Anda di halaman 1dari 51

Ansietas

KECEMASAN
Oleh
Jon Farizal,SST

Ilmu Keperawatan Jiwa


Preface…
 Kecemasan adalah suatu sinyal yang
menyadarkan; ia memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
 Kecemasan adalah respon terhadap suatu
ancaman yang tidak diketahui, internal,samar-
samar, atau konfliktual.
 Kecemasan : Anxiety, kegelisahan, khawatir
TEORI-TEORI PSIKOSOSIAL
TENTANG ANSIETAS
 Teori Psikodinamika.
Konflik tak sadar yang terjadi akibat
keinginan dan hasrat yang ditekan dapat
menimbulkan rasa bersalah dan malu
sehingga menyebabkan ansietas.
 Teori Interpersonal.
Individu dengan konseo diri yang buruk
dan harga diri yang rendah lebih rentan
terhadap ansietas dan gangguan yang
terkait dengan ansietas.
TEORI-TEORI PSIKOSOSIAL
TENTANG ANSIETAS (2)
 Teori Perilaku.
Ansietas adalah respon terkondisi terhadap
stresor internal dan eksternal
 Teori Kognitif.
Perasaan subjektif terhadap ansietas secara
langsung berkaitan dengan pikiran individu
tersebut tentang dirinya sendiri, masa
depannya, dan dunia.
 Teori Humanistik.
Ansietas berkaitan dengan hilangnya arti dalam
kehidupan seseorang.
Tentang ANSIETAS …
 Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak
menyenagkan dan tidak dapat dibenarkan yang
sering disertai dengan gejala fisiologis
 Gangguan ansietas adalah keadaan ansietas yang
terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi, seperti fobia atau obsesif
 Takut bersifat universal dan dapat menimbulkan
gambaran gejala ansietas akut; tetapi berbeda
dengan ansietas, penyebab rasa takut biasanya
jelas dan dapat dipahami.
Respon Fisiologis Terhadap
Ansietas
 Pernapasan  Neuromuskular
 Nafas cepat  refleks meningkat
 Nafas pendek  reaksi kejutan
 Tekanan pada dada  mata berkedip-kedip
 Nafas dangkal  insomnia
 Pembengkakan pada  tremor
tenggorokan  rigiditas
 Sensasi tercekik  gelisah
 Terengah-engah  wajah tegang
 kelelahan umum
 kaki goyah
 gerakan yang janggal
Respon Fisiologis Terhadap
Ansietas (2)
 Traktus urinarius
 Tidak dapat menahan kencing
 Sering berkemih
 Kulit
 Berkeringat setempat (telapak tangan)
 Gatal
 Rasa panas dan dingin pada kulit
 Wajah pucat
 Berkeringat seluruh tubuh
 Pendengaran
 Berdengir/ berdengung
Respon Perilaku, Kognitif, dan
Afektif terhadap Ansietas
Perilaku Kognitif
 Gelisah
 Perhatian terganggu
 Ketegangan fisik  Konsentrasi buruk
 Tremor  Pelupa
 Gugup  Salah dalam memberikan
 Bicara cepat penilaian
 Kurang koordinasi  Bidang persepsi menurun
 Cenderung mendapat  Kreativitas menurun
cedera  Produktivitas menurun
 Menarik diri dari hubungan  Sangat waspada
interpersonal  Kesadaran diri meningkat
 Menghalangi  Kehilangan objektivitas
 Melarikan diri dari masalah  Takut kehilangan kontrol
 Menghindar  Takut pada gambaran visual
 Hiperventilasi  Takut cedera atau kematian
Respon Perilaku, Kognitif, dan
Afektif terhadap Ansietas (2)

Afektif
 Mudah terganggu
 Tidak sabar
 Gelisah
 Tegang
 Nervous
 Ketakutan
 Alarm
 Teror
 Gugup
 Gelisah
TIPE KEPRIBADIAN PENCEMAS
 Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala
yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor
psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang
tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang
bersangkutan menunjukan kecemasan juga.
 Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak
selamanya mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi
sering juga disertai dengan keluhan-keluahan fisik
(somatik) dan juga tumpang tindih dengan ciri-ciri
kepribadian depresif atau kata lain batasannya
seringkali tidak jelas
Apakah Anda Pencemas ?
 Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan
bimbang
 Memandang masa depan dengan rasa
was-was (khawatir)
 Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di
depan umum (“demam panggung”)
 Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan
orang lain
 Tidak mudah mengalah, suka ngotot
 Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila
duduk, gelisah
Apakah Anda Pencemas ? (2)

 Seringkali mengeluh ini dan itu (keluhan-


keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap
penyakit
 Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan
masalah yang kecil (dramatisasi)
 Dalam mengambil keputusan sering diliputi
rasa bimbang dan ragu
 Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya
seringkali berulang-ulang
 Kalau sedang emosi seringkali bertindak
histeris
TINGKATAN ANSIETAS
 Ansietas ringan
 Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
 Waspada dan meningkatkan lahan persepsinya
 Memotivasi belajar, kreativitas.
 Ansietas sedang
 Terpusat dan mengenyampingkan
 Perhatian yang selektif, lebih terarah.
 Ansietas berat
 Terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
 Mengurangi ketegangan
 Memerlukan banyak pengarahan
 Tingkat panik
 Terperangah, ketakutan, dan teror.
 Kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu.
 Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
 Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional.
 Parah / kronis  Death
RENTANG RESPON ANSIETAS

Antisipasi Ringan sedang berat Panik


Skema Dampak ansietas
Kemampuan belajar dan menghadapi stres semakin menurun

RINGAN SEDANG BERAT PANIK

Bidang persepsi dan kemampuan untuk berfokus semakin berkurang


Alat Ukur
Tingkat Kecemasan
 Hamilton Rating Scale For Anxiety ( HRS-A)
 Teknik wawancara langsung oleh expert
 Terdiri dari 14 kelompok gejala. Masing-masing
kelompok gejala di beri penilaian angka
(score ) antara 0-4
 Nilai :
0 : tidak ada gejala ( keluhan )
1 : gejala ringan
2 : gejala sedang
3 : gejala berat
4 : gejala berat sekali
Hamilton Rating Scale For
Anxiety ( HRS-A)
Gejala kecemasan Nilai angka(score)
1. Perasaan cemas 0 1 2 3 4
 Cemas v
 Pirasat buruk v
 Takut akan pikiran sendiri v
 Mudah tersinggung v

2. Ketegangan 0 1 2 3 4
 Merasa tegang v
 Lesu v
 Tidak bisa istirahat tenang v
 Mudah terkejut v
Hamilton Rating Scale For
Anxiety ( HRS-A) (2)

 Total nilai (score) :


< 14 = tidak ada kecemasan
14-20 = kecemasan ringan
21-27 = kecemasan sedang
28-41 = kecemasan berat
42-56 = kecemasan berat sekali
GANGGUAN TERKAIT ANSIETAS
 Ansietas Ringan Kronis
 Ansietas Menyeluruh/Umum
 Gangguan Panik
 Gangguan Obsesif – Kompulsif
 Gangguan Fobia
 Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)
 Gangguan Disosiatif
 Gangguan Stres Akut
Etiologi Gangguan terkait Ansietas
Kerentanan Biologik.
 Gangguan ini cenderung berhubungan dengan abnormalitas
(hipersensitivitas) neurotransmitter
 misalnya, disregulasi GABA, serotonin, atau norepinefrin di
dalam sistem limbik
Gender
 Gangguan ini menyerang wanita dua kali lebih banyak
daripada pria.
Gangguan Psikiatrik Lainnya.
 Terdapat angka komorbiditas yang tinggi dengan gangguan
psikiatrik lainnya
 termasuk gangguan depresi dan panik.
Trauma
 Fisik (penganiayaan, pelecehan seksual, kecelakaan)
 Psikologis (Kemarahan besar ortu, DO)
Etiologi Gangguan terkait Ansietas
Faktor Psikososial,
 rendahnya harga diri, berkurangnya toleransi terhadap stres,
dan kecendrungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan
kontrol
Genetik.
 Ada kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki
komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan
fobia sosial dan sederhana serta depresi mayor
Teori Disfungsi Striatum.
 Striatum adalah bagian otak yang mengendalikan gerakan
volunter. Tindakan motorik berulang seperti berjalan dan
mengunyah, dapat menstimulasi pelepasan serotonin, yang
pada gilirannya akan meningkatkan mood. Individu dengan
OCD dapat melakukan ritual berulang untuk “mengobati
sendiri” defesiensi serotonin yang mereka alami.
1. Ansietas Ringan Kronis
 Ketegangan, mudah marah, takut pada
sesuatu yang akan terjadi, dan perhatian
mudah teralih
 ditatalaksana dengan psikoterapi suportif
serta terapi berorientasi realita
 obat-obatan untuk jangka panjang
sedikit menfaatnya
 sembuh sejalan dengan menghilangnya
stress
2. Ansietas Menyeluruh/Umum
 Ansietas dan kekhawatiran berlebihan
yang sering terjadi berhari-hari selama
sedikitnya 6 bulan yang tidak terbatas
atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja.
2. Ansietas Menyeluruh/Umum (2)

 Ketegangan motorik/alat  Hiperaktivitas saraf autonom (


gerak : simpatis/ parasimpatis )
 berkeringat berlebihan
 gemetar  jantung berdebar-debar
 tegang  rasa dingin
 nyeri otot  telapak tangan/kaki basah
 letih  mulut kering
 pusing
 tidak dapat santai  kepala terasa ringan
 kelopak mata bergetar  kesemutan
 kening berkerut  rasa mual
 muka tegang  rasa aliran panas atau dingin
 sering buang air seni
 gelisah  diare
 tidak dapat diam  rasa tidak enak di ulu hati
 mudah kaget  kerongkongan tersumbat
 muka merah atau pucat
 denyut nadi dan nafas yang
cepat waktu istirahat
Gejala - gejala
2. Ansietas Menyeluruh/Umum (3)

Rasa khawatir berlebihan Kewaspadaan berlebihan


tentang hal-hal yang  mengamati lingkungan
akan datang
(Apprehensive secara berlebihan
Expectation) sehingga mengakibatkan
 cemas khawatir, takut perhatian mudah beralih
 berfikir berulang (  sukar konsentrasi
Rumination )  sukar tidur
 membahayakan akan  merasa ngeri
datangnya kemalangan  mudah tersinggung
terhadap diri atau orang
lain  tidak sabar

Gejala - gejala
3. Gangguan Panik
 Dicirikan dengan serangan panik yang terjadi
pada waktu yang tidak terduga, disertai
ansietas, ketakutan dan teror yang kuat.
 Serangan panik adalah periode diskrit dari
ketakutan yang luar biasa atau rasa tak
nyaman di mana sedikitnya empat dari gejala
serangan panik berkembang dengan cepat dan
mencapai puncaknya dalam 10 menit
Gejala serangan panik
 Palpitasi, jantung berdenyut keras, atau percepatan frekuensi
jantung
 Berkeringat
 Gemetar atau goyah
 Sensasi sesak nafas atau perlambatan
 Merasa tersedak
 Nyeri dada dan tak nyaman
 Mual dan distres abdomen
 Merasa pening, vertigo, kepala melayang, atau pingsan
 Derealisasi (merasa tidak nyata) atau depersonalisasi
(merasa terasing dari diri sendiri)
 Ketakutan kehilangan kendali diri atau menjadi gila
 Ketakutan mati
 Parestesia (sensasi kebas atau kesemutan)
4. Gangguan Obsesif – Kompulsif
 Ciri utama dari gangguan ini adalah obsesi (ide
persisten) atau kompulsi (dorongan yang tidak
terkendali untuk melakukan suatu tindakan secara
berulang) yang cukup parah hingga menghabiskan
waktu, menyebabkan distress berat, atau
kerusakan fungsi yang signifikan.
 Orang yang mencuci tangannya berkali-kali
(repeated hand washing), orang yang mengunci
pintu berulang kali, berulang-ulang mengambil air
wudhlu, atau mandi atau mengucap takbir (takbir
awal) berulang kali sebelum melanjutkan sholat.
Kriteria Obsesi Kompulsif
 Obsesi
Gagasan atau ide, pikiran, bayangan atau impuls,
yang terpaku (persisten) dan berulang ( recurent)
dan bersifat ego-distonik, yaitu tidak dihayati
berdasarkan kemauan sendiri, tetapi sebagai
pikiran yang mendesak kedalam kesadaran dan di
hayati sebagai hal yang tidak masuk akal atau
tidak disukai. Ada usaha untuk tidak
menghiraukan atau menekannya dan dapat
menyebabkan individu tersebut mengalami
peningkatan ansietas.
Kriteria Obsesi Kompulsif (2)

Kompulsi
 Tingkah laku yang berulang yang nampaknya mempunyai
tujuan, yang ditampilkan menurut aturan tertentu atau
dengan cara stereotipik.
 Aktivitas ini tidak mempunyai kaitan atau relevansi yang
realistik dengan hal yang akan di cagah atau di hasilkan;
atau jelas-jelas berlebihan. Perbuatan itu di lakukan
dengan rasa kompulsi subyektif dan di sertai
olehkeinginan untuk melawan kompulsi itu.
 Orang yang bersangkutan umumnya mengenal bahwa
perbuatannya itu tidak masuk akal, dan tidak memperoleh
kesenangan atau kepuasan ketika melakukan
pengulangan perbuatan itu, walaupun hal itu meredakan
ketegangan.
Kriteria Obsesi Kompulsif (3)

 Kompulsif muncul pada 75% atau lebih pada gangguan obsesif.


 Tindakan ritual menghilangkan rasa cemas akibat obsesi untuk
sementara waktu.
 Pikiran yang muncul sering bersifat magis dan pasien biasanya
menyadari hal ini.
 Gangguan obsesif-kompulsif mengenai 2,3 % populasi
(perempuan:laki-laki=1:1), menunjukkan derajat keparahan yang
bervariasi, kronis dan beberapa diantaranya mengalami
penyembuhan spontan.
 Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif juga menderita depresi
(80%), depresi mayor, sindrom Tourette.
 Pada sekitar 75% pasien gejala pertama muncul pada usia 20-an,
dimulai tiba-tiba atau muncul perlahan dan seringkali memilki
perjalanan penyakit yang episodik.
5. Gangguan Fobia
 Ciri utama dari gangguan ini adalah ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau
kejadian tertentu. Individu tersebut dapat
mengalami serangan panik atau ansietas berat bila
dihadapkan pada situasi atau objek tersebut.
 Lebih dari 12% populasi mungkin menderita
gangguan fobia pada beberapa situasi, tetapi hanya
kurang dari 1% yang secara bermakna
menimbulkan ketidakmampuan. Banyak kasus
dimulai secara tiba-tiba pada wanita dari keluarga
yang stabil saat usia 15-30 tahun.
Jenis Fobia
1. Agrofobia tanpa riwayat gangguan panik

 Fobia multiple disertai ansietas kronis-terutama rasa takut


akan ruangan terbuka dan atau tertutup, tempat yang tak
dikenal, kesenderian, dan yang lebih umum adalah
kehilangan rasa aman.
 Beragam rasa takut dan hipokondriasis dapat muncul
juga, demikan juga beberapa gejala lain termasuk
pingsan, pikiran obsesif, depersonalisasi (nerasa dirinya
tidak nyata, terpisah), dan derealisasi (merasa
sekelilingnya tidak nyata.
Jenis Fobia
2. Fobia Sosial

 Perasaan takut akan diperhatikan dengan seksama oleh


orang lain ketika berbicara di depan umum, ketika
menggunakan kamar mandi umum, wajah kemerahan,
atau ketika makan di tempat umum.
 Khususnya dimulai pada usia remaja dan ditemukan
pada 3-4% populasi (perempuan:laki-laki=2:1).
Beberapa pasien terganggu dengan aktivitas sosial
yang spesifik dan terbata, sedangkan yang lain
menderita akibat pajanan sosial apapun.
Jenis Fobia
3. Fobia Spesifik

 Gambarannya berupa ketakutan yang sangat menetap


yang terlalu berlebih dan tak beralasan,
 ditandai dengan adanya atau antisipasi terhadap
benda-benda tertentu atau situasi mis., penerbangan,
ketinggian , hewan, mendapatkan suntikan , melihat
darah).
 Pemajanan terhadap stimulus fobia hampir tak
bervariasi membangkitkan respon ansietas mendesak.
 Individu mengenali ketakutannya yang berlebihan, dan
distres atau penghindaran mengganggu rutinitas
normal individu.
6. Gangguan Stres Pascatrauma
(PTSD)
 Ciri penting dari gangguan ini adalah
pikiran dan perasaan yang terjadi
berulang-ulang berkaitan dengan trauma
tertentu yang buruk (misalnya
pengalaman berperang, perkosaan,
kecelakaan yang serius, dll).
Karakteristik PTSD
 Dapat berupa respon akut atau lambat; dapat juga menjadi
kronik
 Gejala-gejalanya meliputi adanya kecemasan yang jelas,
perubahan kepribadian dengan iritabilitas dan sulit
berkonsentrasi, respon terkejut yang berlebihan, insomnia dan
mimpi buruk, pikiran yang mengganggu tentang peristiwa,
perasaan seakan peristiwa traumatis terulang kembali,
penghidaran terhadap sesuatu yang berhubungan dengan
trauma.
 Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam
kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat masa
laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa
bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan)
 Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan
bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik
tersebut secara berulang-ulang kembali (flash back)
7. Gangguan Disosiatif
 Ciri-ciri pentingnya adalah perubahan
kewaspadaan sadar, yang meliputi
periode lupa, kehilangan ingatan tentang
kejadian-kejadian yang menimbulkan
stres, merasa terputus dari kejadian
sehari-hari, atau munculnya kepribadian
yang berbeda.
Subtipe DSM-IV Gangguan
Disosiatif
DSM-IV mengidentifikasi lima gangguan berbeda yang dicirikan dengan
diasasosiasi, atau perasaan terpisah dari kehidupan biasa atau dalam
keadaan seperti mimpi.
 Amnesia disasosiatif adalah ketidakmampuan mengingat kembali
informasi pribadi yang penting; yang terjadi secara tiba-tiba
 Furgue disasosiatif adalah melarikan diri dari rumah secara tiba-tiba
dan tidak terduga disertai ketidakmampuan mengingat kejadian-
kejadian masa lalu
 Ganggguan depersonalisasi adalah perasaan terpisah, dan seolah-
olah menjadi pengamat di luar pikiran atau tubuhnya sendiri.
 Gangguan identitas disasosiatif adalah adanya dua atau lebih
kepribadian yang berbeda, masing-masing dengan pola persepsi,
hubungan, dan pemikirannya sendiri tentang lingkungan.
 Gangguan disasosiatif yang lain adalah gangguan yang kriterianya
tidak sesuai dengan kriteria gangguan disasosiatif lainnya
8. Gangguan Stres Akut
 Gangguan stres akut adalah suatu reaksi
yang diperkirakan dari seseorang yang
mengalami suatu trauma yang sangat
berat
Karakteristik Stres Akut
 Harus ada kaitan waktu, kejadian yang jelas antara terjadinya
pengalaman stresor luar biasa (fisik atau mental) dengan onset dari
gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah
kejadian
 Ditemukan gejala-gejala
a. Gambaran gejala permulaan yang biasanya berubah-ubah
(terpaku, depresi, ansietas, marah, kecewa, overacting, dan
penarikan diri)
b. Pada kasus yang dapat dialihkan dari stresornya, gejala dapat
menghilang dengan cepat
 Diagnosis ini tidak boleh digunakan untk keadaan kambuhan
mendadak dari gejala-gejala pada individu yang sudah
menunjukkan gangguan psikiatrik lainnya
 Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri
memegang peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi
stress akut
Penatalaksanaan Gangguan
terkait Ansietas
Medikasi.
 Antidepresan (trisiklik), venlafaksin XR, buspiron
 Benzodiazepin dengan tidak berlebihan
 selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI),
paroksetin(Paxil), dan setralin (Zoloft)
Terapi Perilaku Kognitif.
 Dorong rasa percaya diri, rumatan aktivitas produktif.
 tehnik relaksasi (misal, biofeedback, meditasi, otohipnosis).
 Bantulah pasien untuk memahami akan sifat kronis
penyakitnya dan mengerti akan adanya kemungkinan untuk
selamanya hidup dengan beberapa gejala yang memang
tidak akan hilang.
 Pertemukan dengan stressor nya
Penatalaksanaan Gangguan
terkait Ansietas
Terapi kelompok pendukung
 Pendekatan psikoedukasi dan dukungan
 Terutama dengan individu yang
mengalami trauma serupa (mis,
kelompok perang veteran, kelompok
trauma perkosaan).
PROSES
KEPERAWATAN
Pengkajian
 Kaji ulang riwayat klien untuk adanya stresor
 Catat gejala-gejala fisiologik dari ansietas klien
 Tentukan tingkat ansietas klien (dengan skala dari
ringan sampai panik).
 Tentukan respon kognitif klien
 Observasi perilaku klien Tentukan dampak distres
klien terhadap keluarganya
 Tentukan strategi koping yang digunakan klien
Diagnosis
 Analisis. Analisis stresor internal dan eksternal
yang memengaruhi klien, dampak gejala pada
fungsi normal sehari-hari, dan efektivitas strategi
pemecahan masalah serta mekanisme depensif.
 Rumuskan diagnosa keperawatan untuk klien,
keluarga klien atau keduanya:
Gangguan penyesuaian, Ansietas, Koping individu
tidak efektif, Koping keuarga tidak efektif:
memburuk, Konflik keputusan (sebutkan),
Gangguan pola tidur, Resiko kekerasan
DIAGNOSIS BANDING
GANGGUAN CEMAS
Perencanaan
 Bekerja sama dengan klien, keluarganya atau keduanya
menetapkan tujuan yang realistik.
 Menentukan kriteria hasil
 Menyelidiki adanya ansietas dan stres
 Mengidentifikasi stresor yang menyebabkan ansietas
 Menggunakan strategi koping atau mempelajari
strategi koping yang baru untuk mengurangi ansietas
dan stres.
 Memodifikasi pikiran dan perilaku untuk meningkatkan
koping.
 Hasil yang diharapkan untuk pasien dengan respons ansietas
maladaptif adalah:
Pasien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi
stress atau kecemasan
Implementasi

 Perawat membantu klien


mengidentifikasi stresor dan
mengajarkan pada klien cara-cara
memantau respon fisik dan psikologis
terhadap stres.

Go to word…
Evaluasi hasil
 Klien mengidentifikasi respons ansietasnya sendiri.
 Klien mengidentifikasi stresor-stresor di masa lalu
atau saat ini yang berperan dalam munculnya respon
ansietas.
 Klien menggunakan strategi koping bukannya prilaku
simtomatis.
 Klien mengidentifikasi dan berpartisipasi secara aktif
dalam rencana pengobatan yang berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
 Hawari, Dadang Hawari. 2002. Manajemen Stres, Cemas, dan
depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
 Isaacs, Ann. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan
Jiwa dan Psikiatrik Edisi 3. Jakarta: EGC
 Maslim, Rusdi (editor). 1998. Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. Jakarta.
 Maramis, W.F.1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
 Stuart, Gail Wiscarz; Sandra J, Sundeen. Buku Saku
Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC
 Tomb, David .A. 2004. Buku Saku Psikiatrik Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai