TT BT BB BL LL
• Indek spektrum:
– Bakteriologi
– Imunologi
– Klinis
– Histopatologi
WHO Classification system:
• Berdasarkan jumlah lesi dan adanya basil lepra pada
pemeriksaan hapus kulit
Asam
Dihidrofolat
Dihidrofolat reduktase
Asam
tetrahidrofolat
Purin
DNA
• Efek samping:
– Hemolisis ~ besar dosis
– Anoreksia, mual, muntah
– Sakit kepala, gugup, sukar tidur, penglihatan kabur, parestesia,
neuropati perifer, demam, hematuria, pruritus, psikosis
– Sindrom sulfon (rx Jarisch-Herx-heimer) --- 5-6 minggu post tx,
pu pada gizi buruk
• Demam, malaise, dermatitis eksfoliatif, ikterus, nekrosis hati,
limfadenopati, methemoglobinemia
• Sediaan:
– 25 mg, 100 mg
– Idealnya pemberian dimulai dengan dosis kecil
• Penggunaan klinik
– Lepra
– Pneumonia pada px AIDS
– Malaria (+ pirimethamin)
RIFAMPISIN
Farmakologi Rifampisin
• Derifat semisintetik dari rifamisin
– Antibiotik yg diproduksi oleh Streptomycem mediterranei
• Spektrum:
– Bakteriostatik
– Gr +, Gr – coccus, bakteri enteric, mikobakteria, klamidia
• Farmakokinetik:
– Po: absorbsi baik --- dihambat bersama makanan
– Tmax: 2-4 jam
– Metabolisme: liver
– Sekresi: empedu ---- sirkulasi enterohepatik
– Distribusi luas di slr cairan dan jaringan tubuh ----- merah jingga di selurh
cairan tubuh
– Inducer metabolisme
• Mekanisme kerja:
– Terutama aktif pada sel yang sedang tumbuh
– Menghambat DNA-dependent RNA polymerase
• Berikatan pada beta sub unit nya--- rpo gene mutasi menyebabkan resistensi rifampicin
• Penggunaan klinis:
– Infeksi TBC
– Infeksi mikobakteria atipik
– Lepra
– Alternatif profilaksis TBC
– Osteomielitis
• Efek samping:
– Warna orange pada urin, keringat, air mata, lensa
kontak
– Kemerahan, nefritis, kolestatik jaundice, hepatitis, flu
like syndrome (demam, mialgia, anemia,
trombositopenia, nekrosis tubular akut)
• Interaksi obat:
– Rifampisin mrp inducer kuat enzim sitokrom P450
(3A4,2C9,2D6,2C19,1A2).
– RIF + PAS: kadar Rif
– RIF + Disulfiram, probenesid: ekskresi Rif
– Antikoagulan, siklosporin, antikonvulsan, kontrasepsi, metadone
• kadar obat
• Dosis:
– Dewasa < 50 kg: 450 mg/hr
– Dewasa >50 kg: 600 mg/hr
– Anak-anak: 10-20 mg/kg/hr, max 600 mg/hr
• Sediaan:
– Kapsul 150 mg, 300 mg
– Tablet 450 mg, 600 mg
– Suspensi 100 mg/5 ml
– Sediaan kombinasi
KLOFAZIMIN
Farmakologi Klofazimin
• Turunan Fenazin ---- obat alternatif Dapson
• Mekanisme kerja:
– Tidak jelas, kemungkinan terikat dengan DNA ----- mengganggu sintesis
– Produksi radikal bebas yang toksis terhadap bakteri
• Spektrum: bakterisidal
• Farmakokinetik:
– Po: absorbsi di saluran cerna bervariasi
– Ekskresi majoritas di feces
– Dideposit di jaringan retikuloendotelial, kulit
– T1/2: 2 bulan
• Penggunaan klinis:
– Px yang resisten sulfon atau intoleran sulfon
– Lepra tipe MB
– Dosis: 100 mg/hr
• ES:
– Pewarnaan kulit: merah kecoklatan --- hitam (major adverse effect)
– Intoleransi GI tr.
KONDISI KHUSUS
Lepra selama kehamilan dan laktasi
• Regimen MDT standard tetap diteruskan
– Aman
– ES: perubahan warna kulit ringan pada bayi akibat
Klofazimin
Alergi atau resisten Rifampisin
• WHO: 24 bulan tx
– 6 bulan: Clofazimin 50 mg/hr, Ofloxasin 400
mg/hr, Minosiklin 100 mg/hr (bisa diganti
Klaritromisin 500 mg/hr)
– 18 bulan: Klofazimin 50 mg/hr, Ofloxasin 400
mg/hr atau Minosiklin 100 mg/hari
Px yang menolak Klofazimin
• Ofloksasin 400 mg/hr, 12 atau 24 bulan atau
• Minosiklin 100 mg/hr, 12 atau 24 bulan atau
• Kombinasi 3 obat:
– Rifampisin 600 mg 1x/bulan, 24 bulan +
– Ofloksasin 400 mg 1x/bulan, 24 bulan +
– Minosiklin 100 mg 1x/bulan, 24 bulan
•
Px toxic terhadap Dapson
• Stop Dapson
• Dosis Klofazimin ditingkatkan sebesar Dapson
Reaksi Lepra
• Ringan: Aspirin
• Sedang --- berat:
– MRS, Klorokuin 3 x 1 tablet (3-5 hr)
– Thalidomid (awal 400 mg, rumatan 100 mg/hr),
Kortikosteroid 30-60 mg sd, Klofazimin 3x100 mg/hr
• Reaksi reversal:
– Kortikosteroid: tx neuritis akut
• ENL (Erytheme Nodosum Leprosum)
– Talidomid 100 mg sebelum tidur (TERATOGENIK !!!!!)
– Non responsive ---- Kortikosteroid atau Klofazimin
Penilaian hasil tx
RFT RFC
• 2HRZE/4HR
Karakteristik anti TBC
• Mikobakteria pada umumnya resisten thd banyak antibiotik
• Mikobakteria tumbuh secara lambat dibandingkan bakteri
lainnya ---- antibiotik yang aktif melawan sel yang sedang
aktif tumbuh relatif tidak efektif ----- perlu kombinasi
• Mikobakteria bisa tumbuh dorman ---- resisten terhadap
banyak obat dan susah dimatikan
• Dinding sel mikobakteri bersifat impermiable terhadap
banyak zat kimia termasuk obat
• Mikobakteria hidup secara intraselular --- tidak mudah
dicapai oleh obat
• Mikobakteria sendiri mudah sekali menjadi resisten
Isoniazid (INH)
• Kemoterapi bukan antibiotik
• Obat TB yang paling aktif terhadap stain yang
peka
• Larut dalam air
• Struktur mirip dengan piridoksin (Vit B6)
• Bakterisid terhadap basil yang aktif tumbuh
• Kurang aktif terhadap spesis mycobacterium
atypic
• Dapat penetrasi ke dalam makrofag dan aktif
melawan organisme intra dan ekstra seluler
Mekanisme kerja dan
timbulnya resistensi
INH, a
prodrug
DNA
Mekanisme resistensi
• Resistensi timbul dengan cepat jika obat
digunakan sendirian
• Mekanisme:
1. Resistensi tingkat tinggi: Delesi pada gene katG
yang mengkode katalase peroksidase yang
terlibat pd aktivasi INH
2. Resistensi tingkat rendah: delesi pada gene inhA
yang mengkode acyl carrier protein reductase
Farmakokinetik
• Resisten mutant pada umumnya timbul 1:106
populasi mikobakteria yang peka
• INH diabsorb dg baik di GI tr, tersebar ke selurh
cairan tubuh dan jaringan
• Dosis: 300 mg/hr po atau 900 mg 2x/mgg atau 5
mg/kg/hr (anak)
• T max: 3-5 ug/ml, 1-2 jam
• Konsentrasi di CNS dan CSF 20-100% dari serum
konsentrasi
• Metabolisme: proses asetilasi oleh N-acetyl
transferase di liver (gen NAT2)
Konsentrasi plasma pada rapid acetylator 1/3 -
1/2 kali slow acetylator
T1/2 pada rapid 1 jam, pada slow 3 jam
Rapid: klinis kurang berbahaya asal dosis
tepat, jika dosis kurang atau ada malabsorbsi -
-- tx tidak efisien
• Ekskresi: urin (obat asal dan metabolit )
– Gagal ginjal: atur dosis
• Kontra indikasi: hepatitis
Efek samping INH
Terkait dengan dosis dan lama pemberian
1. Reaksi imunologi:
demam
Drug induced
Kulit kemerahan systemic lupus
erythematosus
Efek samping INH
2. Toksisitas langsung
Isoniazid induced hepatitis (paling umum)
◦ Klinis --- hepatitis
◦ Hilang nafsu makan,
◦ mual,
◦ muntah,
◦ Kuning dan
◦ Nyeri perut kanan atas
◦ Histologi: kerusakan dan nekrosis hepatoselular
◦ Resiko hepatitis
◦ tergantung umur--- jarang dibawah 20 th, 2.3% umur 50 ke atas
◦ Alkoholik
◦ kehamilan
◦ Pasca melahirkan
Efek samping
3. Neuropati perifer (10-20% pasien dg dosis > 5
mg/kg/hr, jarang pada dosis standar)
– Sering terjadi pada slow asetilator, malnutrisi,
alkoholisme, diabetes, AIDS
– Karena defisiensi piridoksin relatif
1. Infeksi mikobakteri:
- Dosis 600 mg/hr, 10 mg/kg/hr
- Kombinasi untuk mencegah resistensi
2. Atypical mycobacterial infections (600 mg/hr, 6
bln, kombinasi)
3. Lepra 600 mg/hr, 6 bln, kombinasi
4. Alternatif pada profilaksis latent TBC: 600 mg/hr,
single drug, 4 bulan, pada INH resisten tapi peka
rifampin
Penggunaan klinis
5. Aktif TBC dengan resisten terhdp INH, peka
rifampin
6. Karier meningococ, 600 mg, 2 dd, 2 hr
7. Karier stafilokokus, kombinasi dengan
antibiotik lain
8. Osteomyelitis dan endokarditis dengan
katup prostetik disebabkan oleh stafilokokus,
kombinasi dengan antibiotik lain
Efek samping
1. Warna oranye pada urin, keringat, air mata,
lensa kontak
rashes
2. Efek samping lain:
cholestatic
nephritis
jaundice
• Efek samping:
1. Hepatotoksisitas (1-5% px)
2. Hiperurisemia (menimbulkan gout artritis
akut)
3. Mual, muntah, demam
Streptomisin
• Diisolasi dari Streptomyces griseus.
• Mekanisme kerja:
– Sebagaimana aminoglikosida lain---- menghambat
sintesis protein bakteri scr ireversibel:
Resistensi
1. Dihasilkannya enzim transferase yang
menginaktivasi aminoglikosida dengan cara
asetilasi, adenilasi, fosforilasi
2. Terganggunya masuknya obat ke dalam sel
3. Delesi atau perubahan reseptor protein pada
sub unit 30s ribosom karena mutasi
Farmakokinetik
• Penetrasi Streptomycin ke dalam sel jelek
• Aktif terutama melawan bakteri ekstraseluler
• Melewati BBB, level obat baik pada meningen
yang inflamasi
• Dosis : 1g/hr or 15mg/kg/hr i.m atau i.v
Penggunaan klinis
Tuberculosis:
derajat parah: meningitis, TBC miliar
Efek samping
• Ototoksik
• Nefrotoksik
• Toksisitas: tergantung dosis, meningkat pada
usia lanjut
Lini kedua