Anda di halaman 1dari 48

Tes Pendengaran

Dokter Pembimbing: Gema Akbar Wakhidana


dr. Bambang Indra, Sp. THT Sarah Marsa Tamimi
BAGAN PROSES MENDENGAR
Aurikula • gelombang bunyi
dikumpulkan

M.A.E • diteruskan,diresonansi

Konduksi M.Timpani
Maleus
• diperkuat 22 kali
Inkus

Stapes

Sensorineural
Konduksi

Perilimfe • Menggetarkan M.Reisner


(skala vestibuli Mendorong endolimfa
skala timpani)

Koklear Endolimfe • M.Tektoria & M. basilaris


(skala media) bergetar  defleksi sel
rambut
Sensori
neural • melepaskan
Organ Corti neurotransmitter  potensial
aksi

Retrokoklear
Koklear

Nervus Koklearis • Meneruskan


Sensori
neural Impuls listrik

Nukleus Auditorius
Retrokoklear

Pusat Pendengaran
Korteks Serebri • Mendengar
Lobus Temporalis dengan sadar
(area 39-40)
Pemeriksaan Pendengaran
1. Tes Berbisik
2. Tes Penala (garpu tala)
a. Tes Rinne
b. Tes Weber
c. Tes Schwabach
d. Tes Bing
3. Audiometri
Tes Berbisik
1. Tes Berbisik

 Merupakan tes semikuantitatif


 Tujuan : menentukan derajat ketulian secara kasar
 Orang normal daat mendengar bisikan dari jarak 6-10 meter
 Cara pemeriksaam:
 Ruangan cukup tenang, dengan panjang 6 meter
 Berbisik pada akhir ekspirasi
 Dibisikkan kata desis dan lunak
 Dimulai dari jarak 6 meter dan makin lama makin mendekat, maju
tiap satu meter sampai dapat mengulangi tiap kata dengan benar
 Telinga yang tidak diperiksa ditutup, orang yang diperiksa tidak boleh
melihat pemeriksa (pemeriksa berdiri di sisi telinga yang diperiksa)
…lanjutan
 Interpretasi :
 Normal : 5/6 sampai 6/6

 Tuli ringan bila suara bisik 4 meter

 Tuli sedang bila suara bisik antara 2 - 3 meter

 Tuli berat bila suara bisik antara 0 - 1 meter


Tes Penala
2. Tes Penala (Garpu Tala)
 Dasar fisiologi pemeriksaan:
 Telinga dalam (koklea) terletak pada kavitas bertulang di dalam
os temporalis (labyrinth tulang)  getaran di seluruh tulang
tengkorak dapat menyebabkan getaran pada cairan koklea
 Masking phenomenon adanya bunyi akan menurunkan
kemampuan seseorang mendengar bunyi lain  masa refrakter
relatif dan absolut reseptor dan serat n.auditorik  berkaitan
dengan nada
a. Tes Rinne
 Merupakan tes kualitatif
 Tujuan: membandingkan hantaran melalui udara dan
hantaran melalui tulang
 Cara pemeriksaan:
 Penala digetarkan
 Dasar penala diletakan pada prosesus mastoideus telinga yang
akan diperiksa
 Jika op tidak mendengar bunyi lagi, penala di pindahkan ke
depan liang telinga, ± 2,5 cm dari liang telinga
…lanjutan
 Interpretasi :
 Normal  AC : BC = 2:1
 Rinne (+) : intensitas AC > BC  Telinga normal atau tuli
sensorineural
 Rinne (-) : intensitas AC < BC  Tuli Konduktif
b. Tes Weber
 Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dengan telinga kanan
 Cara pemeriksaan:
 Penala digetarkan
 Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala : ubun-ubun,
glabella, dagu, pertengahan gigi seri paling sensitif
 Interpretasi :
 Tak ada lateralisasi  normal
 Lateralisasi ke telinga yang sakit  telinga tsb tuli konduktif
 Lateralisasi ke telinga yang sehat  telinga yang sakit tuli
sensorineural
c. Tes Schwabach
 Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang
diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
 Cara pemeriksaan :
 Penala digetarkan
 Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus pasien
 Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada
proc.mastoideus pemeriksa
 Bila masih terdengar kesan: pendengaran pasien memendek
 Bila pemeriksa juga tidak mendengar  ulangi tes kembali.
 Penala digetarkan kembali dan diletakkan di proc.mastoideus
pemeriksa terlebih dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi
pindahkan pada pasien
 Interpretasi :
 Normal apabila BC pasien = BC pemeriksa
 Bila BC pasien < pemeriksa  Schwabach memendek 
telinga pasien yang diperiksa tuli sensorineural
 Bila BC OP > pemeriksa  Schwabach memanjang  telinga
pasien yang diperiksa tuli konduktif
Kesimpulan Tes Penala

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Interpretasi

Positif Lateralisasi tidak Sama dengan Normal


ada pemeriksa

Negatif Lateralisasi ke Memanjang Tuli Konduktif


telinga yang sakit

Positif Lateralisasi ke Memendek Tuli sensorineural


telinga yang sehat
d. Tes Bing (Tes Oklusi)
 Cara pemeriksaan :
 Tragus telinga yang diperiksa ditekan (ditutup) sehingga
terdapat tuli konduktif kira-kira 30 dB.
 Penala digetarkan, diletakkan di tengah kepala seperti pada tes
weber
 Interpretasi:
 Lateralisasi ke telinga yang ditutup  telinga normal atau tuli
sensorineural
 Tidak ada lateralisasi ke telinga yang ditutup (yang diperiksa) 
telinga tersebut tuli konduktif
Audiometri
Definisi
 Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari
hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa
audiometer, yang berisi grafik batas ambang pendengaran
pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam
desibel.
 Hasil yang tercantum pada audiogram dapat menentukan
jenis ketuliannya (tuli konduktif, tuli sensorineural , dan
tuli campuran).
Sumbu Y menggambarkan
intensitas suara yang diukur
dalam satuan desibel (dB)

sumbu X menggambarkan
frekuensi yang diukur dalam
satuan Hertz (Hz).
Persiapan Pemeriksaan Audiometri
 Sebelum menjalani pemeriksaan audiometri, pasien harus
melakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh dokter
THT untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada pasien
sehingga hasil pemeriksaan audiometri dapat membantu
menegakan kelainan dengan lebih tepat.
 Pasien menjalani pemeriksaan ini dalam ruangan kedap
suara, kemudian diberikan beberapa pemeriksaan
audiometri, hasil test yang terekam dalam grafik
audiogram akan dianalisa dokter, dari hasil analisa akan
dapat ditentukan adanya gangguan pendengaran,
derajat ketulian dan kemungkinan penyebabnya
Tujuan Pemeriksaan Audiometri
 Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian
apakah :
 Tuli Konduktif
 Tuli Saraf (Sensorineural)
 Tuli campuran
 Serta derajat ketulian
Indikasi Pemeriksaan Audiometri
 Adanya penurunan pendengaran
 Telinga berbunyi dengung (tinitus)
 Rasa penuh di telinga
 Riwayat keluar cairan
 Riwayat terpajan bising
 Riwayat trauma
 Riwayat pemakaian obat ototoksik
 Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
 Gangguan keseimbangan
ALAT – ALAT AUDIOMETRI
1. Oksilator : menghasilkan berbagai nada murni
2. Amplifier : menaikkan internsitas nada murni hingga dapat
terdengar
3. Pemutus (interrupter) : menekan dan mematikan tombol
nada murni secara halus tanpa tedengar bunyi lain
4. Attenuator : menaikkan dan menurunkan intensitas ke
tingkat yang dikehendaki
5. Earphone : mengubah gelombang listrik menjadi bunyi yang
dapat didengar
(merah- kanan, biru-kiri)
ALAT – ALAT AUDIOMETRI
6. Sumber suara pengganggu (masking) :
meniadakan bunyi ke telinga yang tidak diperiksa.
 Narrow band masking noise atau garis selubung suara
sempit merupakan suara putih atau white noise (sejenis
suara mirip aliran uap atau deru angin) yang sudah disaring
dari enegi suara yang tidak dibutuhkan untuk menyelubungi
bunyi tertentu yang sedang digarap  masking yang paling
efektif untuk audiometerik nada murni
SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
NADA MURNI
 Lingkungan pemeriksaan yang baik
 Dapat dilihat sepenuhnya oleh pemeriksa.
 Pemeriksaan dilakukan di dalam ruangan dengan tingkat
kebisingan terendah sehingga kepekaan pendengaran pasien
tidak terganggu
 Suara tambahan tidak boleh lebih dari 38 dB (sesuai standard
BS EN ISO 8253-1)

 Kontrol infeksi
 Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap kali
pemakaian
 Pemeriksa harus cuci tangan dengan sabun ataupun alkohol
sebelum menyentuh pasien
SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
NADA MURNI
 Prosedur pemeriksaan
 Anamnesis (apakah menderita tinnitus atau apakah tidak tahan
suara keras; telinga yang mendengar lebih jelas)
 Pemeriksaan otoskopi

 Pemeriksaan liang telinga


 Memastikan kanal tidak tersumbat, telinga harus bebas dari
serumen
 Alat bantu dengar harus dilepas setelah instruksi pemerisa sudah
dijalankan
SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
NADA MURNI
 Pemberian instruksi
 Perintah yang sederhana dan jelas, jelaskan bahwa akan terdegar
serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga
 Pasien harus memberikan tanda dengan mengangkat tangannya,
menekan tombol atau mengatakan “ya” setiap terdengar bunyi
bagaimanapun lemahnya

 Seleksi telinga
 Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu
SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
NADA MURNI
 Urutan frekuensi
 Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah :
 Dimulai dengan signal nada yang sering didengar (familiarization)
 Pengukuran ambang pendengaran
 Dua cara menentukan nada familiarization :
 Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu
secara bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
 Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan
pemeriksaan ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal
ditinggkatkan intensitas bunyi hingga 50dB, dengan menaikkan tiap 10
dB hingga terdengar.
 Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus.
Terutama pada kasus forensic atau pasien dengan riwayat
ketulian.
SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
NADA MURNI
 Masking
Suara masking, diberikan berupa suara seperti angina (bising),
pada headphone telinga yang tidak diperiksa supaya telinga
yang tidak diperiksa tidak dapat mendengar bunyi yang
diberikan pada telingayang diperiksa. Pemeriksaan dengan
masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai
pendengaran yang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi.
Oleh karena AC pada 45 dB atau lebih dapat diteruskan
melalui tengkorak ke telinga kontralateral, maka pada telinga
kontralateral (yang tidak diperiksa) diberi bising supaya tidak
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa.
 Narrow bandnoise (NB) = masking audiometrinada murni
 White noise (WN) = masking audiometri tutur (speech)
TEKNIK AUDIOMETRI
 Audiometri nada murni : uji sensitivitas prosedur masing-
masing telinga dengan menggunakan alat listrik yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada murni dari frekuensi bunyi yang
berbeda-beda, yaitu 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz
dan
 2 sumber yaitu :
 Sumber pertama : earphone yang ditempelkan pada telinga
 Sumber kedua : suatu osilator atau vibrator hantaran tulang yang
ditempelkan pada mastoid (atau dahi) melalui satu head band.
 Vibrator menyebabkan osilasi tulang tengkorak dan
menggetarkan cairan dalam koklear
 Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear phone atau melalui
bone conductor ke telinga orang yang diperiksa
pendengarannya
TEKNIK AUDIOMETRI
 Hasil pemeriksaan digambar sebagai audiogram dan akan
diperiksa secara terpisah
 Untuk bunyi yang disalurkan melalui ear phone : mengukur
ketajaman pendengaran melalui hantaran udara
 Untuk bunyi yang disalurkan melalui bone conductor : mengukur
hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang
 Audiogram  dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata
sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia
sekitar 18-30 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran
untuk nada murni.
 Tujuan pemeriksaan adalah menentukan tingkat intensitas
terendah dalam dB dari tiap frekuensi yang masih dapat
terdengar pada telinga seseorang, dengan kata lain ambang
pendengaran seseorang terhadap bunyi
INTEPRETASI

 Dapat dilihat pendengarannya normal atau tuli, jenis


ketulian, derajat ketulian dapat dihitung baik dari ambang
dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang (BC).
 0 - 25 dB : normal
 >25 – 40 dB : tuli ringan
 >40 – 55 dB : tuli sedang
 >55 – 70 dB : tuli sedang berat
 >70 – 90 dB : tuli berat
 > 90 dB : tuli sangat berat
 gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih
atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang
berdekatan
Audiogram normal
TULI KONDUKTIF

 Gangguan pada telinga luar


dan tengah
 BC normal, AC > 25 Db,
ada gap
TULI SENSORINEURAL

 Gangguan ada telinga


dalam (sel rambut luar)
 AC dan BC > 25 dB, tidak
ada gap
PRESBIKUSIS

 Pada tuli jenis ini, sel


rambut luar frekuensi
tinggi cenderung
mengalami kematian
karena kerja sel rambut
luar frekuensi tinggi yang
lebih berat
 sensitivitas normal pada
nada rendah dari pada nada
tinggi.
TULI CAMPURAN

 BC > 25 dB, AC > BC, ada gap


TULI KARENA BISING

 Sel rambut untuk frekuensi


4kHz sangat rentan
terhadap kerusakan karena
bising.
Follow up
 Follow up berguna untuk mengetahui perkembangan
perbaikan pendengaran dan follow up biasanya dilakukan
pada pekerja yang sering mengalami pajanan bising
berulang.
 Follow up audiogram pada pasien yang bukan pekerja yang
sering mengalami pajanan bising dilakukan setiap :
 Setiap 3 Bulan - Selama tahun pertama diagnosis
 Setiap 6 Bulan - Selama tahun-tahun prasekolah
 Setiap Tahun – Selama usia sekolah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai