Anda di halaman 1dari 23

Kelompok 2

1. Emma Maulida (15308141054)


2. Aniq Kumala D. (15308141040)
3. Isdini Ganish W. (15308144006)
4. M Luqmanul H. (15308144007)
5. Norma Fauziyah (15308144008)

BIOLOGI E
Tanah merupakan tempat Peranan organisme tanah
interaksi biologis yang paling dapat ditinjau dari berbagai
dinamis dan mempunyai bidang maupun aspek
komponen utama yaitu kehidupan. Salah satunya
mineral, air, udara, dan zat adalah dalam bidang
organik. Organisme tanah kesehatan pada manusia.
atau disebut juga biota tanah Peranan Organisme tanah
merupakan semua makhluk tersebut dapat dikelompokan
hidup baik hewan (fauna) menjadi :
maupun tumbuhan (flora) 1. Organisme menguntungkan
yang seluruh atau sebagian
dari fase hidupnya berada 2. Oganisme merugikan
dalam sistem tanah.
Organisme menguntungkan :
menghasilkan senyawa
antibiotik

Organisme merugikan :
menghasilkan zat toksik
Fungi penghasil zat toksik

Aspergillus flavus
dan A. parasiticus Kedua kapang tersebut hidup
optimal pada suhu 36-38 °C dan
menghasilkan toksin secara
maksimum pada suhu 25-27 °C.
Pertumbuhan kapang penghasil
AFLATOKSIN aflatoksin biasanya dipicu oleh
humiditas/kelembaban sebesar
85%.
• Jamur Aspergillus flavus dan A. parasiticus ini
terdapat di mana-mana dan dapat mencemari
bahan makanan pokok seperti beras, jagung,
ubi kayu, kacang-kacangan, kacang tanah, cabe
dan rempah-rempah.

• Kondisi lingkungan Indonesia yang memadai


seperti kelembaban, kadar air, dan suhu
mendukung pertumbuhan kapang Aspergillus
flavus sebagai kapang penghasil aflatoksin.
• Aspergillus oryzae dan Aspergillus sojae merupakan dua spesies
aspergilus yang digunakan pada makanan hasil fermentasi yang
banyak di konsumsi oleh orang Asia seperti kecap, miso, dan sake
ternyata masih punya hubungan erat dengan spesies aflatoksigenik
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Walaupun demikian
ternyata kedua jamur makanan ini tidak pernah memproduksi
aflatoksin. Hal ini disebabkan adanya deletions dan defek genetik
lainnya menyebabkan tidak aktifnya jalur metabolisme aflatoksin
pada Aspergillus oryzae dan Aspergillus sojae ( Bannet et al, 2003)
Bahaya Aflatoksin

Manusia dapat terpapar oleh aflatoksin dengan mengkonsumsi makanan yang


terkontaminasi oleh toksin hasil dari pertumbuhan jamur ini. Gejala awal
aflatoksikosis yang dapat dikenali pada konsentrasi rendah antara lain berupa
menurunnya kecepatan pertumbuhan, rambut kasar dan kusam, keparahan
atau kegagalan terapi atau vaksinasi penyakit-penyakit infeksi seperti: bloody
dysentery, erisipelas, salmonellosis, pneumonia ( Beasley et al, 1991).

Bila aflatoksikosis ini berlanjut maka dapat muncul sindrom penyakit yang
ditandai dengan muntah, nyeri perut, edema paru, kejang, koma, dan kematian
akibat edema otak dan perlemakan hati, ginjal dan jantung.
Aflatoksin B1, senyawa yang paling toksik, berpotensi
merangsang kanker, terutama kanker hati. Serangan toksin yang
paling ringan adalah lecet (iritasi) ringan akibat kematian
jaringan (nekrosis). Pemaparan pada kadar tinggi dapat
menyebabkan sirosis, karsinoma pada hati, serta
gangguan pencernaan, penyerapan bahan makanan,
dan metabolisme nutrien. Toksin ini di hati akan direaksi
menjadi epoksida yang sangat reaktif terhadap senyawa-senyawa
di dalam sel. Efek karsinogenik terjadi karena basa
N guanin pada DNA akan diikat dan mengganggu kerja gen.
Gangguan nutrisi
Kanker hati
Aflatoksikosis yang terjadi pada anak ternyata
menyebabkan malnutrisi protein berat (kwashiokor)
Aflatoksin bersifat karsinogenik Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang
pada manusia. Risiko kanker oleh dilakukan pada anak-anak berusia <5 tahun di Benin
karena paparan aflatoksin telah dan Togo dimana semua anggota populasi penelitian
diakui akibat dosis kumulatif oleh terpapar oleh aflatoksin (aflatoksin-albumin antara 5–
karena paparan aflatoksin jangka 1064 pg/mg albumin pada 99% anak) menunjukkan
panjang. International Cancer dose-response relation antara paparan aflatoksin dan
Research Institute derajat stunting dan underweight ( Gong et al, 2002)
menggolongkan aflatoksin dalam
karsinogen klas I.

Aflatoksin juga mempunyai pengaruh


terhadap vitamin dan beberapa
mikronutrien. Defisiensi vitamin A dapat
timbul akibat paparan aflatoksin.
Pencegahan infeksi jamur A. flavus pada kegiatan pascapanen
dilakukan dengan cara panen pada kondisi cuaca baik, polong
segera dipetik, polong muda dan polong rusak disingkirkan. Polong
basah siap dipasarkan maksimal 24 jam setelah dipanen. Jika
penjualan kacang tanah terpaksa ditunda, maka polong segera
dikeringkan hingga kadar air biji kurang dari 9%, disimpan pada
wadah kedap udara dalam ruangan bersih dengan ventilasi baik.

Pangan.litbang.pertanian.go.id
• Trichophyton menyebabkan infeksi pada kulit, timbul rasa gatal,
Penyakit tinea pedis disebabkan oleh hifa yang menyerang kulit
pada jari kaki dan menyebabkannya kulit kering bersisik, dapat
ditularkan oleh manusia, hewan atau kontak langsung dari tanah.
Penyebab utama penyakit ini adalah Trichophyton rubrum dan T.
Mentagrophytes
• Larva cacing Ancylostoma duodenale menginfeksi melalui kulit
kaki dan hidup di saluran pencernaan manusia.
ANTIBIOTIK
• Antibiotik merupakan bagian penting dalam terapi infeksi bakteri
karena itu penemuan sumber antibiotik baru yang potensial sangat
diperlukan untuk mengatasi masalah akibat infeksi bakteri.
Antibiotik merupakan substansi kimia alamiah hasil metabolisme
sekunder mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah
mempunyai kemampuan baik menghambat pertumbuhan maupun
membunuh mikroorganisme lain (Lay, 1994; Setyaningsih, 2004).
• Antibiotik bila dimaksudkan untuk kelompok organisme yang
khusus maka sering digunakan istilah-istilah seperti antibakteri,
antifungi, dan sebagainya (Setyaningsih, 2004).
• Sumber mikroorganisme penghasil antibiotik antara lain berasal
dari tanah khususnya pada Tanah rizosfer, Tanah rizosfer adalah
tanah yang menempel pada perakaran tanaman yang banyak
terdapat bakteri, jamur, dan Actinomycetes. Banyak penghuni
tanah tersebut merupakan sumber penting antibiotik (Rao, 1994).
Actinomycetes
• Actinomycetes berhabitat di dalam tanah serta tersebar luas di
tanah (Kar, 2008). Menurut Suwandi (1993) 70% antibiotik
dihasilkan oleh Actinomycetes terutama Streptomyces.
Streptomyces termasuk ke dalam golongan Actinomyces yaitu yang
memiliki struktur hifa bercabang menyerupai fungi dan dapat
menghasilkan spora.
• Beberapa antibiotik yang dihasilkan oleh Actinomycetes antara
lain
• kloramfenikol dari Streptomyces venezuelase,
• eritromisin dari Streptomyces erythreus,
• linkomisin dari Streptomyces lincolnensis,
• vankomisin dari Streptomyces orientalis, dan
• streptomisin dari Streptomyces griseus (Jawetz et al., 2005).
• Streptomycin merupakan salah satu contoh antibiotik yang berasal
dari bakteri Streptococcus griceus. Streptococcus griceus adalah
bakteri gram positif yang menghasilkan spora yang dapat
ditemukan di tanah. Bakteri ini nonmotil dan berfilamen,
ditemukan pada tanah.
• Streptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif,
dengan menghentikan pemroduksian protein esensial yang
dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup.
Kegunaan Streptomycin

• Antibiotik ini digunakan untuk membunuh organisme yang


menyebabkan penyakit:
• tuberkulosis
• pneumonia
• Disentri.
• Hasil isolasi dari sampel tanah yang diambil dari 39
lokasi di Indonesia memperoleh sebanyak 115 isolat
aktinomisetes. Isolat Aktinomisetes yang Memiliki
Aktivitas Antibakteri ditandai dengn adanya zona
hambat pada sekitar koloni
• berdasarkan pengamatan diameter zona hambat di
sekitar filtrat aktinomisetes mendapatkan 40 isolat
aktinomisetes yang berpotensi sebagai agensi
penghasil senyawa antibakteri. Diameter zona hambat
paling besar yaitu isolat A3.5 dan isolat F6.1
Fungi
• Fungi tanah merupakan salah satu mikroorganisme tanah yang
mempunyai peranan penting dalam siklus hara yang selanjutnya
akan menentukan kesuburan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman (Suciatmih, 2006).
• Selain itu fungi tanah juga dapat menghasilkan senyawa antibiotik
diantaranya Fungi dari genus Aspergillus dan Penicillium.
Penisilin dihasilkan selama pertumbuhan dan metabolisme
Penicillium notatum. Di dalam proses produksi penisilin, dibutuhkan
suatu proses yang aerobik dan aerasi yang efisien. Penisilin
merupakan suatu metabolit sekunder yang khas.
• Aspergillus menghasilkan fumigasin, Chaetomium menghasilkan
chetomin, Fusarium menghasilkan javanisin dan Trichoderma
menghasilkan gliotoxin.
• Keduanya juga menghasilkan senyawa metabolit sekunder yaitu
lovastin yang berfungsi sebagai anti hiperkolestrolemia
1. Bakteri guano penghasil antibiotik dan pengaruhnya terhadap angiogenesis
(terbentuknya pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang telah ada)
 Guano : kotoran kelelawar yang bercampur dengan tanah
 Angiogenesis memicu terbentuknya sel tumor
 Bakteri golongan actinomycetes mengeluarkan senyawa metabolit
antiangiogenik sehingga jalur pembentukan pembuluh darah baru terblokir
• Fungi pada rizosfir akar umbi Dahlia berpotensi menghasilkan enzim inulinase
• Inulin merupakan polimer fruktosa berserat pangan tinggi, bertindak sebagai
prebiotik dan mampu merangsang pertumbuhan bakteri non patogen dalam usus

Anda mungkin juga menyukai