Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

NAMA KELOMPOK :
1. Desy Deria
2. Ari Yunita
3. Febri Yogi Munanda
4. Kodri Yansah
5. Redi Purwanto
6. Widia Dwi Lestari
DEFINISI ASMA
 Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).(Polaski:1996).

 Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikarakteristikan dengan
bronkospasme yang reversibel (joyce M. Black:1996)

 Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne:2001).

 Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan
adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
ANATOMI DAN FISIOLOGI ASMA

 HIDUNG : Ketika udara masuk ke rongga hidung udara tersebut disaring, di hangatkan
dilembabkan. Partikel – partikel yang kasar disaring oleh rambut – rambut yang
terdapat oleh hidung, sedangkan partikel halus akan dijerat dalam lapisan mukosa,
gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke
superior didalam saluran pernafasan bagian bawah.

 FARING : Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan
ruas tulang leher.

 TRAKEA : Trakea atau bantang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C) . Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan di
belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan
kanan disebut karina.

 BRONKUS : Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang
rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin
tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus.
ETIOLOGI
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversible
yang disebabkan oleh:
 Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga terjadi
penyempitan jalan nafas
 Pembengkakan membran bronkus
 Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
 Temperatu
 Ansietas
 Dehidrasi
PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
alergi dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan
terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal
mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta
meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas
maka akan menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi),
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat
penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien
dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik
(idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak
jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress)
dapat memacu serangan asma.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnea, dan
wheezing. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium
Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas
Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
Tingkat III
Tanpa keluhan
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi
wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda
obstruksi jalan nafas.
Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi
otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita
tampak letih, takikardi.
KLASIFIKASI ASMA

Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi


yang disebabkan oleh alergi seperti debu, binatang,
makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien dengan
asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga
dengan alergi dan riwayat alergi rhinitis, sedangkan non
alergi tidak berhubungan secara spesifik dengan alergen.
Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran
pernafasan, latihan fisik, emosi dan lingkungan dengan
polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus
terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma
menjadi lebih berat dan sering dapat menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat terjadi
asma campuran yaitu alergi dan non alergi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a.Anamnesis
Klien dengan seragam status asmatikus datang
dengan keluhan sesak nafas hebat dan
mendadak diikuti dengan gejala – gejala lain,
yaitu wheezing, penggunaan otot bantu nafas,
kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan darah.
Pemeriksaann Fisik Fokus Pernapasan

1.inspeksiPada klien dengan status asmatikus terlihat


adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan
penggunaan otot bantu nafas, terlihat kelelahan sampai
gelisah, dan kadang didapatkan kondisi sianosis.
2.Palpasi
pada palpasi kesimetrisan, ekspansi, dan traktil fremitus
biasanya normal.
3.Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor,
sedangkan diagfragma menjadi datar dan rendah.
4.Auskultasi
Ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan
hilus)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2.


2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
sekresi mukus yang kental.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distensi dinding
dada.
4. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan keletihan.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakit dan pencegahan.
Rencana Keperawatan

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2.


Tujuan : Pertukaran gas membaik.
Kriteria Hasil : Dapat mendemonstrasikan batuk efektif, Frekuensi napas 16-
20 x/menit, Frekuensi nadi 60-120 x/menit, warna kulit normal, tidak ada
dipnea, dan gas darah arteri (GDA) dalam batas normal.

Intervensi
1) Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil GDA, intake, dan output.
Rasional :Untuk mengidentifikasi indikasi ke arah kemajuan atau
penyimpangan dari hasil klien.
2) Tempatkan klien pada posisi semifowler.
Rasional :
Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik

Anda mungkin juga menyukai