Anda di halaman 1dari 24

SILVANA PUTRI

141 0211 145


 Massa yg terdiri dari jar.limfoid dan ditunjang oleh
jar.ikat dgn kriptus di dalamnya, bagian organ tubuh
yg berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan
kiri tenggorok.
Berfungsi:
 Fungsinya membantu pertahanan tubuh bagi anak-anak di
bawah usia 6 tahun melawan penyakit. Mulai anak usia 6
tahun ke atas fungsi akan digantikan oleh pertahanan tubuh
yg lain.

 Filter/penyaring menyelimuti organisme yg berbahaya


tersebut dgn sel-sel darah putih

 Memicu sistem kekebalan tubuh membentuk antibody


terhadap infeksi yg akan datang

 Bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi bakteri atau


virus tersebut maka akan timbul tonsillitis
 Tonsil terbagi
menjadi 3 bagian
yaitu
 tonsila faringeal,
 tonsila palatina
 tonsila lingual

 Terletak di rongga
faring (nasofaring
dan orofaring)
 Ke 3 bagian tonsil
membentuk sebuah
bangunan berbentuk
cincin yang
dinamakan Cincin
Waldeyer
(Waldeyer’s Ring)
 Adalah massa berlobus
berupa jaringan limfoid
yang terletak pada langit –
langit mulut, Adenoid
terletak di dinding
belakang nasofaring, tepat
di belakang hidung.

 Adenoid berfungsi sebagai


membantu tubuh untuk
melawan jika ada infeksi.

 Ukuran Adenoid bervariasi


pada setiap anak,
umumnya adenoid akan
mencapai ukuran
maksimal pada usia 3 – 7
tahun, kemudian akan
menyusut setelah pubertas.
 Adalah massa berupa jar.
limfoid yg terletak pada sisi
kanan dan kiri bagian
belakang rongga mulut,
biasanya berbentuk oval
dgn panjang 2,5 cm.
 Tonsil Palatina berfungsi
untuk melindungi saluran
pencernaan dari MO atau
benda asing yg masuk
melalui rongga mulut.
 Tonsila Palatina ini mampu
menghasilkan antibodi,
berupa enzim yang dapat
menghancurkan struktur
bakteri atau virus.
 Tonsil palatina juga serin
disebut “Tonsil” saja, dan
apabila terjadi pembesaran
pada bagian ini, maka sering
disebut “Amandel”.
 Adalah tonsil tak bertangkai yg terletak pada dasar lidah
dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika.

 Tonsila Lingual berfungsi untuk mengatur udara yang


masuk atau keluar melalui tenggorokan dan membantu
untuk proses menelan.
Merupakan peradangan dan pembengkakan dari
jaringan tonsila palatina yang biasanya disertai dgn
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan
bakteri patogen dalam kripta.
• Akut
• Kronik
• Membranosa
Berdasarkan penyebabnya, tonsilitis akut
dibagi menjadi dua penyebab yaitu:
Tonsilitis Viral
Tonsilitis Bakterial
 Etiologi paling sering  virus Epstein Barr.

 Gejala tonsilitis viral mirip dgn gejala common


cold yg disertai nyeri tenggorok
 Etiologi tersering  group A Streptokokus B hemolitikus,
pneumokokus viridan, streptokokus pirogen
 Gejala dan tanda
 Nyeri tenggorok
 Nyeri menelan
 Malaise
 Tdk nafsu makan
 Demam
 Otalgia
 Tonsil membesar,hiperemis,detritus(+)
 KGB submandibula membesar, nyeri tekan
 Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan
tonsil akan menimbulkan reaksi radang
berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear
sehingga terbentuk detritus
Merupakan peradangan kronis Tonsila Palatina
setelah serangan akut yang berulang ,Tonsilitis
berulang banyak terdapat pada anak-anak.
Etiologi
• 25% disebabkan oleh streptokokus B
hemolitikus grup A
Faktor Predisposisi
• Iritasi kronis, kuman penyebab=t.akut  gram
negatif
• Rangsangan menahun dari rokok
• Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
 Rasa mengganjal di  Pada pemeriksaan
tenggorok didapatkan:
 Rasa kering di  Tonsil membesar
tenggorokan dengan permukaan
 Nafas berbau yang tidak rata, kriptus
 Tidur mengorok melebar dan beberapa
kripti terisi oleh
detritus
 T0 = tonsil masuk di
dalam fosa/ post
tonsilektomi
 T1 = Tonsil masih
berbatas dalam fosa
tonsilaris
 T2 = pembesaran tonsil
sudah melewati pilar
anterior tetapi belum
masuk garis
paramedian
 T3 =pembesaran tonsil
berada diantara garis
paramedian dengan
garis median
 T4 = pembesaran tonsil
melewati garis mediana
 Tonsilitis difteri
 Etiologi: Coryne bacterium diphteriae
 Biasanya menginfeksi sal.napas atas, dan tergantung dari titer
antitoksin
 Gejala & Tanda:


 Diagnosis:
Gambaran klinis & preparat C. bac. Diphteriae dengan
pewarnaan gram.
 Terapi:
 Anti difteri serum
 Antibiotika penicilin atau eritromisin
 Kortikosteroid & Antipiretik
 Serangan tonsilitis lebih dari 3x dalam setahun walaupun telah
dapat terapi adekuat
 Hipertrofi tonsil menimbulkan maloklusi gigi dan
gang.pertumbuhan orofasial
 Sumbatan jalan napas, gang.menelan, gang.bicara, sleep
apnea, cor pulmonal
 Napas bau
 Hipertrofi tonsil curiga keganasan

Berdasarkan AAO-HNS tahun 1995, indikasi tonsilektomi dibagi


menjadi dua:

Indikasi Absolut
Indikasi Relatif
 Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran
napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmoner
 Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan
medis dan drainase
 Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
 Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan
terapi antibiotik adekuat
 Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
 Tonsilitis kronik atau berulang yd disebabkan oleh
streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian
antibiotik β-laktamase resisten
 Pada keadaan tertentu seperti pada abses peritonsilar
tonsilektomi dapat dilaksanakan bersamaan dengan insisi
abses.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai