Anda di halaman 1dari 38

Refrat Bedah Syaraf

FRAKTUR TULANG BELAKANG


Maria Mumtaz G99151032
Deyona Annisa Putri G99151031
Dinda Carissa G99152064
Resti Nurfadhillah G99161079
Canda Arditya G99161029

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2017
PENDAHULUAN
Menurut WHO pada 2008 telah terjadi sekitar 13 juta kasus fraktur
di dunia dengan prevalensi 2,7 % dan meningkat pada tahun 2009
menjadi 18 juta orang dengan prevalensi 4,2 %.
Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan prevalensi 3,5
%.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 kasus fraktur
di Indonesia disebabkan oleh cedera karena jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan
trauma benda tajam/tumpul.
Terdapat 1.775 orang mengalami fraktur dari 45.987.
Cedera sendi pinggul dan ekstremitas atas menempati porsi tertinggi pada
kasus fraktur yang terjadi.
ANATOMI
MEKANISME CEDERA VERTEBRA
FLEKSI
fleksi dan disertai kompresi pada vertebra menyebabkan vertebra
akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen
posterior. Jika ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak
stabil sebaliknya jika ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur
bersifat stabil
ROTASI-FLEKSI

Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya,


kemudian dapat robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur
atau bagian atas dari satu vertebra dapat terpotong. Akibat dari
mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke depan pada
vertebra di atas
KOMPRESI VERTICAL (AKSIAL)

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal


atau lumbal akan menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus
akan mematahkan lempeng vertebra dan menyebabkan fraktur
vertikal pada vertebra, dengan kekuatan yang lebih besar, bahan
diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan
fraktur remuk (burst fracture
HIPEREKSTENSI (KOMBINASI DISTRAKSI DAN
EKSTENSI)

Sering pada cervical


pukulan pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang
dan tanpa menyangga oksiput sehingga kepala membentur bagian
atas punggung. Ligamen anterior dan diskus dapat rusak atau arkus
saraf mungkin mengalami fraktur
FLEKSI DAN KOMPRESI DIGABUNGKAN
DENGAN DISTRAKSI POSTERIOR

Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior


dapat mengganggu kompleks vertebra pertengahan
Fragmen tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis
spinalis
Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi
pada setengah corpus vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan
posterior pada sisi sebaliknya. Jika permukaan dan pedikulus remuk,
lesi bersifat tidak stabil
TRANSLASI HORIZONTAL
Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah
dapat bergeser ke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak
stabil dan sering terjadi kerusakan syaraf
TIPE CEDERA BERDASARKAN KESTABILAN
Cedera Stabil  Bagian yang terkena tekanan hanya bagian
medulla spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan
pergerakan normal, ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla
spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah
contoh cedera stabil.
Cedera Tidak stabil  cedera yang dapat bergeser dengan
gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek,
Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan integritas
dari ligamen posterior.
CEDERA BERDASARKAN LETAK
Cedera Cervikal
Cedera Thorakolumbal
Cedera saraf
Neuropraksia
Transeksi Korda
Transeksi akar
CEDERA CERVICAL
Nyeri/kekakuan leher, kekakuan ekstremitas, paraesthesi 
perhatian lebih
Pemeriksaan : inspeksi (posisi leher normal/abnormal); foto rontgen
Prinsip : jejas leher /dicurigai mechanism of injury pada leher akan
dianggap trauma cervical sampai terbukti tidak trauma cervical
CEDERA CERVICAL
Jenis Fraktur daerah cervical
1. Fraktur Atlas C1
2. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial)
3. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical
4. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical
5. Ekstensi Sprain ( Kesleo) Cervical (Whiplash injury)
6. Fraktur Pada Cervical Ke -7 (Processus Spinosus)
CEDERA VERTEBRA
THORAKOLUMBAL
Adalah –adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang
tertekan dan membentuk patahan irisan
Penyebab : Jatuh posisi terduduk, osteoporosis, metastase kanker
Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek

Fraktur Kompresi
CEDERA VERTEBRA
THORAKOLUMBAL
Adalah : fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus vertebralis secara
langsung, dan tulang menjadi hancur
Berpotensi masuk ke kanalis spinalis
Sering terjadi pada thoracolumbar junction
Penegakan diagnosis dengan X-ray dan CT-Scan

Fraktur remuk (Burst


fractures)
CEDERA VERTEBRA
THORAKOLUMBAL
Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari
tempatnya karena kompresi, rotasi atau tekanan
Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga
sangat tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya
Bahaya/tidak bergantung pada ada/tidaknya korda
yang rusak
Kombinasi mekanisme kecelakaan kompresi,
penekanan, rotasi dan proses pengelupasan
Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior
ke anterior dengan kerusakan parah pada
ligamentum posterior, fraktur lamina, penekanan
sendi facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra
anterior

Fraktur dislokasi
CEDERA VERTEBRA
THORAKOLUMBAL
Sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba
mengerem sehingga membuat vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi
fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction
Cedera pisau lipat (Seat
belt fractures)
CEDERA SARAF
Dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia lesi torakolumbal
Terdapat tiga jenis lesi: gegar korda, transeksi korda dan transeksi
akar.
GEGAR KORDA
Paralisis motorik (flasid), kehilangan sensorik dan paralisis viseral di
bawah tingkat lesi korda mungkin bersifat lengkap, tetapi dalam
beberapa menit atau beberapa jam penyembuhan dimulai dan
segera sembuh sepenuhnya. Keadaan itu paling mungkin terjadi pada
pasien yang, karena beberapa alasan selain cedera, mempunyai
saluran anteroposterior yang diameternya kecil; tetapi, tidak
terdapat bukti radiologik adanya kerusakan tulang yang barn terjadi
TRANSEKSI KORDA
Paralisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi di
bawah tingkat lesi korda; seperti halnya gegar korda, paralisis
motorik mula-mula bersifat flasid.
TRANSEKSI AKAR
Dapat menyebabkan kehilangan sensorik dan paralisis viseral
transeksi akar berbeda dari transeksi korda, dalam dua hal: (1)
regenerasi secara teoretis dapat terjadi; dan (2) paralisis motorik
yang tersisa tetap flasid secara permanen
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Aktivitas apa yang sedang dikerjakan saat terjadi kecelakaan?

Apa yang menjadi nature of incident ?

Bagaimana jarak dari applied forces ? Misalnya, jika pasien mengalami injury karena jatuh,
perlu untuk mengetahui seberapa jauh pasien jatuh, bagaimana permukaan tempat jatuhnya,
dan bagaimana posisi pasien saat jatuh.

Apa yang menjadi point of impact dan bagaimana arah dari applied forces ?

Apakah ada faktor lain dalam kecelakaan tersebut?

Dimanakah letak nyeri dan bagaimana tingkat keparahannya ?

Apakah ada hilangnya aktivitas fungsional ?


PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi :

Apakah ada deformitas, asimetri, local bruising pada kulit yang menjadi point of impact yang
perlu diperiksa lebih spesifik, apakah ada perubahan warna dibandingkan kulit sekitar.

Palpasi :

Apakah ada nyeri, krepitasi, adanya sharp edge dari fraktur juga bisa didapatkan dari
palpasi.

Pemeriksaan Neurologis
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Menilai aktivitas otot dan kekuatan otot di bawah level injury.


Menilai sensasi tusukan dan suhu pada daerah yang mengalami injury.
Menilai proprioception.
Menilai reflex, reflex tendo, respon plantar, reflex anal (stimulasi pada
perineum dapat menyebabkan kontraksi sfingter ani external) dan reflex
glansbulbar (kompresi glans menyebabkan kontraksi m. perineal)
TERAPI FRAKTUR TULANG
BELAKANG
Braces & Orthotics
mempertahankan kesegarisan vertebra (aligment), 2
imobilisasi vertebra
Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion).
pembedahan yang dipakai untuk kasus fraktur tidak stabil
Vertebroplasty & Kyphoplasty,
digunakan pada fraktur kompresi yag disebabkan
osteoporosis dan tumor vertebra
Penanganan Cedera Akut Tanpa Gangguan Neorologis
Penanganan Cedera dengan Gangguan Neorologis
PENANGANAN CEDERA AKUT TANPA
GANGGUAN NEOROLOGIS

Penderita dengan diagnose cervical sprain derajat I dan II yang


sering karena “wishplash Injury” yang dengan foto AP tidak tampak
kelainan sebaiknya dilakukan pemasangan culiur brace untuk 6
minggu. Selanjutnya sesudah 3-6 minggu post trauma dibuat foto
untuk melihat adanya chronik instability
PENANGANAN CEDERA DENGAN GANGGUAN
NEOROLOGIS

Patah tulang belakang dengan gangguan neorologis komplit,


tindakan pembedahan terutama ditujukan untuk memudahkan
perawatan dengan tujuan supaya dapat segera diimobilisasikan.
Pembedahan dikerjakan jika keadaan umum penderita sudah baik
lebih kurang 24-48 jam. Tindakan pembedahan setelah 6-8 jam akan
memperjelek defisit neorologis karena dalam 24 jam pertama
pengaruh hemodinamik pada spinal masih sangat tidak stabil.
KOMPLIKASI

Syok hipovolemik
Mal union
Non union adalah
Delayed union
Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).
Sindrom Kompartemen
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Dimana spinal cord terlibat, level neurologis harus diperiksa.


Level neurologis dan level bony injury harusnyaberhubungan. Tidak adanya
bony injury yang jelas pada level neurologis yang ditemukan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan pemeriksaan penunjang.
Tingkat keparahan deficit neurologis perlu dinilai
Apabila ditemukan hasil yang mengindikasikan adanya lesi spinal komplit,
pemeriksaan harus diulang setelah 6 jam, 12 jam, 24 jam.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Menilai level neurologis dari injury pada cord atau nerve root perlu dilakukan.
Kerusakan pada cord atau root dapat dilihat dari adanya gangguan pada
myotome atau dermatom.
MYOTOM

Gerakan pada setiap sendi dikontrol oleh 4 myotom berurutan : Hip flexion L2, 3; extension L4, 5.
Knee extension L3, 4 (termasuk knee jerk); flexion L5, S1. Ankle dorsiflexion L4, 5; plantar flexion SI, S2
(termasuk ankle jerk). (inversion dikontrol oleh L4 dan eversion oleh L5, SI). Pada ekstremitas atas,
Shoulder abduction C5; adduction C6, 7. Elbow flexion C5, 6 (termasuk biceps jerk); extension C7, 8
(termasuk triceps jerk). Wrist flexion and extension, keduanya C6, 7. Finger flexion keduanya extension
C7, 8. Pronation and supination C6 (termasuk supinator jerk). Hand intrinsic muscles Tl.
DERMATOM

Pada ekstremitas atas, anterior axial line mengikuti costae 2 dari angle of Louis, dan berlanjut pada
aspek anterior lengan, terpisah dekat digiti 3 yang disuplai oleh C7. Jika terdapat indikasi, sensory
index score perlu ditentukan untuk masing- masing extremitas (0 = tidak ada sensasi, 1 = impaired, 2
= normal). Dermatom pada lumbosacral : bagian luar pedis disuplai oleh S1; 2. Bagian medial pedis
dan lateral cruris oleh L5; 3. 'stocking top' area oleh L2; 4. Saddle area oleh S3. 'We kneel” pada L3,
“stand” pada S1, dan “sit” oleh S3.'
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan

Pada fraktur tulang belakang hal ini penting untuk menunjukkan hubungan antara bony
fragments dan canalis spinalis.

MRI Scan

Menghindari paparan radiasi X-Ray

Kemampuan lebih baik untuk membedakan soft tissue.

Penting untuk membedakan struktur neurologis di dalam canalis spinalis.

Mengetahui luas kerusakan, misalnya pada intervertebral disk dan kompleks ligament
posterior.

Anda mungkin juga menyukai