Anda di halaman 1dari 46

Pemicu 7

Dita Prameswari
405130155
Pitiriasis Rosea
Definisi dan Epidemiologi
• Erupsi kulit akut karena sebab yang belum
diketahui, berbentuk eritema dan skuama
halus disusul lesi lebih kecil, sembuh sendiri
dalam 3-8 minggu.
• Terutama pada usia 15 – 40 tahun
• Ratio perempuan : laki-laki = 1,5 : 1
Pitiriasis Rosea
Etiologi
• Belum diketahui
• Diduga infeksi HHV-7 dan HHV-6
• Erupsi serupa setelah pemberian obat, agen
biologik, dan vaksinasi.
Pitiriasis Rosea
Gejala Klinis
• Menyerupai flu (malaise, nyeri kepala, nausea,
hilang nafsu makan, demam, atralgia)
• Gatal ringan
• Eritroskuama (halus), urtika, vesikel dan papul,
makula dan plak hemoragik, bula, dan mirip ulkus
aftosa
• Herald patch (lesi pertama) di badan, soliter, oval
dan anular, ɵ 3cm
• Lesi berikutnya 4-10 hari kemudian  lebih kecil,
sejajar kosta menyerupai pohon cemara terbalik
• Tempat predileksi: batang tubuh, proksimal
lengan atas, dan tungkai atas
Pitiriasis Rosea
Diagnosa Banding
• Tinea korporis  lebih gatal, skuama kasar, tes KOH +
• Sifilis sekunder  riwayat chancre, telapak tangan dan kaki
terlibat, pembesaran KGB, kondiloma lata, tes serologik +
• Dermatitis numularis  plak sirkular, di tungkai bawah
atau punggung tangan
• Psoriasis gutata  lebih kecil, tidak tersusun sesuai lipatan
kulit, skuama tebal
• Pitiriasis likenoid kronik  lebih lama, lebih kecil, tidak
ada herald patch, sering pada ekstremitas
• Dermatitis seboroik  tidak ada herald patch, skuama
tebal berminyak, lebih gelap, di badan bagian atas, leher,
dan skalp, menetap bila tidak diobati
• Erupsi obat  gambaran atipikal, lebih besar, terjadi
hiperpigmentasi, menjadi dermatitis likenoid.
Pitiriasis Rosea
Tata Laksana
• Simtomatik  sedatif dan bedak salisilat
• Gejala flu dan/atau lesi luas  asiklovir 5 x 800
mg / hari selama 7 hari
• Terapi sinar UVB

Prognosis
• Baik
• Terjadi hipo/hiperpigmentasi sementara  hilang
sempurna
• 2% kambuh
Dermatitis Seboroik
Definisi dan Epidemiologi
• Lesi papuloskuamosa pada daerah kaya kelenjar
sebasea karena malasesia, gangguan imun,
lingkungan, cuaca, dan trauma.
• 3-5% populasi umum
• 36% pada pasien HIV
• Sejak usia pubertas – 40 tahun
• Laki-laki > perempuan
• Sering pada pasien HIV/AIDS, transplantasi organ,
malignansi, pankreatitis alkoholik kronik,
hepatitis C, paralisis saraf, dan parkinson.
Dermatitis Seboroik
Etiopatogenesis
• Dapat merupakan tanda awal infeksi HIV
• Lapisan, kualitas, degradasi sebum, respon
imun terhadap Pityrosporum meningkat 
iritasi kulit  eksema
• Ragi Malassezia meningkat pada kulit yang
mengelupas  titer antibodi meningkat 
perubahan imunitas seluler
Dermatitis Seboroik
Gambaran Klinis
• Lesi eksematosa ringan, skuama kuning berminyak
• Gejala awal: ketombe; Tahap lanjut: eritema
perifolikular menjadi plak eritema berkonfluensi
• Dapat terbentuk korona seboroika
• Predileksi tempat: wajah, alis, lipat nasolabial, side
burn, telinga dan liangnya, atas-tengah dada dan
punggung, lipat gluteus, inguinal, genital, ketiak
• Kronis: kerontokan rambut
• Pada liang telinga  otitis eksterna; kelopak mata 
blefaritis
• Varian: “pitiasiform”  mirip pitiriasis rosea atau
anular
• Parah  eritroderma
• Dapat dipicu obat-obatan
Dermatitis Seboroik
Diagnosis
• Morfologi khas lesi eksema dengan skuama kuning
berminyak di area predileksi
• Pemeriksaan histopatologi

Diagnosis Banding dan bedanya


• Prosiasis  skuama lebih tebal berlapis transparan,
area dominan: ekstensor
• Dermatitis atopik dewasa  cenderung stigmata atopi
• Dermatitits kontak iritan  riwayat kontak dengan
bahan iritan
• Dermatofitosis  pemeriksaan KOH
• Rosasea
Dermatitis Seboroik
Tata Laksana
• Sampo anti malassezia: selenium sulfida, zinc
pirithione, ketokonazol, ter, dan terbinafine 1%
• Cuci wajah berulang dengan sabun lunak untuk
menghilangkan skuama dan sebum, krim imidazol
untuk mengurangi pertumbuhan jamur.
• Krim salisilat dan sulfur untuk melunakkan skuama
• Simtomatik: topikal KS dan imunosupresan
• Topikal metronidazole, siklopiroksolamin, talkasitol,
benzol peroksida, dan litium suksinat 5%
• Kasus tidak membaik  terapi UVB atau itrakonazole
100mg/hari PO selama 21 hari
• Dermatitis seboroik luas yang tidak membaik dengan
terapi  prednisolon 30mg/hari
Eritrasma
Definisi
• Infeksi kulit superfisial berbentuk makula eritematosa hingga coklat,
batas tegas, di intertriginosa, atau berbentuk fisura dengan
maserasi outih di sela jari
Etiologi
• Corynebacterium minutissimum
• Iklim tropis
Faktor Risiko
• Udara lembab dan hangat
• Hygiene buruk
• Hiperhidrosis
• Obesitas, DM
• Usia lanjut
• Imunosupresi
Eritrasma
Gejala Klinis
• Makula eritematosa hingga kecoklatan
• Batas tegas
• Skuama halus
• Lesi asimtomatik kecuali selangkangan (gatal dan
menyengat)
• Tempat predileksi: daerah intertriginosa terutama
aksila dan genito-krural, sela jari kaki
• Koeksistensi dengan dermatofita dan candida
pada lesi interdigital
Eritrasma
Pemeriksaan
• Lampu Wood’s  eritrasma: fluoresensi warna merah coral akibat
porfirin
• Pewarnaan gram  bakteri batang gram + di stratum korneum
Tata Laksana
• Eritrasma terlokalisir  sabun dan gel benzoil peroksida 5%,
klindamisin/eritromisis solusio 2%, krim azol
• Eritrasma luas  eritromisin oral 4x250mg selama 1 mgg atau
kraritromisin 1 g dosis tunggal
Prognosis
• Asimtomatik bertahun-tahun
• Eksaserbasi periodik
Ichthyosis Vulgaris
• Gangguan yang diturunkan secara semi-dominan
autosomal. Menyebabkan kulit kering dan
bersisik paling sering di bagian kaki.
• Dapat menyertai penyakit dermatitis atopik,
asma, keratosis pilaris, dan penyakit kulit lainnya.
• Gejala :
– Kulit kering yang parah
– Kulit bersisik putih
– Kulit mungkin menebal
– Gatal
Ichthyosis Vulgaris
• Tatalaksana
– Pelembab (emulien), krim dan salep lebih baik dari lotion,
digunakan setelah mandi.
– Tidak menggunakan sabun yang mengeringkan.
– Mungkin diperlukan krim pelembab yang mengandung
bahan keratolitik seperti asam laktat, asam salisilat, urea.
• Prognosis : jarang mempengaruhi kesehatan, biasanya
menghilang saat dewasa, tetapi bisa muncul beberapa
tahun kemudian.
• Komplikasi : dapat terjadi infeksi bakteri, jika digaruk
berlebihan.
Dematofitosis
• Tinea kapitis  kulit dan rambut kepala
• Tinea barbe  dagu dan jenggot
• Tinea kruris  genitokrural, sekitar anus,
bokong, kadang-kadang sampai perut bagian
bawah
• Tinea pedis et manum  kaki dan tangan
• Tinea unguium  kuku
• Tinea korporis  selain dari atas
a. Tinea pedis
• Bentuk interdigitalis
– Diantara jari IV dan V ada fisura yg dilingkari sisik
halus dan tipis
– Lembab  maserasi (kulit putih dan rapuh)  bila
dibersihkan, tumbuh kulit baru yang biasanya juga
telah terserang jamur
– Bertahun-tahun, tanpa/sedikit keluhan
– Bisa terdapat infeksi sekunder
a. Tinea pedis
• Moccasin foot
– Seluruh kaki  kulit menebal dan bersisik
– Eritema ringan dan terlihat pada tepi lesi
– Tepi terdapat papul dan kadang vesikel
a. Tinea pedis
• Subakut
– Vesikel (isi cairan jernih yang kental) , vesiko-
pustul, kadang bula  vesikel pecah  sisik yang
berbentuk lingkaran (koleret)
– Mulai pada daerah sela jari, ke punggung
kaki/telapak kaki
– Jamur ada di atap vesikel
b. Tinea unguium
• Subungual distal
– Mulai dari distolateral kuku  menjalar ke
proksimal
– Di bawah kuku terbentuk sisa kuku uh rapuh
– Lama kelamaan permukaan kuku distal hancur dan
yg terkuhat hanya kuku rapuh yang menyerupai
kapur
b. Tinea unguium
• Leukonikia trikofita
– Keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok
u/ dibuktikan adanya elemen jamur
– Berhub dengan trichophyton metagrophytes
sebagai etiologinya (ravant dan rabeau)
b. Tinea unguium
• Bentuk subungual proksimal
– gambaran klinis yg khas  kuku di distal utuh, dan
prox rusak
– Punya insiden dermatifitosis di tempat lain yang
sudah/belum sembuh
c. Tinea kruris
• Dermatofitosis pada lipat paha, perineum,
sekitar anus
• Radang pada tepi lebih nyata dari tengahnya
• Efloresensi tdd atas macam-macam bentuk
yang primer dan sekunder (polimorfi)
• Bila menahun  bercak hitam disertai sisik
• Erosi dan cairan biasanya akibat garukan
d. Tinea korporis (circinata)
• Lesi bulat/lonjong, sirkumsrip tdatas eritema,
skuama, kadang2 dgn vesikel dan papul di tepi
• Tengahnya lebih tenang
• Ada erosi dan krusta akibat garukan
• Bercak terpisah satu sama lain/menjadi satu
• Bentuk meradang biasanya pada anak-anak >
dewasa
d. Tinea korporis (circinata)
• Bentuk menahun
– Tidak ada tanda radang akut
– Bisa bersama-sama dengan kelainan sela paha
(tinea corporis et cruris)
– Yang disebabkan trichophyton rubrum biasanya
bersama-sama dengan tinea unguium
• Tinea imbrikata
– Bentuk khas dari trichophyton concentricum
– Bentuk papul coklat, perlahan jadi besar
– Terbentuk lingkaran skuama yang konsentris
– Pada awal, penderita sangat gatal, tapi bila kronik
bisa tanpa keluhan
– Biasanya disertai tinea unguium
– Pada kronik, lesi kadang dpt menyerupai iktiosis
– Kulit kepala biasa terserang tapi rambut tidak
• Tinea favosa (favus)
– Mulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yg
berwarna merah kuning dan berkembang menjadi
krusta berbentuk cawan (skutula) dengan banyak
ukuran
– Biasanya terdapat bau tikus (mousy odor)
– E : T. schoenleini, T. violaceum, Microsporum gypseum
– Kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa,
disertai kelainan berbentuk cawan, kemudia jadi
jaringan parut
e. Tinea kapitis
• Lesi bersisik, kemerahan, alopesia, kadang terjadi
kerion
• Grey pitch ringworm
– Et : Microsporum
– Papul merah kecil di sekitar rambut  melebar dan
membentuk bercak, menjadi pucat dan bersisik, dan
gatal
– Warna rambut abu-abu dan tidak berkilat, mudah
patah, dicabut, bisa terserang alopesia lokal (grey
patch)
– Lampu wood  fluoresensi hijau kekuningan
• Kerion  reaksi peradangan yang berat pada
tinea kapitis
– Pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan
sebukan sel radang sekitarnya
– M canis, M gypseum >>, T tonsurans <, T
violaceum <<<<
– Dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat
alopesia menetap
• Black dot ringworm
– Et : T tonsuran dan T violaceum
– rambut yg terkena infeksi  mudah patah, tepat
pada muara foliker, dayn yg tertinggal adalah
ujung rambut yang penuh spora
– Gambaran khas black dot di ujung rambut
Pemeriksaan penunjang
• Dapat menggunakan
– Kerokan kulit
– Rambut
– Kuku
• Sebelumnya dibersihkan dulu dengan spiritus
70%
• Kulit tidak berambut
– Kerok dgn pisau tumpul steril dari bag tepi lesi
sampai bagian sedikit di luar lesi
• Kulit berambut
– Rambut dicabut pada daerah lesi lalu dikerok
– Periksa dengan lampu Wood utk lokalisasi lesi
• Kuku
– Diambil dari permukaan kuku yg sakit dan
dipotong sedalam-dalamnya
• Pemeriksaan langsung sediaan basah
dilakukan dengan mikroskop
– Pembesaran 100, 450
– KOH 10% (kulit) , 20% (kuku)
– Bisa ditambah tinta parker superchroom blue
black
• Medium utk permbiakan
– Agar Saboraud dekstrosa
Kulit dan kuku Rambut
• Hifa • Mikrospora
• Artrospora • Makrospora
• Ektotriks
• Endotriks
DDx
• Tinea vs demartitis  batas tidak jelas, bag tepi
tidak lebih aktif dari tengah
• Tinea pedis vs akrodermatitis kontinua & morbus
andrews
• Tinea vs candida  pada lipat paha, konfigurasi
korimbiformis
• Tinea vs psoriasis  psoriasis ada nail pits
• Tinea korporis vs dermatitis seboroik & psoriasis
& pitiriasis rosea
• Eritrasma,
Pengobatan
• Griseofulvin (0.5-1g dws, 0.25-0.5g ank2/hari
atau 10-25mg/kg)
– ESO : cephalgia, GI tract, ganggu fungsi hepar
• Ketokonazol (200mg/hari selama 10hari –
2mggu pada pagi hari setelah makan)
– KI : kelainan hepar
• Itrakonazol (3-5mg/kg/hari  microsporum
dan trychophyton )
• Terbinafine
• Topikal
– Asam salisil 2-4%
– Asam benzoat 6-12%
– Sulfur 4-6%
– Vioform 3%
– Asam undesilenat 2-5%
– Zat warna
– Tolnaftat 2%
– Tolsiklat, haloprogin, siklopiroksosalim, naftifine
Tinea Barbae
• dermatophytosis of the facial terminal hair of
men
– involves glabrous skin, in same area in females or
prepubertal males  tinea faciale
• Epid : Men
• Eti :
– T. mentagrophytes and T. verrucosum, and,
uncommonly, M. canis.
– T. megninii, T. schoenleinii, and T. violaceum may
cause tinea barbae in endemic areas
Gejala klinis
• unilateral and more often involves the beard
area than the moustache or upper lip
• Three forms
– inflammatory or kerion-like
– superficial or sycosiform type
– the circinate, spreading type
• Inflammatory type
– caused by T. mentagrophytes and T. verrucosum
– lesions are nodular and boggy with a crusting
seropurulent discharge
– Hairs in this area are lusterless, brittle, and easily
epilated  demonstrate a purulent mass about
the root
• Superficial type
– closely resembles bacterial folliculitis, with diffuse
erythema and perifollicular papules and pustules
– Hairs that are dull and brittle make endothrix
infection with T. violaceum a more likely etiology
than T. rubrum
• Circinate type
– circinate tinea barbae exhibits an active, spreading
vesiculopustular border with central scaling and
relative sparing of the hair
DDx
• bacterial folliculitis (sycosis vulgaris)  is
more often bilateral, more painful, and more
commonly involves the upper lip
• perioral dermatitis, candidal folliculitis,
pseudofolliculitis barbae, acneiform
dermatitis, contact dermatitis,
halogenoderma, and herpes simplex
Treatment
• griseofulvin at 1g daily until 2 to 3 weeks after
clinical resolution
Daftar Pustaka
• Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W. Editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI;
2015.
• Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI; 2007.
• http://www.histology.leeds.ac.uk/skin/epidermis_layers.ph
p
• http://www.histology.leeds.ac.uk/skin/skin_layers.php
• http://eugraph.com/histology/skin/index.html
http://eugraph.com/histology/skin/arrseb.html
• http://eugraph.com/histology/skin/sweat.html
• Clinical Dermatology 4th edition.
• ABC Dermatology.
• Dermatology ICT.

Anda mungkin juga menyukai