Anda di halaman 1dari 46

Nama : Tn.

C
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Alamat :Ciririp 2/9 Kec.Cimaung
Kab.Bandung
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal pemeriksaan : 29 Desember 2014
No.Rekam medik : 498125
Keluhan utama : kaki kanan nyeri dan tidak bisa
digerakkan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik RSUD Soreang karena merasa


kakinya yang terasa nyeri dan sulit digerakan sejak 2 minggu sebelum
pasien datang ke poliklinik. Sebelumnya pasien sempat mengalami
jatuh dari pohon alpukat saat sedang memetik buah alpukat, namun
batang pohon terasa licin sehingga pasien terpeleset dan jatuh dari
pohon tersebut. Pasien jatuh dari ketinggian pohon + 3 meter
dengan posisi miring ke kanan. Pasien tidak mengalami nyeri kepala,
penurunan kesadaran, hilang ingatan dan muntah
Riwayat pengobatan:

Pasien sempat dibawa ke IGD RSUD Soreang dan diberikan


anti nyeri, kemudian akan dirujuk ke bedah ortopedi RSHS.
Namun pasien tidak jadi ke RSHS. Pasien juga sempat di urut
namun tidak ada perubahan.

Kepala : Pulmo
Keadaan umum:

STATUS GENERALIS
STATUS GENERALIS
Normocephal
•Inspeksi : Simetris,
dalam keadaan statis dan
Tampak sakit Mata : dinamis
sedang Konjungtiva : Tidak anemis •Palpasi : Fremitus vokal
Sklera : Tidak ikterik pada hemitoraks kanan- kiri
teraba simetris
•Perkusi : Sonor pada
Mulut :
Kesadaran: •Tonsil : T1-T1
kedua hemitoraks
•Auskultasi : Vesikuler +/+
Kompos mentis •Pharing : Hiperemis (-) N, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Leher :
Abdomen :
•JVP tidak meningkat 5+2
•Inspeksi : Datar
Tanda vital: cmH2O
•Palpasi :Supel, NT -,
•KGB tidak teraba
hepar dan lien tidak teraba
TD = 110/80 •Perkusi : Timpani di
mmHg Thorak :
seluruh lapang abdomen
•Auskultasi : BU (+) normal
RR = 20x/menit •Cor
•Inspeksi :Iktus kordis tidak Ekstremitas :
N = 92 x/menit terlihat
•Palpasi :Iktus kordis •Eks.atas : akral hangat +/+,
teraba CRT <2” , turgor baik
S = 36,7 0C •Perkusi :Redup, batas Eks Bawah : akral hangat +/+,
jantung normal CRT<2”, turgor baik
•Auskultasi :BJ I-II reguler,
murmur (-), Gallop (-)
a/r femoralis Move: A.femoralis: +
STATUS LOKALIS

STATUS LOKALIS

STATUS VASKULAR
dekstra Terdapat A.poplitea: +
Look: keterbatasan gerak A.Tibialis posterior: +
Bagian proksimal aktif dan pasif
A.Dorsalis pedis: +
femur tampak
edem, warna
seperti kulit, tidak
terlihat sianosis
Feel :
Terdapat nyeri
tekan, suhu raba
hangat
 Darah Rutin
 Foto rontgen femur dekstra
 Tampak fraktur pada 1/3
proksimal femur dekstra,
dengan fragmen fraktur bagian
proksimal bergerak ke arah
lateral
Fraktur tertutup 1/3 proksimal femur
dekstra dislokasi
Non
Medikamentosa Terapi Bedah
medikamentosa
• imobilisasi • IUVD RL 25 • ORIF ( open reduction
gtt/menit/makro internal fixaxtion)
• Ceftriaxone 1x2gr
• Ketorolac 3x1amp
• Ranitidin 2x1amp
Quo ad
•ad bonam
vitam

Quo ad
•ad bonam
functionam

Quo ad
•ad bonam
Sanationam
Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan
jenis dan luasnya yang
biasanya disebabkan oleh
rudapaksa atau tekanan
eksternal yang datang
lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang
 Kegagalan tulang menahan tekanan
membengkok, memutar dan tarikan
akibat trauma yang bersifat langsung
maupun tidak langsung
Tekanan langsung
pada tulang

Langsung
Fraktur pada
daerah tekanan
TRAUMA
Trauma
Tidak dihantarkan ke
langsung daerah yang jauh
dari lokasi fraktur
Berputar :
fr.obliq,spiral

Trauma tarikan
ligamen/
trndon: Membengkok:
menarik fr.transversal
sebagian

Tekanan
tulang

pada
tulang
Sepanjang
Trauma
aksis tulang: fr.
langsung:
Impaksi,
fr.obliq
dislokasi

Kompresi
vertikal: fr.
Kominutif
Tulang femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan
terberat yang dimiliki tubuh yang berfungsi penting untuk
mobilisasi atau berjalan.

Struktur femur adalah struktur tulang untuk berdiri dan


berjalan, dan femur menumpu berbagai gaya selama berjalan,
termasuk beban aksial, membungkuk, dan gaya torsial.

Selama kontraksi, otot-otot besar mengelilingi femur dan


menyerap sebagian besar gaya.
• Karena energi yang cukup besar
High Energy • Ex: kecelakaan motor, mobil, pesawat jatuh,
Trauma olahraga yang berkaitan dengan kecepatan, jatuh
dari trempat tinggi

• Trauma karena energi yang lemah, karean tulang


Low Energy kehilangan kekuatannya

Trauma • Ex: osteoporosis, kanker yang metastasis tulang,


konsumsi kortikosteroid jangka panjang

Stress • Karena tekanan atau trauma berulang

Fraktur • Ex: atlet atau militer yang menjalani pelatihan


berat, biasanya pada corpus femoris
Fraktur femur
proksimal
Fraktur corpus
femoris

Fraktur femur
distal
 Intrakapsular : caput femoris dan collum
femoris

 Ekstrakapsular: termasuk trochanters


Dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head femur)
dan extra- (suplai darah intak) capsular.

Intracapsular dibagi kedalam subcapital, transcervical dan


basicervical.

Extracapsular tergantung dari fraktur pertrochanteric.


(a) stadium I :fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi
(b) stadium II :fraktur lengkap tetapi tidak bergeser
(c) stadium III :fraktur lengkap dengan pergeseran sedang
(d) stadium IV :fraktur yang bergeser secara hebat
(a) tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30
(b)tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50
(c) tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.
› Pada patah tulang diafisis femur biasanya mengalami pendarahan
dalam yang cukup luas dan besar sehingga dapat menimbulkan resiko
syok.

› Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan saja karena nyeri,
tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur.

› Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih


pendek, dan bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat
pendarahan ke dalam jaringan lunak dan adanya tarikan m. gluteus
danm. illiopsoas.
(1) tipe 0—non kominutif: termasuk didalamnya fraktur transfersal, oblik,
dan spiral
(2) tipe I: kominutif non signifikan atau fragmen kecil
(3) tipe II: fragmen besar dengan aposisi kortikal sampai dengan 50%
(4) tipe III: fragmen besar dengan aposisi kortikal kurang dari 50%
(5) tipe IV: fraktur segmental, tidak ada kontak antara fragmen distal dan
fragmen proksimal.
fraktur femur distal meliputi fraktur
pada daerah supracondylar, condylar,
dan intercondylar
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas
proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis
femur

Klasifikasi fraktur suprakondiler. (A) tidak bergeser; (B)


impaksi; (C,D) bergeser, (E) kominutif
Pemeriksaan
fisik

Pemeriksaan
neurologis

Pemeriksaan
radiologi
 Perhatikan tanda-tanda syok

 Perhatikan tanda-tanda anemis dan perdarahan

 Perhatikan tanda-tanda kerusakan organ lain

 Apabila kondisi jiwa terancam lakukan resusitasi terlebih dahulu


sampai stabil

 Pemeriksaan status lokalis ( inspeksi/look, palpasi/raba/feel,


pergerakan/move)
 Pemeriksaan saraf sensoris dan motoris

 Digunakan untuk konfirmasi adanya fraktur, menentukan


keadaan, lokasi, serta ekstensi fraktur, melihat kecurigaan
patologis pada tulang, melihat benda asing (peluru), untuk
menentukan terapi yang tepat
 Tindakan awal dalam penanganan fraktur:

 A. Pembidaian sementara untuk imobilisasi fraktur

 B. Mengurangi rasa nyeri dan mengurangi perdarahan

 C. Deformitas yang hebat perlu dikoreksi perlahan dengan menarik bagian distal
secara lembut

 D. Pada fraktur terbuka dilakukan debridement dan irigasi cairan fisiologis, luka
ditutup kasa steril

 E. Foto rontgen
1. RECOGNITION : diagnosis dan penilaian fraktur

2. REDUCTION : mengembalikan/memperbaiki
bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk
anatomisnya

3. RETENTION (IMOBILISASI): mempertahankan agar


tulang yang mengalami fraktur tidak berubah
posisinya setelah direposisi

4. REHABILITATION : mengembalikan aktifitas


fungsional semaksimal mungkin.
 Tindakan imobilisasi dengan bidai
eksterna tanpa reduksi

 Reduksi tertutup

 Imobilisasi fiksasi kutaneus


 Konservatif gagal
 Fraktur terbuka
 Fraktur multiple
 Interposisi jaringan diantara fragmen
 Fraktur collum femoris yang membutuhkan fiksasi dan
beresiko nekrosis avaskular
 Kontraindikasi imobilisasi eksterna dan diperlukan mobilisasi
yang cepat (lansia)
Fiksasi Internal, Salah satunya adalah tindakan ORIF(Open Reduction Internal
Fixation) atau fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan
mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan dengan memasukan
paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian
tulang yang fraktur secara bersamaan.
1) Fraktur yang tak bisa sembuh
2) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
3) Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan
4) Fraktur yang memberikan hasil baik dengan operasi14
1) Infeksi
2) Kehilangan dan kekakuuan jangkauan gerak
3) Kerusakan otot
4) Kerusakan saraf dan kelumpuhan
1. Infeksi , terutama pada kasus fraktur terbuka

2. Shock

3. Permasalahan dalam penyembuhan tulang

4. Kerusakan saraf

5. Sindroma kompartemen akibat kompresi nervus,


pembuluh darah, dan otot di dalam spatium tertutup
atau kompartemen dalam tubuh

6. Komplikasi karena operatif


 Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis. Faktor
mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara
fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang
juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam
penyembuhan fraktur.

Anda mungkin juga menyukai