Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN DISFUNGSI AIR MATA

Oleh :
Syahnaz Mardiah Alkatiri
111 2016 2078

Pembimbing :
Dr. Moch. Iwan Kurniawan . Sp.M
Anatomi
Tear Film

lapisan ini menghambat penguapan dan


membentuk sawar kedap air saat palpebra ditutup

Lapisan ini mengandung oksigen, elektrolit dan


banyak protein seperti growth factors, yang
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan menyediakan
lingkungan yang cocok untuk epitel permukaan

Fungsi lapisan ini sebagai surfaktan yang


membantu air mata membasahi epitel kornea yang
bersifat hidrofobik
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Schirmer

■ Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan


memasukkan strip Schirmer kedalam konjungtiva inferior.
.Bagian yang basah diukur 5 menit setelah dimasukkan.
Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi
dianggap abnormal.

■ Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal, kurang


dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.
2. Tear film break-up time

■ Tear film Break-Up Time mengukur stabilitas film air


mata. Dengan fluorescein yang ditanamkan, Tear
Film Break-Up Time adalah selang waktu setelah
pasien berkedip sampai muncul kekeringan air
mata.

■ Pasien diminta untuk tidak berkedip setelah


diberikan fluorescein 5 μL tanpa anestesi. Pasien
dikatakan mata kering jika daerah kering muncul
sebelum 10 detik.
3. Tes Ferning

■ Sebuah tes sederhana dan murah untuk


meneliti mukus konjungtiva dilakukan
dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di
atas kaca obyek bersih. Arborisasi (ferning)
mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada
pasien konjungtivitis yang meninggakan
parut (pemphigoid mata, sindrom stevens
johnson, parut konjungtiva difus), arborisasi
berkurang atau hilang.
4. Sitologi Impresi

■ Sitologi impresi adalah cara menghitung

densitas sel goblet pada permukaan

konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel

goblet paling tinggi di kuadran infra-nasal

■ Hilangnya sel goblet ditemukan pada kasus

keratokonjungtivitis sicc, trachoma,

pemphigoid mata cicatrix, sindrom stevens

johnson, dan avitaminosis A..


5. Uji Clearance Flourescein
■ Untuk menguji kombinasi sekresi air
mata dan drainase, uji clearance
fluorescein dapat dilakukan sebagai
modifikasi uji Schirmer. Basahnya strip
dan hilangnya warna kedua strip diukur
setiap interval 10 menit.

■ Nilai 3 mm atau lebih pada interval 10


menit pertama adalah standar untuk
normal. Pada interval 20 menit, jika
pewarna tidak bisa dideteksi, maka
clearance itu normal.
6. Pewarnaan Rose bengal
■ Rose bengal akan muncul di daerah kornea atau konjungtiva yang

kekurangan lapisan musin . Rose bengal adalah alat yang penting

dalam mengevaluasi mata kering, tapi lebih baik digunakan

sebagai tambahan karena kurangnya sensitivitas dan spesifisitas

■ Penting untuk dicatat bahwa Rose bengal bersifat toxic terhadap

epitel kornea. Rose Bengal tanpa anestesi dapat menyebabkan

ketidaknyamanan saat digunakan dan karena itu kurang umum

digunakan dibandingkan fluorescein.


7. Pewarnaan Lissamine Green

■ Lissamine green (LG) adalah pewarna lain yang

mirip dengan rose bengal yang mewarnai

permukaan bola mata. Kedua jenis pewarna ini

memiliki pewarnaan yang serupa .

■ Tapi tidak seperti rose bengal, lissamine green

tidk bersifat toxic untuk epitel kornea, dan

ditoleransi lebih baik dibanding rose bengal


8. Uji Kadar Lisozim Air 9. Osmolalitas Air Mata
Mata
■ Penurunan konsentrasi lisozim air mata ■ Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan
umumnya terjadi pad awal perjalanan pada keratokonjungtivitis sicca dan
sindrom Sjorgen dan berguna untuk pemakaian kontak lens dan diduga
mendiagnosis penyakit ini. sebagai akibat berkurangnya sensitivitas
kornea.
■ Air mata ditampung pada kertas Schirmer
dan diuji kadarnya. Cara paling umum ■ Laporan-laporan menyebutkan bahwa
adalah pengujian secara spektrofotometri. hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik
bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan
ini bahkan dapat ditemukan pada pasien
dengan Schirmer normal dan pemulasan
bengal rose normal.
10. Lactoferrin

■ Lactoferrin dalam cairan air mata

akan rendah pada pasien dengan

hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak

penguji dapat dibeli dipasaran.


11. Meibografi / meiboskopi

■ Morfologi dan densitas kelenjar meibom dapat

dianalisis dengan menggunakan meibography /

meiboscopy untuk membantu mendiagnosis

disfungsi kelenjar meibom.

■ Meiboscopy adalah visualisasi dari kelenjar

meibomian oleh transilluminasi kelopak mata.

Meibography menyiratkan dokumentasi fotografi.


12. Meibometri

■ Disfungsi kelenjar meibom dapat didiagnosis


dengan meibometry. Lipid pada daerah bawah
central lid margin diletakkan diatas plastik,
dan jumlah yang diambil dibaca oleh
densitometri optik. Ini memberikan ukuran
tidak langsung dari tingkat steady state dari
lipid meibomian.
13. Termometer permukaan okular
(Ocular surface thermographer)
■ Penggunaan perangkat untuk mengukur suhu
film air mata yang disebut Ocular Surface
Thermographer (Tomey Corporation) telah terbukti
cukup sensitif dan spesifik saat membandingkan
pasien mata kering dengan kontrol yang sehat.

■ Termometer permukaan okuler menunjukkan


hasil yang menjanjikan dalam mendiagnosis
mata kering, walaupun penggunaannya mungkin
terbatas karena biaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai