Anda di halaman 1dari 25

Ileus obstruktif

Penyaji:
Novia aristantia S.Ked

Pembimbing:
Dr. Mizar Erianto Sp.B
Anatomi usus halus

 Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum (270 cm – 290 cm)
 Duodenum (25 cm), jejunum (100 – 110 cm), dan ileum (150 – 160 cm)
 Terdapat ligamentum treitz
Anatomi usus besar

 Terdapat caecum, ileocaecal, dan appendix vermiformis


 Colon ascendens, colon transversum, colon descendens,
colon sigmoid
Definisi

 Ileus merupakan suatu kondisi gangguan pasase (jalannya makanan) di


usus yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan
Definisi

Ileus obstruksi merupakan keadaan dimana isi lumen saluran cerna


tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang
disebabkan kelainan dalam usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen
usus tersebut.
Etiologi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:


1. Hernia inkarserata
2. Non-hernia inkarserata
a. Adhesi/ perlekatan usus
b. Invaginasi
c. Askariasis
d.Volvulus
e.Tumor
f. Batu empedu yang masuk ke ileus
Penyebab obstruksi kolon paling sering ialah karsinoma, terutama daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
Penyebab ileus obstruktif
Patofisiologi

Usus bagian distal kolaps, bagian proksimal dilatasi


Usus dilatasi  penumpukan gas dan cairan dan juga kuman tumbuh berlebihan 
kemungkinan translokasi kuman
Distensi menyeluruh  pembuluh darah tertekan  iskemik  perforasi

Dinding usus tebal dan kuat, sehingga tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur
Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi
Klasifikasi

Berdasarkan lokasi obstruksinya:


1. Letak tinggi : obstruksi pada usus halus
2. Letak rendah : obstruksi padausus besar
Berdasarkan stadiumnya
1. Partial obstruction : obstruksi sebagian  makanan masih bisa lewat, dapat flatus, dan defekasi sedikit
2. Simple obstruction : obstruksi tidak disertai gangguan aliran darah
3. Strangulated obstruction : obstruksi disertai gangguan aliran darah  iskemik  nekrosis atau gangren
Manifestasi klinis

Simple obstruction
1. Nyeri kram pada perut disertai kembung
2. Muntah banyak
3. Nyeri berat dan menetap
4. Semakin distal sumbatan, muntah yang dihasilkan semakin fekulen
5. Tanda vital tahap awal normal, berlanjut dehidrasi
6. Distensi abdomen semakin distal sumbatan, semakin jelas
7. Bising usus meningkat, terdapat metalic sound

Strangulated obstruction
1. Seperti simple obstruction disertai nyeri hebat
2. Bila terdapat tanda strangulasi (nyeri iskemik  nyeri sangat hebat, menetap, tidak menyurut) segera operasi untuk mencegah
nekrosis usus
Diagnosis
 Onset cepat  letak tinggi
 Onset lambat  letak
Anamnesis
 nyeri kolik, intermitten beberapa detik-menit
rendah
- usus halus  umbilikus  Konstipasi (tidak ada flatus
- kolon  suprapubik dan defekasi)
 Muntah
- usus halus  berwarna hijau  Benjolan di perut 
- kolon  onset muntah lama hernia inkarserata
 Perut kembung (distensi)
 Riwayat BAB lendir dan
berdarah  invaginasi
 Riwayat operasi  adhesi
usus
Cont,,,
 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia,
dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour”
(gambaran kontur usus) maupun “darm steifung” (gambaran gerakan usus)
Cont,,,

2. Palpasi dan perkusi


pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang menandakan adanya obstruksi.
Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup “defans
muscular” involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal

3. Auskultasi
terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush)diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus diatas telah berdilatasi, maka aktivitas
peristaltik (sehingga juga bisiing usus) bisa tidak ada atau menurun
Pemeriksaan radiologi

Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraks.
Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:

1. Distensi usus bagian proksimal obstruksi


2. Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3. Posisi tegak atau dekubitus: air-fluid levels
4. Posisi supine dapat ditemukan distensi usus dan step-ladder sign
5. String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
6. Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang berbentuk U
yang dibedakan dari dinding usus yang edema
7. Pseudotumor sign, gelung usus terisi oleh cairan
Coffee bean
Penatalaksanaan

 Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan kekurangan natrium, khlorida, dan
kalium yang membutuhkan penggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer laktat

 Urin harus dimonitor dengan pemasangan foley kateter

 Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk menilai kekurangan
cairan

 Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada
obstruksi intestinal
Dekompresi

 Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk mengosongkan lambung, mengurangi resiko


terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi abdomen

 Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif dengan resusitasi dan
dekompresi
 Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60-85% pada obstruksi parsial
Terapi operatif

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada ileus obstruktif.

1. Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarserata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau volvulus ringan

2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intraluminal, crohn disease, dan sebagainya.

3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada ca stadium lanjut.

4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinoma colon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai