Anda di halaman 1dari 26

PEMERIKSA AN FISIK

MULUT, TONSIL , FARING, L ARING


Oleh:
S a r a h M a r s a Ta m i m i
132011101012

Dosen Pembimbing:
dr. Djoko Kuntoro, Sp. THT

K S M T H T- K L
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
F A K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S J E M B E R
2018
MULUT
Inspeksi :
– Ptialismus, trismus
– Gerakan bibir dan sudut mulut (N.VII)
– Mukosa dan ginggiva, misalkan adanya ulkus.
– Caries gigi
– Lidah : Parese N. XII, atrofi, fasikulasi, aftae, tumor malignant
– Palatum durum  torus palatinus
– Prosesus alveolaris bengkak oleh karena radang atau tumor sinus maksilaris
Palpasi :
– Bila ada ulkus pada lidah (karsinoma)
Perkusi :
– Pada gigi dan geraham, terasa sakit  peradangan
AFTAE TORUS PALATINUS
TONSIL DAN FARING
Mulut buka lebar – lebar lidah ditarik ke dalam, dilunakkan, lidah ditekan ke
bawah, di bagian medial.
– Pasien disuruh bernapas
• Tidak boleh menahan napas
• Tidak boleh napas keras – keras
– Lidah ditekan anterior dari tonsil, hingga terlihat pole bawah tonsil
Memeriksa besar tonsil
T0 : tonsil di dalam fossa tonsil /
telah diangkat
T1 : bila besarnya 1/4 jarak arcus
anterior & uvula
T2 : bila besarnya 2/4 jarak arcus
anterior & uvula
T3 : bila besarnya 3/4 jarak arcus
anterior & uvula
T4 : bila besarnya mencapai uvula /
lebih
TONSIL
Memeriksa mobilitas tonsil
Digunakan 2 spatula
• Spatula 1 : di atas lidah
• Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal menekan jaringan peritonsil, sedikit
lateral dari arcus anterior
Pada tumor tonsil : fiksasi
Pada tonsilitis kronik : mobile dan sakit
• Memeriksa patologi dari tonsil dan palatum molle
Perhatikan anatominya
Perhatikan patologinya

Tonsilitis akut  Semua merah, titik – titik putih pada tonsil

Tonsilitis akut, dengan pembengkakan dan inflamasi


tonsil dengan adanya eksudat, uvula di tengah.
Tonsilitis kronik  Arcus anterior merah
Aftae  Ditekan sakit
Abces peritonsil  Isthmus fausium kecil
 Tonsil terdesak ke medial
 Sekitar tonsil merah & oedem
 Uvula terdesak heterolateral oedematus
Difteri  Pseudomembran warna kotor,
hemoragic, ada yang di luar batas tonsil
 Mukosa normal, bull neck, usap
tenggorok
Plaut Vincent  Ulkus seluruh tonsil, monolateral, febris,
perlu usap tenggorok
Radang spesifik  Tuberkulosa
Tumor benigna  Keras, fiksasi tonsil

Sikatriks  Akibat tonsilektomi, incisi abces peritonsil


Korpus alineum Duri ikan, tulang
FARING
• Memeriksa patologi faring :
– Faringitis akut  sangat merah
– Faringitis kronik  hanya granule merah
– Aftae, difteri, ulkus sifilis, sikatriks, korpus alineum
FARING
Memeriksa paresis/paralisis palatum molle :
 Normal
 Waktu istirahat : - uvula menunjuk ke bawah
- konkavitas palatum molle simetris
 Ucapkan “aa, ee” : bergerak – gerak tetap simetris
 Paresis bilateral
 Waktu istirahat : seperti normal
 Ucapkan “aa, ee” : seperti normal
 “eee” : mungkin uvula sedikit bergerak
 Paresis unilateral
 Waktu istirahat : seperti normal
 Ucapkan “aa, ee” : palatum molle terangkat ke arah yang sehat, uvula miring,
menunjuk ke arah sehat, konkavitas tak simetris
Kondisi di atas dapat karena tumor nasofaring atau parese N. X
FARING
Memeriksa paresis faring
 Normal :
Bila disentuh sensitif, dijumpai refleks muntah
 Paresis Bilateral:
Dijumpai tumpukan air ludah dan bila disentuh tidak sensitif dan reflek
muntah hilang
 Paresis unilateral:
Bila disentuh muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring yang
sehat)
LARING
Pemeriksaan laring terdiri atas :
 Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi dan palpasi
 Laringoskopia inderecta dengan cermin laring
 Laringoskopia directa dengan laringoskop kaku, laringoskop fiber optik atau
mikroskop
 Pemeriksaan kelenjar leher
LARING
Inspeksi
Perhatikan warna dan keutuhan kulit, serta benjolan yang ada pada daerah
leher disekitar laring. Suatu benjolan yang mengikuti gerakan laring adalah
struma dan kista duktus tiroglossus.
Palpasi berguna untuk :
 Mengidentifikasi bagian – bagian dari kerangka laring (kartilago hyoid,
kartilago krikoid) dan gelang – gelang trakea
 Memeriksa adanya oedem, struma, kista metastase. Susunan yang abnormal
dijumpai pada fraktur dan dislokasi.
 Laring normal  mudah digerakkan ke kanan dan ke kiri oleh tangan
pemeriksa
Laringoskopia Inderekta
Melihat laring secara tidak langsung→menempatkan cermin di dalam
faring dan cermin tersebut disinari dengan cahaya→Bayangan laring pada cermin
terlihat dari sinar yang dipantulkan.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi :
– Harus ada jalan yang lebar untuk cahaya yang dipantulkan oleh cermin dari
faring ke laring dengan cara lidah harus dikeluarkan, sehingga radix
linguae yang menutup jalan itu bergerak ke ventral.
– Harus ada tempat yang luas untuk cermin, dan cermin tak boleh ditutup
oleh uvula. Untuk keperluan itu penderita disuruh bernapas dari mulut.
Dengan demikian uvula bergerak dengan sendirinya ke atas dan menutup
jalan ke nasofaring.
Laringoskopia Inderekta

Alat – alat :
– Cermin laringoskop yang besar, lampu spiritus, larutan tetrakain buat faring
yang sensitif, kain kassa yang dilipat

Tahap – tahap pemeriksaan :


1. Memeriksa radix linguae, epiglotis dan sekitarnya
2. Memeriksa lumen laring dan rima glotidis
3. Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima glotidis
Posisi Kepala pada Pemeriksaan Laringoskopia Inderekta
Posisi tegak (a)
Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura posterior (b)
Posisi Turck’s lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior (c)
Tahap 1 : Radix lingue, epiglotis dan sekitarnya
– Terlihat gambar dari radix linguae, epiglotis yang menutup introitus laring, plica
glossoepiglotika, valekula kiri dan kanan.
– Perhatikan anatominya
– Perhatikan patologinya : oedem dari epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum
– Facies posterior tonsil  diperiksa yaitu pada awal tahap 1 atau pada akhir tahap 3
– Perhatikan : warna, aftae, ulkus
– Pasien mengucapkan huruf “iii” yang panjang dan yang tinggi  laring ditarik ke atas dan
ke muka, diikuti gerakan epiglotis
– Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya
dapat masuk ke dalam laring dan trakea
– Korda vokalis bergerak ke garis median
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa :
– Epiglotis dan pinggirnya
– Aritenoid kiri dan kanan
– Plika ari-epiglotika kiri dan kanan sinus piriformis kiri dan kanan
– Dinding posterior dan dinding lateral faring
– Plika ventrikularis kiri dan kanan
– Komisura anterior dan posterior
– Korda vokalis kiri dan kanan
Perhatikan patologi-anatominya ;

Radang Laringitis akut (semua merah)


Laringitis kronik (sedikit merah atau yang merah hanya korda
vokalis saja)
Ulkus Laringitis TBC berupa erosi-ulkus pada komisura posterior dan
erosi-ulkus pada korda vokalis
Epiglotis berupa oedem, infiltrat, ulkus, amputasi
Karsinoma
Oedem Radang, alergi, tumor

Cairan Sputum hemorrhagic dijumpai pada TBC, keganasan


Tumpukan saliva di sinus pyriformis

Tumor Benigna (papiloma, polip, nodul, kista)


Maligna-karsinoma
Tahap 3 : melihat trakea
• Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi
• Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis, sehingga mukosa trakea hanya
dapat dilihat waktu belum ada adduksi yang komplit, atau di waktu permulaan abduksi.
• Perhatikan anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio subglotik, oedem, tumor

Kesalahan-kesalahan pemeriksa:
a. Lidah pasien ditarik keluar sehingga frenulum linguae mungkin terjepit antara incisivus
inferior kanan dan kiri. Kalau terasa sakit maka tangan kita akan ditolak oleh penderita
b. Lidah dipegang terlalu keras dapat menimbulkan rasa sakit, akibatnya pasien menarik lidahnya
ke dalam mulut, atau tangan dokter ditolak
c. Cermin dapat menimbulkan reflek muntah, kalau menyentuh faring. Kalau cermin terlalu
panas, uvula terasa sakit, penderita akan memukul tangan dokter atau kepalanya diputar.
KELENJAR GETAH BENING
KGB leher pada umunya baru teraba apabila ada pembesaran lebih dari
1cm. Palpasi dilakukan dengan posisi pemeriksa berada di belakang penderita
dan dilakukan secara sistematis/berurutan dimulai dari submental berlanjut ke
arah angulus mandibula, sepanjang muskulus sternokleidomastoid, klavikula dan
diteruskan sepanjang saraf accesorius.
TERIMA
K ASIH

Anda mungkin juga menyukai