KECEMASAN
Oleh
Jon Farizal,SST
Afektif
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervous
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah
TIPE KEPRIBADIAN PENCEMAS
Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala
yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor
psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang
tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang
bersangkutan menunjukan kecemasan juga.
Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak
selamanya mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi
sering juga disertai dengan keluhan-keluahan fisik
(somatik) dan juga tumpang tindih dengan ciri-ciri
kepribadian depresif atau kata lain batasannya
seringkali tidak jelas
Apakah Anda Pencemas ?
Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan
bimbang
Memandang masa depan dengan rasa
was-was (khawatir)
Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di
depan umum (“demam panggung”)
Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan
orang lain
Tidak mudah mengalah, suka ngotot
Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila
duduk, gelisah
Apakah Anda Pencemas ? (2)
2. Ketegangan 0 1 2 3 4
Merasa tegang v
Lesu v
Tidak bisa istirahat tenang v
Mudah terkejut v
Hamilton Rating Scale For
Anxiety ( HRS-A) (2)
Gejala - gejala
3. Gangguan Panik
Dicirikan dengan serangan panik yang terjadi
pada waktu yang tidak terduga, disertai
ansietas, ketakutan dan teror yang kuat.
Serangan panik adalah periode diskrit dari
ketakutan yang luar biasa atau rasa tak
nyaman di mana sedikitnya empat dari gejala
serangan panik berkembang dengan cepat dan
mencapai puncaknya dalam 10 menit
Gejala serangan panik
Palpitasi, jantung berdenyut keras, atau percepatan frekuensi
jantung
Berkeringat
Gemetar atau goyah
Sensasi sesak nafas atau perlambatan
Merasa tersedak
Nyeri dada dan tak nyaman
Mual dan distres abdomen
Merasa pening, vertigo, kepala melayang, atau pingsan
Derealisasi (merasa tidak nyata) atau depersonalisasi
(merasa terasing dari diri sendiri)
Ketakutan kehilangan kendali diri atau menjadi gila
Ketakutan mati
Parestesia (sensasi kebas atau kesemutan)
4. Gangguan Obsesif – Kompulsif
Ciri utama dari gangguan ini adalah obsesi (ide
persisten) atau kompulsi (dorongan yang tidak
terkendali untuk melakukan suatu tindakan secara
berulang) yang cukup parah hingga menghabiskan
waktu, menyebabkan distress berat, atau
kerusakan fungsi yang signifikan.
Orang yang mencuci tangannya berkali-kali
(repeated hand washing), orang yang mengunci
pintu berulang kali, berulang-ulang mengambil air
wudhlu, atau mandi atau mengucap takbir (takbir
awal) berulang kali sebelum melanjutkan sholat.
Kriteria Obsesi Kompulsif
Obsesi
Gagasan atau ide, pikiran, bayangan atau impuls,
yang terpaku (persisten) dan berulang ( recurent)
dan bersifat ego-distonik, yaitu tidak dihayati
berdasarkan kemauan sendiri, tetapi sebagai
pikiran yang mendesak kedalam kesadaran dan di
hayati sebagai hal yang tidak masuk akal atau
tidak disukai. Ada usaha untuk tidak
menghiraukan atau menekannya dan dapat
menyebabkan individu tersebut mengalami
peningkatan ansietas.
Kriteria Obsesi Kompulsif (2)
Kompulsi
Tingkah laku yang berulang yang nampaknya mempunyai
tujuan, yang ditampilkan menurut aturan tertentu atau
dengan cara stereotipik.
Aktivitas ini tidak mempunyai kaitan atau relevansi yang
realistik dengan hal yang akan di cagah atau di hasilkan;
atau jelas-jelas berlebihan. Perbuatan itu di lakukan
dengan rasa kompulsi subyektif dan di sertai
olehkeinginan untuk melawan kompulsi itu.
Orang yang bersangkutan umumnya mengenal bahwa
perbuatannya itu tidak masuk akal, dan tidak memperoleh
kesenangan atau kepuasan ketika melakukan
pengulangan perbuatan itu, walaupun hal itu meredakan
ketegangan.
Kriteria Obsesi Kompulsif (3)
Go to word…
Evaluasi hasil
Klien mengidentifikasi respons ansietasnya sendiri.
Klien mengidentifikasi stresor-stresor di masa lalu
atau saat ini yang berperan dalam munculnya respon
ansietas.
Klien menggunakan strategi koping bukannya prilaku
simtomatis.
Klien mengidentifikasi dan berpartisipasi secara aktif
dalam rencana pengobatan yang berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang Hawari. 2002. Manajemen Stres, Cemas, dan
depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Isaacs, Ann. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan
Jiwa dan Psikiatrik Edisi 3. Jakarta: EGC
Maslim, Rusdi (editor). 1998. Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. Jakarta.
Maramis, W.F.1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
Stuart, Gail Wiscarz; Sandra J, Sundeen. Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC
Tomb, David .A. 2004. Buku Saku Psikiatrik Edisi 6. Jakarta: EGC