Anda di halaman 1dari 30

REFLEKSI KASUS

SIROSIS HEPATIS

J E L I TA R A C H M A N I A P D
20120310261
DATA PASIEN

• Nama : Tn. K

• Usia : 38 tahun
• Jenis kelamin: Laki-laki

• Alamat : Dusun Jambe 04/05 Dadapayam


• Status : Belum kawin

• No. RM : 1718356660
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Perut bengkak sejak 2 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


• Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan perut yang semakin lama
dirasa semakin membesar. Pembesarannya terasa perlahan namun tidak berhenti
membesar. Keluhan perut membesar seperti ini baru pertama kali pasien rasakan. Pasien
juga mengeluhkan perut kencang dan begah atau seperti penuh ketika makan, sehingga
tidak dapat makan dalam jumlah banyak. Nyeri perut, mual dan muntah disangkal. BAB dan
BAK normal.
• Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perut yang semakin
membesar diikuti alat kelamin dan kaki yang membengkak. Nyeri pada alat kelamin dan
kaki disangkal.
• Saat ini Pasien mengeluhkan perutnya yang semakin kencang, demam yang dirasakan naik
turun, demam dirasakan terutama saat malam hari. Keluhan Keringat dingin, batuk , pilek,
mual , muntah, dan sesak disangkal oleh pasien. BAK lancar, warna seperti air teh, BAB
normal.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat diabetes
mellitus sejak 1 tahun yang lalu, namun tidak berobat
teratur. Riwayat penyakit kuning beberapa tahun yang lalu.
Riwayat hipertensi, sakit paru, sakit jantung, asma dan
alergi disangkal oleh pasien. Riwayat transfusi darah
disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya keluhan serupa pada anggota keluarga
lain disangkal. Riwayat sakit kuning, hipertensi, diabetes
melitus, sakit paru, sakit jantung dan alergi disangkal oleh
pasien.
• Riwayat Sosial
Riwayat minum jamu-jamuan(-), riwayat sex bebas(-),
riwayat transfusi disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum
• Kesadaran: CM
• Kesan umum: Kesakitan

B. Tanda Vital
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 100 x/menit
• Pernapasan: 20 x/menit
• Suhu : 36,8 ºC
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala dan Leher Kepala
Mata
 Tidak ada oedem palpebra dextra dan
sinistra
 Conjungtiva anemis -/-
 Sklera ikterik +/+
 Pupil isokor, 3 mm
Leher
 Inspeksi : tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, tidak tampak
pembesaran KGB, tidak tampak deviasi
trakea
 Palpasi : Tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah,
JVP 5-2 cmH2O.
 
Thorax  Tidak tampak retraksi sela iga
 Tidak terlihat spider navy

 Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri


tekan dan tidak teraba benjolan pada dinding
dada
 Gerak nafas simetris
 Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan
paru, friction fremitus (-), thrill (-)
 Teraba ictus cordis pada ics 5 linea
midclavicularis kiri , diameter 2 cm, kuat denyut
cukup

 Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronchi -/-,


wheezing-/-
 BJ I, BJ II regular, punctum maksimum pada linea
midclavicula kiri ics 5, murmur (-), gallop (-),
splitting (-)
 
Abdomen  Bentuk perut buncit, perut tampak distensi,
pinggang tampak simetris dari anterior dan
posterior
 Venektasi (+), caput medusae (-)
 Umbilikus terletak di garis tengah
 Tidak tampak pulsasi abdomen pada regio
epigastrika

 Bising usus (+) normal


 Arterial bruit (-)

 Dinding abdomen teraba distensi, defans muskular


(-), turgor kulit baik
 Secara umum tidak ditemukan nyeri tekan
 Hepar dan lien sulit dinilai
 Ballotement -/-
 Undulasi (-)

 Shifting dullness (+)


 
Ekstremitas
 tidak terdapat nyeri tekan
 akral hangat dan kering
 pitting edema - -
+ +
 
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hematologi
Hemoglobin 11.5 13.2-17.3 g/dl
Hematokrit 34.3 33-45 %
Lekosit 4.23 5-10 ribu/UL
Trombosit 135 150-440 ribu/UL
Eritrosit 3.13 4.4-5.9 juta/UL
Fungsi Hati
SGOT 57 0-34 u/l
SGPT 62 0-40 u/l
Albumin 2.1 3.4-4.8 g/dl
Fungsi Ginjal
Ureum darah 45 20-40
Kreatinin Darah 1.0 0.6-1.5
Glukosa Darah Sewaktu 279 70-140 mg/dl
Sero-Imunologi Hepatitis
HbsAg positif Non reaktif
DIAGNOSIS

Assessment
• Sirosis Hepatis
• Ascites

• Hepatitis B
TERAPI
A. Non medikamentosa
• Pungsi

B. Medikamentosa
• Infus Asering
• Inj Furosemid 1.1
• Inj Cefotaxime 1 gram 2.1
• Inj Omperazole 40 mg1.1
• Inj Novomix 2.18ui
• Spironolaktan 1.100 mg
• Propanolol 3.10 mg
• Sucralfate syr susp 100ml 3.1c
• Curcuma 3.200 mg
• Hepamax caps 3.1
• KSR 1.600 mg
• Lesipar 2.300 mg
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

• Sirosis (Cirrhosis) diperkenalkan oleh Laennec pada tahun


1819. Sirosis berasal dari bahasa Yunani yaitu ”kirrhos” yang
berarti kuning jingga

• Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan


stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif
yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi
akibat nekrosis hepatoselular. Jaringan penunjang retikulin
kolaps disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular
dan regenerasi nodularis parenkim hati.
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
• Menurut Gall, membagi
Secara klinis :
penyakit sirosis hepatis atas:
• Kompensata • Sirosis Postnekrotik,
• Dekompensata makronoduler/ sirosis
toksik/subacute yellow
• Nutrisional cirrhosis , bentuk
Secara konvensional
sirosis mikronoduler, sirosis
• Makronodular alkoholik
• Mikronodular • Sirosis Post hepatic, sirosis yang
• Campuran terbentuk sebagai akibat setelah
menderita hepatitis
GEJALA KLINIS

• Kompensata
• cepat lelah
• nafsu makan turun, BB turun
• kembung, mual
• pada laki-laki : impotensi, testis mengecil, payudara membesar, hilang dorongan
seksualitas.

• Muncul jika komplikasi gagal hati dah hipertensi porta


• hilangnya rambut badan
• gangguan tidur
• demam
• gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epitaksis, gangguan haid,
• ikterus dengan BAK seperti teh, melena,
• perubahan mental (bingung, agitasi, sampai koma)
TEMUAN KLINIS
• Spider angio maspider angiomata
• Eritema palmaris
• Perubahan kuku (Muchrche)
• Ginekomastia
• Atrofi testis
• Hepatomegali, jika teraba hepar keras nodular
• Splenomegali, akibat kongesti pulpa merah lien karena
hipertensi porta
• Asites, akibat hipertensi porta dan hipoalbuminemia
• Ikterus, akibat hiperbilirubinemia
• DM karena resistensi insulin
DIAGNOSA PADA LAB

• Urine
• Terdapat bilirubin bila penderita ikterus, ekskresi Na dalam urine
berkurang (urine kurang dari 4 meq/l) Tinja
• Kenaikan kadar sterkobilinoge
• Darah
• Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan,
kadang–kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan
kekurangan asam folik dan vitamin B12 atau karena splenomegali.
likopeni bersamaan dengan adanya trombositopeni
• Tes faal hati
• Globulin menaik, sedangkan albumin menurun. Pada orang
normal tiap hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada sirosis 3,5-
5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Radiologi
• Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah pemeriksaan
foto toraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic
Porthography (PTP)
• Ultrasonografi (USG)
• Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar,
permulaan irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati
yang irregular.
• Peritoneoskopi (laparoskopi)
• Pada sirosis hepatis permukaan berbenjol-benjol berbentuk nodul
yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi
biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa
KOMPLIKASI

• Edema dan Asites


• Semakin beratnya sirosis hepatis,maka terjadi pengiriman sinyal ke
ginjal untuk melakukan retensi garam dan air dalam tubuh.Garam
dan air yang berlebihan, akan mengumpul dalam jaringan di bawah
kulit sekitar tumit dan kaki , karena efek gravitasi, air akhirnya juga
akan mengumpul dalam rongga abdomen antara dinding dan perut
dan organ dalam perut
• Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP)
• Cairan yang mengumpul dalam perut tidak mampu lagi untuk
menghambat invasi bakteri secara normal. Beberapa pasien SBP ada
yang tidak mempunyai keluhan sama sekali, namun sebagian lagi
mengeluh demam, menggigil, nyeri abdomen, rasa tak enak di perut,
diare dan asites yang memburuk
KOMPLIKASI

• Perdarahan Varises Esofagus


• Jaringan ikat dalam hati menghambat aliran darah dari usus yang
kembali ke jantung. Kejadian ini dapat meningkatkan tekanan dalam
vena porta (hipertensi portal). vena-vena di bagian bawah esofagus
dan bagian bawah atas lambung akan melebar, sehingga timbul
varises esofagus dan lambung
• Enselopati hepatik
• Sel-sel hati tidak berfungsi normal, beberapa bagian darah dalam
vena porta tidak dapat masuk ke dalam hati, tetapi langsung masuk
ke vena yang lain (bypass). Akibatnya, bahan-bahan toksik dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam hati. Sehingga terjadi akumulasi
bahan ini di dalam darah. Apabila bahan-bahan ini terkumpul cukup
banyak, fungsi otak akan terganggu
KOMPLIKASI

• Sindrom hepatorenal
• Penurunan fungsi ginjal ini disebabkan perubahan aliran darah ke
dalam ginjal. Batasan sindroma hepatorenal adalah kegagalan ginjal
secara progresif untuk membersihkan bahan-bahan toksik dai darah
dan kegagalan memproduksi urin dalam jumlah adekuat,meskipun
fungsi lain ginjal yang penting, misalnya retensi garam tidak
terganggu
TERAPI
• Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata
ditujukan untuk mengurangi progresi kerusakan hati
dengan menghilangkan etiologi, seperti alkohol dan bahan-
bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
dihentikan penggunaannya, pemberian asetaminofen,
kolkisin, dan obat herbal bisa menghambat kolagenik

• Pada hepatitis autoimun bisa diberikan steroid atau


imunosupresif.

• Pada penyakit hati nonalkoholik, menurunkan berat badan


akan mencegah terjadinya sirosis.
TERAPI

• Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudin (analog


nukleosida) merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai
terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari
selama satu tahun. Interferon alfa diberikan secara suntikan
subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan, namun
ternyata juga banyak yang kambuh.

• Pada hepatitis C kronik, kombinasi interferon dengan ribavirin


merupakan terapi standar. Interferon diberikan secara
suntikan subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali seminggu dan
dikombinasikan ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.
TERAPI

• Asites
• Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram atau 90mmol/hari.
• Diet rendah garam dikombinasikan dengan obat-obatan diuretik.
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg
sekali sehari.
• Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa
dikombinasikan dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.
• Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites
bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
TERAPI

• Ensefalopati Hepatik
• Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia. Neomisin
bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia,
diet protein dikurangi sampai 0,5 gram/kgBB/hari, terutama
diberikan yang kaya asam amino rantai cabang.
• Varises Esofagus
• Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat
penyekat beta (propanolol). Waktu perdarahan akut, bisa diberikan
preparat somatostatin atau oktreotid, diteruskan dengan tindakan
skleroterapi atau ligasi endoskopi.
• Peritonitis bakterial spontan, diberikan antibiotika seperti
cefotaxim IV, amoksilin, atau aminoglikosida.
PROGNOSIS
N Derajat Kerusakan Minimal (1 poin) Sedang (2 poin) Berat (3 poin)
o
.
1 Bilirubin serum <35 35-50 >50
. (mo.mol/dl) <2 2-3 >3
Bilirubin serum (mg/dL)
2 Albumin serum (gr/dl) >3.5 2.8-3.5 <2.8
.
3 Asites Tidak ada Mudah dikontrol Sulit dikontrol
.
4 Ensefalopati Tidak ada Minimal(grade 1- Berat(grade 3-
. 2) 4)
5 Prothrombin time 1-3 4-6 >6
. (detik>normal)
or INR <1.7 1.8-2.3 >2.3

Klasifikasi
Klasifikasi A B C
Poin total 5-6 7-9 10-15
PEMBAHASAN

• Masalah pada pasien ini adalah Sirosis hepatis Child Pugh B dengan asites,
hipoalbuminemia. Pada pasien terdapat faktor resiko terjadinya sirosis
hepatis yaitu pernah sakit kuning beberapa tahun yang lalu. Pada
pemeriksan laboratorium ditemukan anti HBV reaktif yang mendukung
bahwa pasien menderita hepatitis B. Virus hepatitis B akan menyebabkan
peradangan dan nekrosis yang luas pada hepatoseluler, terjadi kolaps
lobulus hati dan memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya
septa fibrosa difus dan nodul sel hati.
• Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu secara simptomatis, suportif dan
pengobatan spesifik terhadap komplikasinya. Pada pasien ini dianjurkan
tirah baring, IVFD asering, Injeksi Furosemid 1.1, Inj Cefotaxim 2.1, Inj
Omeprazol 1.1, Inj Novomix 2.18ui. PO = Spirolactan 1.100mg, Propanolol
3.10 mg, Sucralfat 3.Ic, Curcuma 3.1, Hepamax 3.1, KSR 1.1, Lesipar 2.1
• Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai