Yusuf Handyliem (42160044) Larryan Meok (42160045) Identitas Pasien • Nama : Sdr. AM • Usia : • Jenis kelamin : Laki-laki • Pekerjaan : • No Rekam Medis : 01-14-37-96 Anamnesis • Anamnesis dilakukan pada 18 Oktober 2016 di Poli Kulit RS Bethesda Yogyakarta. Informasi didapatkan dari pasien sendiri.
• Keluhan utama Pasien mengeluhkan gatal dan timbul benjolan memanjang pada kedua betis • Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan semenjak pindah rumah
timbul tonjolan memanjang yang semakin lama semakin panjang. Sebelumnya pasien berkebun tanpa alas kaki. Disekitar rumah terdapat banyak anjing dan kucing yang biasa buang air di dekat tempat berkebun. • Riwayat penyakit dahulu Hipertensi :- Asma : ada TBC :- DM :- Penyakit ginjal: - Penyakit jantung :- Keluhan serupa :- • Riwayat operasi : Tidak pernah
• Riwayat alergi : Tidak ada alergi obat maupun
makanan
• Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada yang
mengalami keluhan serupa dengan pasien
• Riwayat pengobatan : Pasien belum mengobati
gejalanya dan tidak sedang menjalani pengobatan tertentu Pemeriksaan Fisik • Status generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Vital sign : Tidak dilakukan • Status lokalis Pada betis kanan dan kiri terdapat lesi tunggal, papul eritem berbentuk seperti huruf S, serpiginosa, berbatas tegas dengan lebar ±2mm dan panjang ±2cm. Distribusi regional pada 1 tempat saja. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan Diagnosis Banding • Cutaneus Larva Migrans • Scabies • Herpes Zoster • Insect Bite • Tinea Corporis Diagnosa Kerja Cutaneus Larva Migran/ Creeping Eruption/ Sandworm Disease Penatalaksanaan • Topikal Semprot ethyl chloride R/ Albendazol tab 400 mg No. I Alkohol 70 % 1ml No. I Vaseline 9g No. I m.f.l. unguentum No. I S.U.E 2 d d applic part dol m.et.v (setelah mandi) • Sistemik R/ Albendazol tab 400 mg No. III S 1 d dtab.I R/ Cetirizine tab 10mg No. VII S 1 d d tab 1 (malam) Edukasi Kontrol 1 minggu lagi jika dirasakan lesi tersebut bertambah atau masih bergerak-gerak. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari kontak dengan sumber penularan seperti tanah, dan hewan anjing maupun kucing. Lesi yang gatal diusahakan untuk tidak digaruk karena dapat menimbulkan lecet. Prognosis • Ad Vitam : Bonam • Ad Fungsionam : Bonam • Ad Sanationam : Bonam Definisi • Cutaneous larva migrans (CLM) merupakan kelainan kulit yang merupakan peradangan yang disebabkan oleh invasi cacing tambang yang berasal dari kucing dan anjing, yaitu Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum, dan Ancylostoma ceylanicum. Selama beberapa dekade, istilah CLM dan creeping eruption sering disamaartikan. Perbedaannya adalah, CLM menggambarkan sindrom, sedangkan creeping eruption menggambarkan gejala klinis. Creeping eruption secara klinis diartikan sebagai lesi yang linear atau serpiginius, sedikit menimbul, dan kemerahan yang bermigrasi dalam pola yang tidak teratur. Epidemiologi • Terjadi di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, terutama di daerah yang lembab dan terdapat pesisir pasir. • Cutaneous larva migrans endemik di masyarakat kurang mampu di negara berkembang, seperti Brazil, India, dan Hindia Barat. Sebuah studi di Manaus, Brazil, menunjukkan prevalensi CLM pada anak-anak selama musim hujan berkisar 9,4%. • Di negara-negara berpenghasilan tinggi, CLM terjadi secara sporadis atau dalam bentuk epidemi yang kecil. Kasus sporadis biasanya berhubungan dengan kondisi iklim yang tidak umum seperti musim semi atau hujan yang memanjang. Penyakit ini sering muncul pada daerah dimana anjing dan kucing tidak diberikan antihelmintes secara teratur. Faktor Risiko • Faktor perilaku • Faktor lingkungan • Faktor demografis Etiologi • Larva cacing tambang dari kucing dan anjing (Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum) dan Strongyloides. • Larva dari serangga seperti Hypoderma dan Gasterophilus. • Di Asia Timur, CLM umumnya disebabkan oleh Gnasthostoma sp. pada babi dan kucing. • Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Dermatobia maxiales, Lucilia caesar. Siklus Hidup Patogenesis • Telur pada tinja menetas di permukaan tanah dalam waktu 1 hari dan berkembang menjadi larva infektif tahap ketiga setelah sekitar 1 minggu Setelah menempel pada manusia, larva merayap di sekitar kulit untuk tempat penetrasi yang sesuai larva menembus ke lapisan korneum epidermis larva bermigrasi melalui jaringan subkutan membentuk terowongan yang menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya • Larva infektif mengeluarkan protease dan hialuronidase agar dapat bermigrasi di kulit manusia larva bermigrasi melalui jaringan subkutan membentuk terowongan yang menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya Gejala Klinis • Gatal dan panas terutama malam hari • Mula-mula timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. • Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau hari. • Perkembangan selanjutnya, papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa sentimeter. • Pada stadium yang lebih lanjut, lesi-lesi ini akan lebih sulit untuk diidentifikasi, hanya ditandai dengan rasa gatal dan nodul-nodul. • Lesi tidak hanya berada di tempat penetrasi. Umumnya, lesi berpindah ataupun bertambah beberapa milimeter perhari dengan lebar sekitar 3 milimeter. • Pada CLM, dapat dijumpai lesi tunggal atau lesi multipel, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Diagnosis • Diagnosis CLM ditegakkan berdasarkan gejala klinisnya yang khas dan disertai dengan riwayat • Prosedur invasif jarang digunakan untuk mengindentifikasi parasit pada CLM. • Pada pemeriksaan lab, eosinofilia mungkin ditemukan, namun tidak spesifik. • CLM yang disebabkan oleh Ancylostoma caninum dapat dideteksi dengan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). • Sekarang ini, mikroskop epiluminesens telah digunakan untuk memvisualisasikan pergerakan larva, namun sensitivitas metode ini belum diketahui. Diagnosis Banding
Cutaneus Larva Migrans Herpes Zoster
Cutaneus Larva Migrans Scabies Cutaneus Larva Migrans Insect Bite Cutaneus Larva Migrans Tinea Corporis Pengobatan (Oral dan Topikal) • Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut – turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. • Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara oklusi selama 24 – 48 jam. • Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut – turut. • Ivermectin (Stromectol) dosis tunggal (200 µg/kg berat badan) Pengobatan (Agen Pembeku Total) • Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45 detik sampai 1 menit, selama 2 hari berturut – turut. • Nitrogen liquid. • Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena tidak diketahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya. • Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal (Calamine lotion atau Cortisone) untuk mengurangi gatal. Pencegahan • Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung dengan tanah atau pasir yang terkontaminasi • Saat menjemur pastikan handuk atau pakaian tidak menyentuh tanah • Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan kucing dengan antihelmintik • Hewan dilarang untuk berada di wilayah pantai ataupun taman bermain • Menutup lubang-lubang pasir dengan plastik dan mencegah binatang untuk defekasi di lubang tersebut • Wisatawan disarankan untuk menggunakan alas kaki saat berjalan di pantai dan menggunakan kursi saat berjemur. Komplikasi • Infeksi Sekunder • Sindrom Loeffler Prognosis • CLM termasuk ke dalam golongan penyakit self- limiting. • Pada akhirnya, larva akan mati di epidermis setelah beberapa minggu atau bulan. • Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati akan sembuh dalam 4-8 minggu, tetapi pengobatan farmakologi dapat memperpendek perjalanan penyakit.