Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI


Metalurgi Manufaktur

PERTEMUAN 6:

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Fasa (phase) adalah suatu daerah (region) yang


berbeda struktur atau komposisinya dari daerah
lain.

Diagram fasa (phase diagram) adalah suatu


diagram yang menunjukkan fasa dalam suatu
sistem material diberbagai suhu, tekanan dan
komposisi.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Informasi yang didapatkan dari diagram fasa:


1. Menunjukkan fasa
2. Menunjukkan kesetimbangan
3. Menunjukkan temperatur
4. Menunjukkan suhu
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Jenis diagram fasa:

a. Diagram fasa tunggal/Uner ( 1 komponen/


Komposisi sama dengan Paduan )
b. Diagram fasa Biner ( 2 komponen unsur dan
temperatur)
c. Diagram fasa Terner ( 3 komponen unsur dan
temperatur)
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Diagram Fase
Besi – Karbida Besi
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

• Besi, titik lebur 1535 oC, memiliki sifat allotropi:


1. Besi a (BCC) s/d 910 oC
2. Besi g (FCC) 910 s/d 1400 oC
3. Besi d (BCC) 1400 s/d 1535 oC

• Di dalam besi, Karbon dapat berupa:


1. Senyawa (karbida besi Fe3C, kadar karbon 6,67%)
2. Larutan padat interstisial
3. Karbon bebas (grafit)

• Kelarutan karbon dalam besi sangat terbatas:


1. Maks. 0,025 % dalam besi a, pada 723 oC
2. Maks. 2,0 % dalam besi g, pada 1130 oC
3. Maks 0,10 %, dalam besi d, pada 1496 oC
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Besi cair
1535
Besi d BCC
1400

Besi g FCC
910
Besi a BCC non magnetik
768
Temperatur oC

Besi a BCC magnetik

Waktu

Cooling curve besi murni, menunjukkan adanya allotropi


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur
L+d
1535 1496
d Liquid
1400
d+g Likuid
+g Likuid + karbida
1200
Temperatur oC

g 1130
1000
910 g + karbida
g+
800 a+ g g + eutektik + eutektik + karbida
a karbida karbida
A1 = 723
eutektoid

eutektik
600
eutektoid eutektoid
a
400 + + + eutektik + karbida eutektik + karbida
eutektoid karbida
200 a + karbida

0,8 1 2,0 3 4 4,3 5 6 6,67


Fe
% berat karbon
Diagram Fase Besi – Karbida Besi dengan label nama fase Bening
umum Kambuna, S.T., M.T.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Struktur Mikro yang terdapat pada diagram Fe-Fe3C


1. Sementit : karbida besi Fe3C, adalah senyawa interstisial
mengandung 6,67 %C. Sangat keras (650 BHN), getas, kekuatan
rendah (350 kg/cm2). Struktur kristal orthorhombik.
2. Austenit : larutan padat karbon dalam besi g. Kelarutan
maksimum 2,0 %C, pada 1130 oC. Kekuatan tarik 1050 kg/cm2,
kekerasan 40 RC, ketangguhan tinggi. Biasanya tidak stabil pada
temperatur kamar. Struktur kristal FCC
3. Ledeburit : suatu campuran eutektik dari austenit dan
sementit, mengandung 4,3 %C, terbentuk pada 1130 oC.
4. Ferrit : larutan padat karbon dalam besi a. Kelarutan
maksimum 0,025 %C (pada 723 oC), dan hanya 0,008 % di
temperatur kamar. Struktur kristal BCC. Kekuatan rendah (± 28
kg/mm2), tetapi keuletan tinggi (sampai 40%), kekerasan
kurang dari 90 RB.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

5. Perlit : suatu campuran eutektoid dari sementit dan ferrit, berselang-seling,


berlapis-lapis. Mengandung 0,8 % C, terbentuk pada 723 oC. Kekuatan tarik 84
kg/mm2, keuletan (elongation) 20 %, kekerasan 95-100 RB atau ± 250-300 BHN.
6. Lower Critical Temperature (Temperature kritis bawah) A1, temperatur
eutektoid. Pada diagram Fe-Fe3C tampak berupa garis mendatar di temperatur
723 oC. Pada temperatur ini terjadi reaksi eutektoid
austenit pendingina
n  ferrit
+
sementit

perlit

7. Upper Critical Temperature (Temperatur kritis atas) A3, temperatur awal


terjadinya perubahan allotropik dari g ke a (pada pendinginan) atau akhir
perubahan allotropik dari ferrit (a) ke austenit (g) (pada pemanasan).
8. Garis solvus Acm merupakan batas kelarutan karbon dalam austenit, di bawah
garis ini terjadi pengendapan.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Paduan 3 Paduan 2 Paduan 5
L+ ferrit d FAKULTAS
Paduan 4 TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Paduan 1

ferritd
1535 1496 Metalurgi Manufaktur
Liquid
1400 ferritd+
austenit L+ L + sementit
1200 austenit
Temperatur oC

austenit 1130
1000 austenit + sementit
ferrit +
910 austenit austenit+ ledeburit +
austenit ledeburit +sementit
800 sementit
+sementit
A1 723
ferrit
600

ledeburit
perlit

ferrit perlit ledeburit +sementit


+ perlit + + ledeburit + sementit
400 perlit sementit

ferrit + sementit
200
hypo hyper hypo hyper
eutektoid eutektoid eutektik eutektik
0,8 1 2,0 3 4 4,3 5 66,6
Fe % berat karbon
7
Baja Besi tuang

Diagram Fase Besi – Karbida Besi dengan label nama fase khusus
Bening Kambuna, S.T., M.T.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur
• Paduan1 (besi tuang eutektik) 4,3 %C
1. Pembekuan akan dimulai pada 1130 oC dengan ter-
bentuknya karbida besi, sementit, kadar karbon 6,67.
2. Liquid di sekitar sementit kadar karbonnya turun, <4,3,
karenanya di sebelah sementit terbentuk g (2,0 %C)
3. Karbon yang tadinya ada di tempat g didorong ke liquid
disekitar g sehingga kadar karbon dalam liquid tsb naik >4,3
sehingga segera terbentuk lagi sementit
4. Demikian seterusnya akan terjadi secara bergantian
sementit-g-sementit-g-sementit-g-…dst sampai semua liquid
habis. Ini berlangsung pada temperatur konstan.
5. Diperoleh solid dengan struktur berselang-seling sementit-
g-sementit-g-sementit-g-……… bentuk khas dari suatu
struktur eutektik, diberi nama Ledeburit

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

Ledeburit Besi tuang hypoeutektik

(seringkali ledeburit tidak lagi tampak, karena reaksi


eutektik terjadi pada temperatur cukup tinggi,
sehingga austenit pada eutektik cenderung
bergabung dengan austenit proeutektik, yang tinggal
hanya sementit saja)
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

1535
Liquid
1400 Likuid
Likuid + karbida Reaksi eutektik
+g
1200
Temperatur oC

1130
1000
910
800

Temperatur
723
600

eutektik
400

200

0,8 1 2,0 3 4 4,3 5 6 6,67 Waktu


Fe
% berat karbon Kurva Pendinginan

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

• Paduan 2, baja eutektoid, 0,8 %C


1. Pembekuan dimulai pada saat mencapai temperatur
liquidus dengan terbentuknya kristal austenit. Pembekuan
berlangsung dengan menurunnya temperatur, makin turun
temperatur makin banyak austenit yang terjadi, sampai di
solidus pembekuan selesai, seluruhnya menjadi austenit
2. Pada pendinginan selanjutnya tidak terjadi perubahan,
tetap austenit,
3. Perubahan baru terjadi pada saat mencapai 723, mulai
terjadi reaksi eutektoid. Dari austenit mulai keluar
sementit yang diikuti ferrit-sementit-ferrit….
4. Akhirnya diperoleh struktur berselang-seling (lamellar)
sementit-ferrit-sementit-ferrit …….dinamakan perlit

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

sementit
a
sementit

nucleus Side Edge growth


nucleation

Liquid
pembekuan

austenit

Temperatur
Reaksi eutektoid

Perlit

Waktu Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

• Paduan 3, baja hipoeutektoid, 0,4 %C


1. Pembekuan dimulai pada saat mencapai temperatur
liquidus dengan terbentuknya ferrit d. Pembekuan
berlangsung dengan menurunnya temperatur, makin turun
temperatur makin banyak ferrit d yang terjadi
2. Sampai di 1496, antara liquid yang masih ada dengan ferrit
d yang sudah ada mengalami reaksi peritektik menjadi
austenit (setelah reaksi masih ada tersisa likuid, likuid yang
masih tersisa akan membeku menjadi austenit pada
pendinginan selanjutnya)
3. Setelah seluruhnya menjadi austenit tidak ada perubahan
dengan turunnya temperatur, sampai mulai mencapai garis
temperatur A3
4. Di A3 austenit mulai bertransformasi (allotropik) menjadi
ferrit a dengan mulai membentuk inti ferrit di batas butir
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

5. Makin turun temperatur makin banyak austenit yang


bertransformasi menjadi ferrit, inti2 ferrit tumbuh menjadi
butiran yang lebih besar
6. Sampai di temperatur A1 yang adalah temperatur eutektoid,
sudah ada (0,8 – 0,4)/(0,8 – 0,0025) bagian ferrit dan masih
ada (0,4 – 0,0025)/(0,8 – 0,0025) bgn austenit. Kadar karbon
dalam ferrit 0,0025 % dan kadar karbon dalam austenit 0,8 %
(= komposisi eutektoid), maka austenit yang tersisa akan
mengalami reaksi eutektoid, menjadi perlit
7. Setelah selesai pendinginan struktur akan terdiri dari butiran2
kristal ferrit (pro eutectoid) dan butiran2 kristal perlit

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
a
austenit Paduan
Metalurgi 2
Manufaktur
Perubahan
b allotropi g → a
austenit austenit

Temperatur
Temperatur
+ Reaksi
c ferrit
A3 Acm eutektoid
A1
austenit ferrit
perlit
d +
ferrit
e

Fe 0,4 0,8 Waktu


%C
Hypo eutektoid

perlit

ferrit

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

• Paduan 4, baja hyper eutektoid, 1 %C


1. Pembekuan dimulai pada saat mencapai temperatur
liquidus dengan terbentuknya kristal austenit.
Pembekuan berlangsung dengan menurunnya
temperatur, makin turun temperatur makin banyak
austenit yang terjadi, sampai di solidus pembekuan
selesai, seluruhnya menjadi austenit
2. Pada pendinginan berikutnya tidak terjadi perubahan,
hanya saja dengan turunnya temperatur kemampuan
austenit melarutkan karbon makin berkurang, pada 1130
mampu melarutkan sampai 2,0 %C, pada temperatur di
bawah itu akan kurang dari 2 %
3. Pada temperatur Acm yang merupakan garis solvus,
austenit tepat jenuh
Bening Kambuna, S.T., M.T.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur
4. Dengan pendinginan di bawah Acm austenit menjadi larutan
lewat jenuh dan akan mulai ada karbon yang harus keluar
(mengendap) dari austenit. Karbon yang keluar ini akan
keluar sebagai sementit dan mengendap di batas butir
austenit
5. Makin turun temperatur makin banyak sementit yang
terjadi dan makin rendah kadar karbon dalam austenit.
Pada 723 (temperatur eutektoid) kadar karbon dalam
austenit tinggal 0,8 %, sehingga austenit yang ada akan
mengalami reaksi eutektoid, menjadi perlit
6. Setelah selesai reaksi struktur akan terdiri dari perlit yang
dikelilingi oleh sementit (di mikroskop sementit ini tampak
seperti jaring, sehingga dinamakan jaringan sementit,
cementite network)
Bening Kambuna, S.T., M.T.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Paduan 4
Metalurgi Manufaktur
a.
austenit

b. Acm
austenit
austenit
+
A3
c. sementit
A1
sementit perlit
+
sementit
d.

Fe 0,8 1,0 → %C 2,0


perlit Baja
hipereutektoid

perli
t
Jaringan sementit

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur
% elong. BHN
900 30 300
Kekuatan tarik (N/mm2)

Keuletan
(% elongation)
Kekuatan

600 20 200
Kekerasan

300 10 100

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2


Fe  %C
Pengaruh kadar karbon dalam baja terhadap sifat mekaniknya

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

• Paduan 5,besi tuang hypoeutektik (3 %C)


1. Pembekuan dimulai pada saat mencapai temperatur
liquidus dengan terbentuknya kristal austenit. Pembekuan
berlangsung dengan menurunnya temperatur, makin turun
temperatur makin banyak austenit yang terjadi
2. Pada awal pembekuan terbentuk austenit dengan kadar
karbon yang rendah (tarik garis mendatar dari titik likuidus
sampai memotong solidus, ini menunjukkan komposisi
solid), makin turun temperatur makin tinggi kadar karbon
dalam solid (mengikuti garis solidus), dan dalam likuid
(mengikuti garis likuidus)
3. Sampai temperatur 1130 (temperatur eutektik) sudah ada
(4,3 – 3,0)/(4,3 – 2) bgn solid dan (3-2)/(4,3-2) bgn likuid
4. Kadar karbon dalam solid 2,0%, dalam likuid 4,3%

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur
5. Selanjutnya sisa likuid mengalami reaksi eutektik pada
temperatur konstan, menjadi Ledeburit, setelah selesai
pembekuan strukturnya terdiri dari austenit dan ledeburit
6. Pada akhir pembekuan austenit mengandung kadar karbon
maksimum, pada pendinginan selanjutnya kelarutan karbon
dalam austenit berkurang, dari austenit akan keluar karbon
berupa karbida sekunder (sementit sekunder, karena tidak
berasal dari likuid)
7. Dengan keluarnya karbon (menjadi karbida) maka pada 723
kadar C dalam austenit tinggal 0,8 % dan akan mengalami
reaksi eutektoid, menjadi perlit
8. Pada temperatur kamar strukturnya terdiri dari perlit
(berasal dari austenit primer) + ledeburit + sementit
sekunder
Bening Kambuna, S.T., M.T.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

1535
Liquid
1400
Likuid Likuid + sementit
1200 + austenit
Temperatur oC

1130
1000
910 Eutektik+austenit+
800 sementit
723

Temperatur
600

eutektik
400
Eutektik+perlit +
200 sementit

0,8 1 2 3 4 4,3 5 6 6,67


Fe
% berat karbon Waktu

Bening Kambuna, S.T., M.T.


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Paduan FAKULTAS
2 TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Eutektoid
Paduan 3 Paduan 4 Metalurgi Manufaktur
L+d T
1
T2

Temperatur oC
1535 T1
d Liquid
1400 T2
d+g Liquid
+ austenit TE
Temperatur oC

1200
austenit
1000 austenit
910 + ferrit
austenit
800 + sementit A1
ferrit TE
600
ferrit Waktu
+
perlit
400
perlit + Kurva pendinginan Baja Eutektoid
200 sementit

Fe
0,8 1 2,0 ⃗ %C Kurva pendibginan Baja Hipoeutektoid 0,4 %C
hipo hiper
eutektoid eutektoid
baja T T
(a)
T2 1 Tp

Temperatur oC
1
Temperatur oC

Kurva pendinginan
Baja Hyper TE
eutektoid,1,0 %C TE

Waktu Waktu
Bening Kambuna, S.T., M.T.
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS TEKNIK – TEKNIK METALURGI
Metalurgi Manufaktur

TERIMAKASIH

Bening Kambuna, S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai