Anda di halaman 1dari 55

Cianjur,

5/6/09

Masuk RS 6 tahun 2
30/06/15 bulan

An.FIP
Belum ♂ Anak
sekolah kandung

Islam Sunda
Tn. EP

42 tahun
Ny. TN
SMA
42 tahun
Pedagang
SMA

Ibu rumah tangga


•Napas terasa
Keluhan
utama
berat

•Batuk
Keluhan
tambahan •Pilek
1 hari SMRS
Napas terasa berat
Bermain sepeda
kecapekan Wajah kebiruan(-)
2 hari SMRS
Pernah mengalami hal Demam(-), Bengkak (-)
BAB cair 3x
yang sama berdebar-debar (-), batuk
Kuning
mengeluarkan suara dan pilek (+)
Ampas +
seperti orang bengek Duduk, berbaring tanpa
Nafsu menurun
atau kucing menangis diganjal bantal (+)
Mata cekung -/-
Membaik ketika diberi cenderung ingin
Minum baik obat hirup berupa gas membungkuk (-)
BB ↓ drastis (-)
Kejadian serupa terakhir berkata “iya”, “tidak”
terjadi dilupakan
Riwayat tersedak (-)
•Pasien memiliki riwayat
RPD asma sejak batita

RPK •Ayah dan ibu pasien


memiliki riwayat asma
ANC teratur  BBL: 2800 gr
Tempat lahir  RS  PB: 50 cm
Ditolong dokter  Sianosis (-)
kandungan  Ikterus  usia 2 hari,
Normal pervaginam menghilang setelah 1
dengan vakum minggu
KPD  Langsung menangis
aterm (38-39 minggu)
 Kesan: NCB-SMK
Riw. Imunisasi
Corak reproduksi
Di puskesmas
Ibu mengaku lengkap sesuai
Anak 1 dari 1 jadwal hingga usia 9 bulan
bersaudara Imunisasi terakhir Campak +
Riwayat nutrisi

Tidak mendapat
ASI sejak lahir
Riw. tumbuh kembang
Orangtua pasien berkata sesuai Riw. Obat-obatan
dengan usia anak lainnya karena lupa
tepatnya usia berapa bisa: Alat berisi gas yang dihirup 
Berkata “ma..ma..”, “pa..pa..”
jika sesak
Berdiri, berjalan Syrup  jika batuk
Mengenal benda, mencorat-coret Alergi terhadap obat cacing
Makan dan minum sendiri
 30-08-2015

 KU: TSS
Kesadaran: CM

 TTV
T: 36oC
RR: 25x/menit Saturasi O2: 93-94%
HR: 90x/menit
49 cm
21 kg

16 cm
120 cm
Gizi baik

BB/TB: 100%

TB/U: 103%

BB/U: 100%
Normosefali, Deviasi septum Bentuk thorax normal,
distribusi rambut nasi -, NCH -, sekret pergerakan dada
merata, tidak bening +/+, tidak ada yang
mudah dicabut mukosa hiperemis, tertinggal pada
konkha edema -/- keadaan statis dan
dinamis, RSI +
Vokal fremitus teraba
Sianosis -, mukosa normal, tidak ada
Pupil bulat isokor,
lembab, lidah kotor bagian yang
mata cekung -/-,
-, T1-T1, faring membesar maupun
ca -/-, si -/-
hiperemis melemah, sonor +/+,
SNV +/+, Rh-/-, Wh +/+
saat ekspirasi
Normotia, KGB tidak
membesar, RSS -, Ictus cordis tidak
serumen -/-, kelenjar tiroid
terlihat, ictus cordis
membran tidak teraba
teraba di ICS V linea
axillaris anterior kiri, BJ
timpani intak membesar I&II murni reguler, m-
,g-
Motorik
Bentuk abdomen datar, +5 +5 Sensorik
BU + normoperistaltik,
supel, hepatomegali -, + +
splenomegali -, ginjal +5 +5
tidak teraba, nyeri ketuk
CVA -/- + +

Akral hangat, Kuning langsat,


edema -/-, pucat -, sianosis
CRT < 2 detik -, efloresensi -
Darah rutin Elektrolit

• Hb: 12,6 g/dl


•Na: 144 mEq/L
• Ht: 36,8 %
• Eri: 4,86 jt/uL
•K: 3,3 mEq/L
• Leu: 12.340/mm3 •Cl: 99 mEq/L
• Tr: 263.900/mm3
AGD
TCO2: 26,1 mmol/L
pH: 7,424
pCO2: 37,7 mmHg A: 103,8 mmHg
pO2: 29,0 mmHg A-aDO2: 79 mmHg
SO2: 52,3 % a/A: 0,2 mmHg
BE-ecf: 0,3 mmol/L 02 Ct: 7,2 ml/dl
BE-b: 1,3 mmol/L
pO2/Fl: 118,7
SBC: 24,5 mmol/L
T: 37oC
HCO3: 25,0 mmol/L
♀, 6 tahun 2 bulan, napas terasa berat sejak 1 hari
yang lalu, batuk dan pilek (+), setelah aktivitas
berlebihan, pernah mengalami hal yang serupa
dan mengeluarkan suara mengi. Riwayat asma
sejak batita dan pada kedua orangtua pasien.

KU: TSS, Kes: CM, RR 25 x/menit, Sat 02 93-94%,


sekret bening +/+ hidung, retraksi sela iga (+),
wheezing +/+ saat ekspirasi.

Hb: 12,6 g/dL, Ht: 36,8%, leukosit 12.340/mm3.


kalium 3,3 mEq/L. PO2 29,0 mmHg dan SO2 52,3%.
•Asma serangan
sedang terkontrol
Diagnosis sebagian
kerja

•BP
•TB paru
Diagnosis
banding
Tatalaksana
Edukasi
Medikamentosa
Jangan melakukan
O2 3 liter per menit
aktivitas berat secara
Nebulisasi  Salbutamol berlebihan
+ Budesonide  di IGD
Mengenali gejala
IVFD Dextrose 5%, NS (3 : serangan asma
1) maintenance 1500 Non-medikamentosa
Mengetahui obat-
cc / 24 jam Tirah baring
obatan yang diperlukan
Nebulisasi  Ipratropium dan cara
bromida, Salbutamol + penggunaannya
NS 3 cc tiap 4 jam
Mengenali faktor
Dexamethasone iv 3 x 1 pencetus
mg
Kontrol teratur
 Uji faal paru
 Uji provokasi bronkus
 Foto thorax (Rotgen)
 Ad vitam: dubia ad bonam
 Ad fungsionam: dubia ad bonam
 Ad sanationam: dubia ad bonam
S O
Sesak (+) Batuk (+) KU: TSS, Kes: CM
Pilek (+) N: 98x/menit, RR: 24x/menit, T: 36,8oC
Demam (-) RSI(+), NTE (-)
belum BAB Wheezing +/+ saat ekspirasi
Akral dingin, CRT < 2 detik

30/08/15
malam
P
A Nebulisasi  Ipratropium bromida,
Asma serangan berat Salbutamol + NS 3 cc / 2 jam
Dexamethasone iv 3x1/2 ampul
Salbutamol 1 mg + Cetirizine 1 mg 
dalam pulvis, 3x/hari
Terapi lain lanjut
S O
Sesak (-) KU: TSR, Kes: CM
Batuk (+) dahak (-) N: 105x/menit, RR: 23x/menit, T: 36,3oC
Pilek (+) RSI(-)
Demam (-) Wheezing +/+ saat ekspirasi
BAB dan BAK baik Akral dingin, CRT < 2 detik

31/08/15

P
A Nebulisasi  Ipratropium bromida,
Asma perbaikan Salbutamol + NS 3 cc / 6 jam
Dexamethasone iv 3x1/2 ampul
Salbutamol 1 mg + Cetirizine 1 mg 
dalam pulvis, 3x/hari
Terapi lain lanjut
S O
Sesak (-) KU: TSR, Kes: CM
Batuk (+) N: 81x/menit, RR: 18x/menit, T: 35,9oC
Pilek (-) RSI(-), Wheezing +/+ saat ekspirasi
Demam (-) BU +, abdomen supel, turgor baik
BAB cair 3x, ampas (+), lendir (-) Akral dingin, CRT < 2 detik

1/09/15
P
Nebulisasi  Ipratropium bromida,
Salbutamol + NS 3 cc / 6 jam
A
Dexamethasone iv 3x1/2 ampul
Asma perbaikan Salbutamol 1 mg + Cetirizine 1 mg  dalam
Diare akut tanpa dehidrasi pulvis, 3x/hari
Oralit 200 cc tiap BAB
Zinc syr 2x1 cth
Besok BPL
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik
dengan atau tanpa pengobatan.

Pada kasus ini didapatkan: napas pasien terasa berat sejak 1 hari, sesak
ada, batuk ada, mengi ada jika pasien kecapekan.
•Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
•Uji tuberkulin positif (≥ 10 mm, pada keadaan imunosupresi ≥ 5 mm)
•Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
•Demam (≥ 2 minggu) tanpa sebab yang jelas
•Batuk kronis (≥ 3 minggu)
•Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik.
TB paru Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang

• Demam
• Batuk dengan napas cepat
• Crackles (ronki) pada auskultasi
• Kepala terangguk-angguk
• Pernapasan cuping hidung
Pneumonia • Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Merintih (grunting)
• Sianosis
Berdasarkan data US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Asthma
Surveillance Survey (tahun 2001-2003) prevalensi asma sebesar 6,7% pada
dewasa dan 8,5% pada anak-anak. Sebelum pubertas, prevalens asma lebih
tinggi pada laki-laki daripada perempuan (3:1). Pada anak, asma paling sering
terjadi pada usia 13-14 tahun. Serangan akut umumnya timbul akibat pajanan
terhadap faktor pencetus, seperti infeksi virus atau alergen. Selain itu, asma dapat
pula dicetuskan oleh cuaca dingin, kegiatan jasmani, gastroesofageal refluks,
dan ketidakstabilan emosi (psikis).

Pada kasus ini didapatkan: pasien merupakan anak laki-laki berusia 6 tahun 2
bulan, serangan timbul saat pasien kecapekan bermain sepeda.
Pada kasus ini didapatkan: frekuensi napas 25 kali per menit (skor 1), saturasi
oksigen 93-94% (skor 2), wheezing saat ekspirasi (skor 2), retraksi interkostal
(skor 1), dan hanya dapat mengucapkan kata saat sesak (skor 3). Total skor 9
menunjukkan asma serangan sedang (8-11).
Pada kasus ini: pasien tergolong asma terkontrol sebagian.
Pada kasus ini awalnya diberikan oksigen 3 liter per menit, nebulisasi β-agonis
(salbutamol) + anti inflamasi steroid (budesonide) sebagai tatalaksana awal.
Pada kasus
Kemudian ini:dirawat
pasien pasien tergolong
inap asma
karena klinis terkontrol
belum sebagian.
membaik dalam 12 jam,
oksigen dilanjutkan, IVFD Dextrose 5%, NS (3 : 1) maintenance 1500 cc / 24 jam,
nebulisasi menjadi β-agonis (salbutamol) + antikolinergik (ipratropium bromida)
tiap 2 jam, serta steroid iv (dexamethasone) 3 x 1 mg.
Asma dapat
menyebabkan
kesulitan bernafas
krn:
1. Otot saluan
pernafasan
konstriksi 
saluran nafas
sempit
2. Iritasi,inflamasi
saluran nafas
bengkak
3. Mukus yang
banyak
Parameter klinis, Asma episodik Asma episodik Asma persisten
kebutuhan obat dan faal Jarang Sering (Asma berat)
paru (Asma ringan) (Asma sedang)
1. Frekwensi serangan < 1 x /bulan > 1 x /bulan Hampir
sepanjang
tahun
1. Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir
sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
1. Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
1. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang
dan malam
1. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat
terganggu
1. Pemeriksaan fisik Normal (tidak Mungkin Tidak pernah
diluar serangan ditemukan kelainan) terganggu normal
(ditemukan
kelainan)
1. Obat pengendali Tidak perlu Perlu Perlu
(anti inflamasi)
1. Uji faal paru (diluar PEF/FEV 1 > 80% PEF/FEV 1 60-80% PEF/FEV 1 <60%
serangan)
1. Variabilitas faal paru Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas >
(bila ada serangan) 50%
Serangan asma: tahap
awal

Missmatch V/Q

hipoksemia

Hiperventiasi alveolar

CO2 menurun

Alkalosis respiratorik
Inflamasi berlanjut

Obstruksi berat

Hipoventilasi alveolar

Retensi CO2

Asidosis respiratorik
Reliever Controller
 Utk • Utk mengendalikan/mencegah
gejala &/ serangan
mengatasi/meng • jangka panjang
urangi gejala &/ • anti-inflamasi
serangan • Steroid inhalasi, ALTR
• oral, inhalasi
 bila perlu
• Utk serangan frekuen dan
 Bronkodilator persisten

 -agonist,
xanthines, steroid
sistemik
topikal Dosis rendah

Langsung ke Efek samping minimal


sist resp
Rasio th/ tinggi

Aman pada penggunaan


Onset cepat
jangka panjang

reliever controller
DBS 2004
Full-agonist Rapid-onset Long-duration
• Salbutamol - + -
• Terbutaline - + -
• Fenoterol - + -
• Salmeterol - - +
• Formoterol + + +
• Procaterol + + +

•Fast onset and Full Agonist as Reliever


•Long Duration as Add On Controller
 Dosis
› Aminofilin (loading dose) 6-8 mg/kg
diencerkan 1:1 dengan Nacl 0,9 %/D5%,
kemudian dilanjutkan dengan rumatan
0,5-1 mg/kg/jam
› Cara memberikan aminofilin
 Total kebutuhan cairan: x ml/hari
 Dibagi menjadi 2 jalur
 Jalur 1: x-400 cc habiskan dalam 24 jam, tetesan dibagi rata
 Jalur 2: 400 cc
100cc/ 6 jam + aminofilin 3-6 mg/kg/6 jam (buret)  16 cc/jam
diulang tiap 6 jam
Golongan B agonnis kerja Salbutamol
pendek Oral : 0,1-0,15 mg/KgBB/kali setiap 6 jam
• Salbutamol Inhalasi : 0,1-0,15 mg/KgBB (maksimum 5 mg
• Terbutalin /kali) interval 20 menit.
Terbutalin
Oral : 0,05-0,1 mg/KgBB/kali setiap 6 jam
Inhalasi : 2,5 mg /kali

Golongan antikolinergik Ipatropium bromida


• Ipatoprium bromida Nebulisasi : 0,1 mL/KgBB setiap 4 jam

Golongan kortikosteroid Metilprednisolon


sistemik Intravena : 1 mg /KgBB, setiap 4-6 jam
• Metiil prednisolon
Golongan methyl-Xanthine Aminofilin
• Aminofilin Dosis inisial : 6-8 mg/KgBB dilarutkan dalam
20 mL dekstrose 5% garam fisiologi,
diberikan dalam 20-30 menit.
Golongan B agonnis kerja Salmeterol :
panjang Inhalasi : > 4 tahun : 50ng/ inhalasi, 2 x
• Salmeterol sehari
• Formoterol Formoterol
Inhalasi : >5 tahun 12 ng/inhalasi,2 x
sehari
Golongan anti inflamasi Budesonide
steroid Inhalasi :
• Budesonide Asma episode sering :
• Fluticasone • <12 tahun : 100-200 ng
• Prednison • >12 tahun : 200-400 ng
Asma persisten
• <12 tahun : 200-400 ng
• >12 tahun : 400-600 ng
Golongan antileukotrien Zafirlukast
• Zafirlukast < 5 tahun : tidak digunkaan
5-11 tahun : 2 x 10 mg / hari (PO)
>12 tahun : 2 x 20 mg / hari (PO)
Golongan teofilin lepas
Pencetus seranngan

Reaksi antigen dan


antibodi

Pelepasan mediator kimiawi

Peningkatan Kontraksi otot


permeabilitas kapiler Sekresi mukus polos

Obstruksi jalan nafas

• Ventilasi yang tidak


seragam • Hipoksemia
• Gangguan ventilasi • hiperkapnea
• hipoventilasi

Anda mungkin juga menyukai