabolisme obat atau disebut “drug metabolizing
enzymes” (DMEs).
Terkait polimorfisme genetik yang mempengaruhi hasil
dari terapi kanker.
Kanker merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi, amplifikasi, delesi maupun ekspresi abnormal gen-gen yang berperan
penting pada proses regulasi pertumbuhan sel.
Pemberian obat antikanker dengan dosis sama kepada pasien-pasien di suatu populasi memberikan hasil yang relatif bervariasi dan timbulnya
toksisitas dari yang ringan, berat, sampai yang mengancam jiwa
Faktor perbedaan genetik pada gen yang mengkode protein yang terkait dengan disposisi obat (seperti enzim pemetabolisme obat,
transporter) dan target obat juga memiliki pengaruh besar terhadap hasil terapi.
Tujuan utama studi farmakogenomik untuk mengembangkan personalized medicine, yaitu pemberian jenis obat dan penentuan dosis
didasarkan pada profil genetik pasien secara individual untuk memprediksi kerentanan individu terhadap kanker, progresivitas dan rekurensi
kanker, kemampuan pasien bertahan dari kanker (patient survival), serta untuk memprediksi respons dan adverse event
FARMAKOEKONOMI DALAM BIDANG
BIOTEKNOLOGI
Farmakoekonomi
Definisi
• Studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan hasil/konsekuensi dari suatu
pengobatan.
• ilmu Farmakoekonomi dapat membantu pemilihan obat yang rasional, yang memberikan
tingkat kemanfaatan paling tinggi.
Tujuan
• Untuk memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan
kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
Prinsip
• Suatu sumber daya yang terbatas dan tersedia harus digunakan untuk program yang memberi
keuntungan terbesar bagi masyarakat banyak.
Farmakoekonomi
Cost-minimization Cost-effectiveness
Analysis (Analisis Analysis (Analisis
Minimalisasi-biaya) Efektivitas Biaya)
Dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk produk bioteknologi lebih tinggi dari produk
tradisional, industri bioteknologi diharuskan untuk meyakinkan bahwa hal tersebut
sepadan dengan efek penyembuhan yang akan diterima. Sehingga evaluasi ekonomi
semakin dibutuhkan, terutama oleh pembeli pihak ketiga (baik pemerintah maupun
swasta)
Banyak produk bioteknologi memiliki target pasien dengan
populasi kecil, yaitu pasien dengan kondisi yang spesifik
Seiring dengan waktu, bidang kesehatan semakin dituntut untuk melakukan berbagai
perkembangan sehingga semakin banyak penyakit yang disembuhkan. Termasuk
kepada pengobatan berdasar pada bioteknologi. Maka, perkembangan ke arah
pelayanan terkendali atau managed care semakin diperlukan
Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam proses ini :
tersedianya pengobatan yang maksimal dengan biaya yang minimal
mengurangi peralatan yang tidak dibutuhkan
memperluas ke arah upaya preventif
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengobatan
Sehingga hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
lingkungan ekonomi secara menyeluruh
faktor sosioekonomi
peran pemerintah
struktur pelayanan kesehatan
ekspektasi konsumen
Komponen utama
Terdapat berbagai jenis metode evaluas ekonomi yang dapat digunakan, namun untuk
sektor kesehatan, terdapat 3 metode utama, yaitu:
Cost Benefit Analysis (CBA)
CBA membantu mengukur seluruh biaya dan manfaat dalam satuan tertentu.
Cost effectiveness analysis (CEA)
CEA membantu mengukur perubahan biaya dari setiap alternatif pengobatan yang
sesuai
Cost utility analysis (CUA)
CUA akan membandingkan biaya terapi dengan angka kualitas hidup atau Quality
adjusted life years (QALY)
Farmakoekonomi dan Farmakogenetik