Anda di halaman 1dari 78

BAHAN PEMICU 1 ETIKA,

HUKUM KEDOKTERAN, DAN


KEDOKTERAN FORENSIK
Ivan Buntara
405120049
Learning Objectives
1. Mengetahui dan menjelaskan lafal sumpah dokter
2. Mengetahui dan menjelaskan hak dan kewajiban umum dokter dan
pasien
3. Mengetahui dan menjelaskan Surat Tanda Registrasi (STR)
4. Mengetahui dan menjelaskan Surat Ijin Praktik (SIP)
5. Mengetahui dan menjelaskan KODEKI
6. Mengetahui dan menjelaskan Prima Facie
7. Mengetahui dan menjelaskan macam-macam surat dalam praktik
kedokteran
8. Mengetahui dan menjelaskan penyelenggaraan praktik kedokteran
9. Mengetahui dan menjelaskan rekam medik
Learning Objective 1
Mengetahui dan menjelaskan lafal sumpah dokter
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA
• Sesuai SK Menkes RI No. 434/Menkes/SK/X/1983
• Berdasarkan Sumpah Hippokrates dan Deklarasi Jenewa (1948)

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAFAL SUMPAH HIPPOKRATES
• Dilarang melakukan eutanasia aktif, abortus provokatus, pelecehan
seksual
• Wajib merujuk bila tidak mampu
• Menjaga rahasia pekerjaan dokter
• Perlakuan yang selayaknya terhadap guru-guru dan anak-anaknya
• Pengobatan secara individu
• Fisiologi reproduksi belum diketahui → belum dicantumkan hidup
insani sejak pembuahan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SUMPAH HIPPOKRATES
Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, dan Aesculapius, dan
Hygeia, dan Panacea, dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai
dengan kemampuan dan pikiran saya, saya akan mematuhi janji-janji berikut
ini
1. Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan
penuh kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika
perlu akan saya bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya
2. Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya
dan saya akan mengajarkan ilmu yang telah saya peroleh dari ayahnya,
kalau mereka memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SUMPAH HIPPOKRATES
3. Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya
sendiri, dan kepada anak-anak guru saya, dan kepada mereka yang
telah mengikatkan diri dengan janji dan sumpah untuk mengabdi
kepada ilmu pengobatan, dan tidak kepada hal-hal yang lainnya
4. Saya akan mengikuti cara pengobatan yang menurut pengetahuan
dan kemampuan saya akan membawa kebaikan bagi pasien, dan
tidak akan merugikan siapapun

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SUMPAH HIPPOKRATES
5. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa
pun meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk
tujuan itu. Atas dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat
untuk menggugurkan kandungan
6. Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya
ini dengan tetap suci dan bersih

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SUMPAH HIPPOKRATES
7. Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang,
walaupun ia menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya
kepada mereka yang berpengalaman dalam pekerjaan ini
8. Rumah siapa pun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya
tujukan untuk kesembuhan yang sakit dan tanpa niat-niat buruk
atau mencelakakan, dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul
terhadap wanita ataupun pria, baik merdeka maupun hamba
sahaya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SUMPAH HIPPOKRATES
9. Apapun yang saya dengar atau lihat tentang kehidupan seseorang
yang tidak patut untuk disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan
karena saya harus merahasiakannya
10. Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya
menikmati hidup dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati
oleh semua orang, di sepanjang waktu! Akan tetapi, jika sampai
saya mengkhianati sumpah ini, balikkanlah nasib saya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
DEKLARASI JENEWA
Pada saat diterima sebagai anggota profesi kedokteran, saya
bersumpah bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan
2. Saya akan menghormati dan berterima kasih kepada guru-guru saya
sebagaimana layaknya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
DEKLARASI JENEWA
3. Saya akan menjalankan tugas saya sesuai dengan hati nurani
dengan cara yang terhormat
4. Kesehatan pasien senantiasa akan saya utamakan
5. Saya akan merahasiakan segala rahasia yang saya ketahui bahkan
sesudah pasien meninggal dunia
6. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur jabatan kedokteran

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
DEKLARASI JENEWA
7. Teman sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara-saudara
saya
8. Dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien, saya tidak
mengixinkan untuk terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial
9. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
DEKLARASI JENEWA
10. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan
11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan bebas,
dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA
• Sesuai Deklarasi Jenewa, Sumpah Dokter Internasional → terjemahan
ke Bahasa Indonesia oleh Majelis Pertimbangan Kesehatan, Syara
Departemen Kesehatan RI, Panitia Dewan Guru Besar FKUI
• Pertama kali diucapkan oleh lulusan FKUI tahun 1959
• Musyawarah Kerja Nasional Etika Kedokteran ke-2 (1981) → beberapa
perubahan dan penyempurnaan lafal sumpah dokter seiring dengan
berkembangnya bidang kesehatan
• Lafal sumpah dokter terakhir → SK Menkes RI No.
434/Menkes/SK/X/1983

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA
Demi Allah saya bersumpah/berjanji bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan
2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur jabatan kedokteran
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan
kepentingan masyarakat
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter
6. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA
7. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan
8. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien
9. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan
kelamin, politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam
menunaikan kewajiban terhadap pasien

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA
10. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya
11. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya
sendiri ingin diperlakukan
12. Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia
13. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Learning Objective 2
Mengetahui dan menjelaskan hak dan kewajiban umum dokter dan pasien
HAK-HAK PASIEN
• Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, hak untuk mati secara
wajar
• Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai standar
profesi
• Memperoleh penjelasan diagnosis dan terapi dari dokter yang
mengobatinya
• Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan
dapat menarik diri dari kontrak terapeutik

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
HAK-HAK PASIEN
• Memperoleh penjelasan mengenai riset kedokteran yang akan diikuti
• Menolak / menerima keikutsertaan dalam riset kedokteran
• Dirujuk ke dokter spesialis bila diperlukan, dan dikembalikan ke
dokter yang merujuknya setelah selesai konsultasi / pengobatan
untuk memperoleh perawatan / tindak lanjut
• Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
HAK-HAK PASIEN
• Memperoleh penjelasan mengenai peraturan RS
• Berhubungan dengan keluarga, penasihat, rohaniwan, dan lain-lain
yang diperlukan selama perawatan di RS
• Memperoleh penjelasan tentang rincian biaya rawat inap, obat,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen, USG, dll.

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEWAJIBAN PASIEN
• Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter
• Memberi informasi yang benar dan lengkap mengenai penyakitnya
• Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
• Menandatangani surat-surat Persetujuan Tindakan Medis (PTM),
surat jaminan dirawat di RS, dsb.
• Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh
• Melunasi biaya perawatan di RS, biaya pemeriksaan dan pengobatan,
serta honorarium dokter

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEWAJIBAN DOKTER
UU No. 29 tahun 2004 (tentang Praktik Kedokteran) Pasal 51 :
• Memberi pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan SOP,
serta kebutuhan medis pasien
• Merujuk ke dokter lain yang mempunyai keahlian / kemampuan yang
lebih baik, bila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan /
pengobatan
• Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan setelah pasien itu meninggal dunia

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEWAJIBAN DOKTER
• Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali
ia yakin pada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
• Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
HAK DOKTER
• Melakukan praktik setelah memperoleh Surat Izin Dokter (SID) dan
Surat Izin Praktik (SIP)
• Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien / keluarga,
mengenai penyakitnya
• Bekerja sesuai standar profesi
• Menolak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan etika,
hukum, agama, dan hati nuraninya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
HAK DOKTER
• Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien bila menurut
penilaiannya kerja sama pasien dengannya tidak berguna lagi (kecuali
keadaan gawat darurat)
• Menolak pasien yang bukan bidang spesialisasinya (kecuali keadaan
darurat atau tidak ada dokter lain yang dapat menangani)
• Hak atas privacy dokter
• Ketenteraman bekerja

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
HAK DOKTER
• Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
• Menerima imbalan jasa
• Menjadi anggota perhimpunan profesi
• Hak membela diri

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Learning Objective 3
Mengetahui dan menjelaskan Surat Tanda Registrasi (STR)
SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
• Bukti tertulis yang diberikan Konsil Kedokteran Indonesia kepada
dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi
• Berlaku selama 5 tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 tahun sekali
dengan tetap memenuhi persyaratan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN STR
• Memiliki ijasah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau dokter gigi
spesialis
• Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah / janji dokter
atau dokter gigi
• Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
• Memiliki sertifikat kompetensi
• Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Learning Objective 4
Mengetahui dan menjelaskan Surat Ijin Praktik (SIP)
SURAT IJIN PRAKTIK (SIP)
• Bukti tertulis yang diberikan pemerintah → dokter dan dokter gigi
yang akan menjalankan praktik kedokteran, setelah memenuhi
persyaratan
• Dikeluarkan pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten / kota
tempat praktik kedokteran / kedokteran gigi dilaksanakan
• Diberikan paling banyak untuk 3 tempat
• 1 surat izin hanya berlaku untuk 1 tempat praktik

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
SYARAT MENDAPATKAN SIP
• Memiliki STR dokter / dokter gigi yang masih berlaku
• Mempunyai tempat praktik
• Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
SURAT IJIN PRAKTIK (SIP)
• Masih tetap berlaku sepanjang :
• STR dokter / dokter gigi masih berlaku
• Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum di SIP

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
Learning Objective 5
Mengetahui dan menjelaskan KODEKI
Kewajiban umum

• Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan sumpah dokter
• Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi
• Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan & kemandirian profesi
• Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatannya yang
bersifat memuji diri sendiri
• Pasal 5
• Tiap perbuatan / nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan
psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan &
kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
• Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan &
menerapkan setiap penemuan teknik/pengobatan baru yang belum
diuji kebenarannya & hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat
• Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan & pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya
• Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis & moral
sepenuhnya disertai rasa kasih sayang & penghormatan atas martabat
manusia
• Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
& sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia
ketahui memiliki kekurangan dalam karakter / kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
• Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya,
dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan
pasien
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
• Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat & memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psikososial, serta berusaha menjadi pendidik & pengabdi
masyarakat yang sebenar-benarnya.
• Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan &
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
• Pasal 10
• Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
• Pasal 11
• Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya
• Pasal 12
• Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia
• Pasal 13
• Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
• Pasal 14
• Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
• Pasal 15
• Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
• Pasal 16
• Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik
• Pasal 17
• Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran / kesehatan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Learning Objective 6
Mengetahui dan menjelaskan Prima Facie
4 PRINSIP DASAR DALAM ETIKA BIOMEDIS

https://www.nwabr.org/sites/default/files/Principles.pdf
PRIMA FACIE
• Prinsip menghormati otonomi dapat dikalahkan / ditinggalkan guna
mengutamakan prinsip lain

Bertens K. Etika biomedis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2011.


Learning Objective 7
Mengetahui dan menjelaskan macam-macam surat dalam praktik kedokteran
PEDOMAN DALAM MEMBERIKAN SURAT-
SURAT KETERANGAN
• Bab I Pasal 7 KODEKI : “Seorang dokter hanya memberi keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”
• Bab II Pasal 12 KODEKI : “Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga
setelah pasien meninggal dunia
• Paragraf 4 Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran :
kepentingan kesehatan pasien, rahasia kedokteran hanya dapat
dibuka untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum, atas
permintaan pasien atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN (SK) DOKTER YANG
SERING DIMINTAKAN
• Surat Keterangan lahir • Surat keterangan cuti melahirkan
• Surat Keterangan meninggal • Surat keterangan ibu hamil
• Surat Keterangan sehat → untuk bepergian dengan pesawat udara
asuransi jiwa, SIM, nikah, lamaran • Visum et Repertum (perkosaan,
kerja, pendidikan, dsb. pembunuhan, trauma, autopsi
• Surat Keterangan sakit untuk forensik, dsb.)
istirahat • Laporan penyakit menular
• Surat Keterangan cacat
• Surat Keterangan pelayanan medis
untuk penggantian biaya dari Askes
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN LAHIR
• Isi : waktu (tanggal dan jam) lahirnya bayi, kelamin, berat badan, dan
mana orang tua

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN MENINGGAL
• Surat keterangan untuk keperluan penguburan → perlu dicantumkan
identitas jenazah, tempat, dan waktu meninggalnya
• Surat keterangan (laporan) kematian
• Harus juga dicantumkan : sebab kematian, lama menderita sakit
hingga meninggal dunia

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN SAKIT UNTUK ISTIRAHAT
• Kadang kala cuti sakit disalahgunakan untuk keperluan lain (misalnya :
keluar kota, tidak bersedia menghadiri sidang pengadilan / kegiatan di
kantor, terlambat kembali bekerja dari cuti, dsb.)
• Surat keterangan palsu → dapat dituntut menurut pasal 263 dan 267
KUHP

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN CUTI MELAHIRKAN
• Hak cuti melahirkan : 3 bulan (1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah
persalinan)
• Supaya ibu cukup istirahat, dapat mempersiapkan diri menghadapi
proses persalinan, mulai bekerja kembali setelah habis masa nifas

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SURAT KETERANGAN IBU HAMIL BERPERGIAN
DENGAN PESAWAT UDARA
• Peraturan International Aviation → ibu hamil tidak boleh berpergian
dengan pesawat udara jika mengalami :
• Hiperemesis / emesis gravidarum
• Hamil dengan komplikasi (perdarahan, preeklampsia, dsb.)
• Hamil 36 minggu / >
• Hamil dengan penyakit-penyakit lain yang berisiko

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
VISUM ET REPERTUM
• Surat keterangan yang dibuat dokter untuk polisi dan pengadilan
• Laporan tertulis mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada
benda-benda / korban yang diperiksa
• Daya bukti dan alat bukti yang sah dalam perkara pidana
• Untuk orang hidup (misal : korban kekerasan, keracunan, perkosaan,
kasus psikiatri)
• Untuk jenazah →
• Visum dengan pemeriksaan luar
• Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
SANKSI HUKUM PENYIMPANGAN
PEMBUATAN SURAT KETERANGAN
Pasal 267 KUHP: Pasal 179 KUHAP:
1. Seorang dokter yang dengan sengaja 1. Setiap orang yang diminta
memberikan surat keterangan palsu tentang pendapatnya sebagai ahli
ada / tidaknya penyakit, kelemahan, atau kedokteran kehakiman / dokter
cacat diancam dengan hukuman penjara atau ahli alinnya wajib
paling lama empat tahun. memberikan keterangan ahli
demi keadilan.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud
untuk memasukkan seseorang dalam rumah 2. Semua ketentuan tersebut di atas
sakit gila atau untuk menahannya disitu, untuk saksi berlaku jg bagi
dijatuhkan hukuman penjara paling lama 8 mereka yang memberikan
tahun 6 bulan. keterangan ahli, dengan
ketentuan bahwa mereka
3. Diancam dengan pidana yang sama, barang mengucapkan sumpah / janji
siapa dengann sengaja memberikan surat akan memberikan keterangan yg
keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai sebaik-baiknya dan sebenar-
dengan kebenaran. benarnya menurut pengetahuan
dlm bidang keahliannya.

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
Learning Objective 8
Mengetahui dan menjelaskan penyelenggaraan praktik kedokteran
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
Learning Objective 9
Mengetahui dan menjelaskan rekam medik
REKAM MEDIS
• Kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis,
pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan
atas pasien dari waktu ke waktu
• Berupa : tulisan/gambar, elektronik (komputer, mikrofilm, dan
rekaman suara)
• Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 → berkas yang berisi
catatan & dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
ISI RM
• Di RS  2 jenis RM
• RM untuk pasien rawat jalan
a)Identitas & formulir perizinan (lembar hak kuasa)
b)Riwayat penyakit (anamnesis) tentang
- Keluhan utama
- Riwayat sekarang
- Riwayat penyakit yang pernah diderita
-Riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan
c) Laporan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, foto rontgen, scanning, MRI, dll.
d)Diagnosis dan/atau diagnosis banding
e)Intruksi diagnostik & terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
ISI RM
• RM untuk pasien rawat inap
a) Persetujuan tindakan medik
b) Catatan konsultasi
c) Catatan perawat & tenaga kesehatan lainnya
d) Catatan observasi klinik & hasil pengobatan
e) Resume akhir & evaluasi pengobatan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
RESUME AKHIR
• Dibuat segera setelah pasien dipulangkan
• Isi resume : singkat
• Mengapa pasien masuk rumah sakit (anamnesis)
• Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rontgen, dll.
• Pengobatan & tindakan operasi yang dilaksanakan
• Keadaan pasien waktu keluar (perlu berobat jalan, mampu untuk bekerja,dll.)
• Anjuran pengobatan & perawatan (nama obat & dosis, tindakan pengobatan
lain, dirujuk ke mana, perjanjian untuk datang lagi, dll.)

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
RESUME AKHIR
• Tujuan pembuatan :
• Menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi
serta bahan yang berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien
untuk dirawat kembali
• Bahan penilaian staf medik RS
• Memenuhi permintaan dari badan-badan resmi / perseorangan tentang
perawatan seorang pasien (perusahan asuransi)
• Bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim, dan
dokter konsultan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEGUNAAN REKAM MEDIS
• Alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya
• Dasar perencanaan pengobatan / perawatan yang harus diberikan
• Bukti tertulis atas semua pelayanan, perkembangan penyakit, dan
pengobatan selama pasien berkunjung / dibawa ke RS
• Dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang
diberikan kepada pasien

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KEGUNAAN REKAM MEDIS
• Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun
dokter dan tenaga kesehatan lainnya
• Menyediakan data-data khusus untuk keperluan penelitian dan
pendidikan
• Dasar dalam perhitungan biaya pelayanan medik pasien
• Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
KERAHASIAAN REKAM MEDIK
• Kewajiban dokter & kalangan kesehatan untuk melindungi rahasia ini
tertuang dalam :
• Lafal sumpah dokter
• KODEKI
• Perundang-undangan dalam bab 11 tentang rahasia jabatan & pekerjaan
dokter

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
LAMA PENYIMPANAN REKAM MEDIK
• Berpedoman pada Permenkes tentang rekam medik tahun 1989,
pasal 7, dinyatakan
• Lama penyimpanan RM sekurang-kurangnya 5 tahun terhitung tanggal
terakhir pasien berobat
• Lama penyimpanan RM berkaitan dengan hal-hal yang bersifat khusus dapat
ditetapkan tersendiri

Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan.


Edisi 4. Jakarta: EGC; 2007.
DAFTAR PUSTAKA
• Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Edisi 4.
Jakarta: EGC; 2007.
• Bertens K. Etika biomedis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2011.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai