Anda di halaman 1dari 27

Diagnostic pulmonary

examination
DR. YULI SYAFITRI, SP.PK
Saluran Pernapasan

 Manifestasi infeksi saluran pernafasan bagian atas dapat berupa faringitis,


laringitis, otitis, sinusitis.
 Spesimen dapat berupa swab orofaring, swab nasofaring, aspirat nasofaring,
wash nasofaring.
 Spesimen yang diambil bila terjadi infeksi saluran nafas bagian bawah yaitu
sputum, aspirasi endotrakea, bronchoalveolar lavege (BAL) atau mini BAL, dan
protected distal sample (PDS)
 Spesimen yang mudah didapatkan adalah sputum, namun sulit menyingkirkan
adanya flora normal orofaring.
 Aspirasi endotrakea, bronchoalveolar lavage (BAL) atau mini BAL dan
protected distal sample (PDS) merupakan tindakan invasive namun dapat
mengurangi kontaminan
Efusi

 Adanya gangguan keseimbangan tekanan menyebabkan sejumlah


cairan berpindah ke rongga tubuh.
 Hal ini mendasari terjadinya suatu efusi.
 Selanjutnya efusi diklasifikasikan transudat dan eksudat.
Transudat

 Transudat dapat terjadi oleh karena gangguan sistemik mencakup


gangguan filtrasi, reabsorbsi, dan keduanya.
 Penyakit yang dapat menyebabkannya yakni congestive heart failure,
sirosis hepatis, dan sindroma nefrotik
 pengobatan pada transudat berarti mengobati nonpleural,
 Ct. Hipoproteinemia menyebabkan berkurang tekanan onkotik  efusi
Efusi Transudat

 Atelektasis : karena tekanan negatif intrapleural


 Merembesnya cairan serebrospinal (CSF): injury thoracic spine, disfungsi
ventriculoperitoneal (VP) shunt
 Gagal jantung
 Hidrothorax hepatik
 Hipoalbuminemia
 Iatrogenic
 Nefrotik sindrom
 Dialisis peritoneal
 Urinothoraks : karena obstruksi uropati.
Exception

 Proses yang dapat mengakibatkan efusi eksudat, tetapi dapat juga


mengakibatkan transudat :
 Amyloidosis
 Chylothorax
 Pericarditis constrictive
 Hipotiroid
 Malignansi
 Emboli paru
 Sarkoidosis
 Obstruksi superior vena cava
Efusi Eksudat

 Efusi eksudat terjadi selama proses inflamasi yang mengakibatkan


kerusakan dinding pembuluh darah, kerusakan membran ataupun
berkurangnya reabsorpsi sistem limfatik.
 Infeksi, inflamasi, perdarahan dan keganasan dapat menyebabkan
pembentukan eksudat
 Eksudat berarti terdapat keterlibatan pleura dan paru-paru
Efusi Eksudat

 Cairan abdominal : abses jaringan dekat paru-paru, ascites, meigs


syndrom, pancreatitis
 Penyakit konektif :Lupus, Reumatoid artritis
 Endokrin : hipotiroidisme, ovarian hyperstimulation
 Infectious : abscess jaringandekat paru, pneumonia bakterial, penyakit
jamur, infeksi parasit, tuberkulosis
 Abnormalitas limfatik : Chylothorax, keganasan,
 Keganasan : karsinoma, limfoma, leukemia, paraproteinemia
Transudat dan Eksudat

 Banyak tes laboratorium berusaha untuk membedakan antara transudat


dan eksudat ini.
 Warna cairan pleura, berat jenis, amilase, glukosa, LDH dan protein
 Tes tambahan lainnya seperti amonia, lipid dan PH mungkin berguna
menetukan efusi.
Cairan Pleura

 Bagian parietal diperdarahi oleh sirkulasi sistemik, sedangkan bagian


visceral oleh sirkulasi bronkial.
 Cairan pleura adalah cairan intersitial sirkulasi sistemik.
 Normalnya terdapat 3-20 mL cairan pleura
 Cairan pleura menuju sistem limfatik bagian viseral pleura dan sirkulasi
viseral
 Adanya perubahan pada pembentukan dan pengeluarannya
menyebabkan perubahan pada volume, menyebabkan terjadi efusi
Light’s Criteria

 Eksudat :
 Rasio Protein/serum > 0.5
 Rasio LDH cairan/LDH serum > 0.6
 Kadar LDH cairan > 2/3 nilai normal atas
Adenosine Deaminase (ADA)

 Merupakan enzyme yang banyak ditemukan di banyak sel


 Nilainya meningkat pada efusi oleh karena tuberkulosis
 ADA turut berperan pada diferensiasi limfosit, terutama limfosit T
 Beberapa studi  ADA meningkat pada cairan pleura :
 Sensitifitas 90-100 %
 Spesifisitas 89 -100 %
 Terdapat 2 jenis ADA : ADA1, ADA2.
 ADA2 hanya ditemukan di monosit
Adenosine Deaminase (ADA)

 Cut off ADA 47 -60mU/L.


 Spesifisitasnya meningkat saat rasio limfosit/netrofil cairan pleura (>0.75)
bersamaan dengan nilai ADA > 50 U/L
 ADA dapat dipengaruhi oleh perubahan temperatur, dan nilainya akan
berkurang
IGRA

 Merupakan singkatan dari Interferon Gamma Release Assay merupakan


uji laboratorium diagnostik dengan cara enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA)
 Mengukur reaksi pembentukan interferon gamma dalam darah pasien
dikaitkan dengan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (MTB)
 Infeksi Tuberkulosis Laten (LTBI) adalah kondisi tanpa gejala yang tidak
menular dan menetap
 Beberapa tahun kemudian dapat berkembang menjadi penyakit TBC
aktif
IGRA

 Kondisi LTBI perlu didiagnosis agar dapat diobati


 Tes tuberkulin tidak sepenuhnya dapat memberikan respon, terutama
gangguan fungsi imun (negatif palsu)
 Tes tuberkulin berkembang 2-10 minggu setelah infeksi
 Menggunakan sampel darah, IGRA menguji imunitas seluler tubuh
sebagai respon terhadap antigen peptida yang menyerupai protein
mikrobakterial.
 Protein-protein tersebut tiada pada semua strain BCG dan kebanyakan
mikrobakteria nontuberkulosis
IGRA

 Kelebihan IGRA
 Mudah dan praktis
 Tidak dipengaruhi BCG
 Hasil positif menunjukkan amat mungkin ada infeksi TB (TB aktif ataupun
LTBI)
 Hasil negatif menunjukkan tidak sesuai dengan infeksi TB
 Hasil indeterminate memerlukan penilaian lebih alanjut atau uji ulangan.
Pemeriksaan paru lainnya

 AGDA
 Darah lengkap
 Tes alergi untuk asma
 Pada pneumonia : sputum, kultur
 Kultur darah
 Tes autoantibodi : ANA test, Anti ds-DNA
 Sitologi sputum

Anda mungkin juga menyukai