Anda di halaman 1dari 22

ASMA BRONKIAL PADA ANAK

Kelompok : F2
10-2011-266 Grace Stephanie Manuain
10-2011-449 Christomi Thenager
10-2013-007 Lusia Paramita
10-2013-238 Jantje Putra Mandala Sipakoly
10-2013-552 Anisa Aulia Reffida
10-2014-037 Silma Yuniarty Rammang
10-2014-178 Made Rannia Celia Watumbara
10-2014-183 Julio Ludji Pau
10-2014-275 Risty Rizki Oktaviana
SKENARIO 9
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dibawa ibunya ke

poliklinik RS karena sering batuk sejak 3 bulan yang lalu.


ISTILAH YANG TIDAK DIKETAHUI

Tidak Ada.
RUMUSAN MASALAH

Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun sering batuk

sejak 3 bulan yang lalu.


Anamnesi
s
Penatalaksana Pemeriksaan
an Fisik

Manifesta Pemeriksaan
si Klinis Penunjang

Patofisiol Diagnosis
ogi Kerja

Epidemiol Diagnosis
ogi Banding

Etiologi
ANAMNESIS

• Identitas Pasien Anak tersebut batuk sejak 3 bulan


• Keluhan utama yang lalu pada malam hari dan tidak
• Keluhan penyerta disertai demam. Anak telah sering di
• Riwayat penyakit sekarang bawa ke puskesmas namun tidak
• Riwayat penyakit dahulu mengalami perubahan. Seminggu
• Riwayat penyakit keluarga terakhir, batuk-pilek yang dialami
• Riwayat Sosial anak semakin sering, ada riwayat
alergi keluarga.
Pemeriksaan fisik

• TTV :
- Kesadaran compos mentis
- Keadaan umum tampak sakit sedang
• Inspeksi : -
• Palpasi : -
• Perkusi : -
• Auskultasi : Whessing (+) / Napas : 35x / menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Sputum.

• Pemeriksaan Tes Kulit.

• Spirometri.

• Pemeriksaan Radiologi.
Asma Bronkial

Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan


- hiperresponsif
- keterbatasan aliran udara yang reversibel dan gejala pernapasan.
- kelompok penyakit paru alergi dan imunologi
- bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat berubah, baik secara
spontan maupun karena pemberian obat.
DD/ Asma bronkial PPOK

Anamnesis Sesak napas biasanya muncul Sesak yang progresif dari


pada malam hari dan setelah waktu ke waktu, batuk kronik
menghirup allergen tertentu, pada siang hari, riwayat
riwayat alergi (+), riwayat merokok, sering terpapar
asma di keluarga polusi

PF Ekspirasi memanjang, mengi, Barrel chest, ekspirasi


hiperinflasi dada, pernapasan memanjang, retraksi sela iga,
cepat dan sianosis ronkhi basah kasar, Wheezing

PP Peningkatan FEV1 ≥12% Hasil spirometri : ratio FEV1 /


FVC ≤ 0,7 dan FEV1 < 80%
Etiologi
• Atopi.
• Hiperreaktivitas bronkus
• Jenis Kelamin
• Obesitas
• Faktor pencetus
- Faktor Lingkungan
– Alergen dalam rumah dan Alergen luar rumah
• Faktor Lain
– Alergen makanan
– Alergen obat – obat tertentu
– Bahan yang mengiritasi
– Ekspresi emosi berlebih
– Asap rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif
• Polusi udara dari dalam dan luar ruangan
EPIDEMIOLOGI
Asma adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbiditas penyakit pernapasan dan
menyebabkan 2000 kematian/tahun.

Prevalensinya, sekarang sekitar 10-15%, semakin meningkat di masyarakat Barat.

Prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah
anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta).

Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (satu dari tiga anak mengalami mengi dan
satu dari tujuh anak sekolah terdiagnosis asma).

Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki. WHO
memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma.

Berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per
100 ribu populasi.
Patofisiologi
MANIFESTASI KLINIS
• Batuk, terutama di malam hari.

• Pernapasan yang dangkal dan cepat.

• Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar
hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.

• Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada, disertai


perburukan kondisi, napas cuping hidung.
• Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat
udara yang cukup.

• Udara terperangkap karena obstruksi aliran udara, terutama terlihat


selama ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan
memanjangnya waktu ekspirasi.
Klasifikasi Asma
Parameter klinis Asma episodic jarang Asma episodic sering Asma persisten
Kebutuhan obat, (asma ringan) (asma sedang) (asma berat)
dan faal paru
1.Frekuensi serangan 3-4x /1tahun 1x/bulan ≥1/bulan
2.Lama serangan <1 minggu ≥1 minggu Hampir sepanjang tahun,
tidak ada remisi
3.Intensitas serangan Ringan Sedang Berat
4.Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
5.Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
<3x/minggu >3x/minggu
6.Pemeriksaan fisis Normal, tidak Mungkin terganggu Tidak pernah normal
diluar serangan ditemukan kelainan (ditemukan kelainan)
7.Obat pengendali Tidak perlu Perlu, non steroid/ Perlu, steroid inhalasi
steroid inhalasi dosis Dosis ≥400 ụg/hari
100-200 ụg
8.Uji faal paru PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%
(di luar serangan) Variabilitas 20-30%
9.Variabilitas faal paru ≥20% ≥30% ≥50%
(bila ada serangan)
KOMPLIKASI
• Pneumothoraks

• Gagal nafas
Tatalaksana
• Medika Mentosa
- Golongan pengontrol (controller) :
Kortikosteroid inhalasi, sodium kromoglikat ,
metilsanti (aminofillin), agonis Beta kerja lama,
antihistamin generasi 2 (antagonis H1)
- Golongan pelega (reliever)
agonis beta 2 kerja singkat, kortiko steroid sistemik,
anti kolinergik, metilsantin (aminofilin) , Adrenalin.
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari.

Berat Asma Medikasi pengontrol Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain


harian
Asma Intermiten Tidak perlu -------- -------
Asma Persisten Ringan Glukokortikosteroid  Teofilin lepas lambat ------
inhalasi (200-400 ug  Kromolin
BD/hari atau  Leukotriene modifiers
ekivalennya)
Asma Persisten Sedang Kombinasi inhalasi  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau  Ditambah agonis beta-2
glukokortikosteroid ekivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat ,atau kerja lama oral, atau
(400-800 ug BD/hari  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau  Ditambah teofilin lepas
atau ekivalennya) dan ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama lambat
oral, atau
agonis beta-2 kerja
lama  Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 ug
BD atau ekivalennya) atau
 Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau
ekivalennya) ditambah leukotriene modifiers

Asma Persisten Berat Kombinasi inhalasi Prednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg
glukokortikosteroid (>
ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teofilin
800 ug BD atau
lepas lambat
ekivalennya) dan
agonis beta-2 kerja
lama, ditambah  1 di
bawah ini:
 teofilin lepas
lambat
 leukotriene
modifiers
 glukokortikosteroi
PENGOBATAN NON-FARMAKO

Memberikan Penyuluhan

Menghindari Faktor Pencetus


Prognosis
Jika Pasien diobati secara cepat maka prognosisnya
baik, dan pasien dihindarkan dari semua yang bersifat
alergen untuk mencegah kekambuhan. Pasien yang
telat berobat dengan mengalami asma berat biasanya
sedikit buruk dengan adanya sedikit komplikasi.
KESIMPULAN
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi episodik,
batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam kelompok
penyakit saluran pernafasan kronik. Asma memberi dampak negatif bagi pengidapnya seperti
sering menyebabkan anak tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan olahraga serta aktifitas
seluruh keluarga, juga dapat merusak fungsi sistem saraf pusat, menurunkan kualitas hidup
penderitanya, dan menimbulkan masalah pembiayaan. Penanggulangan serangan asma terdiri
dari pencegahan serangan asma, bila perlu dengan obat dan penanganan serangan asma. Bila
serangan asma tidak ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai