PPT
PPT
Kelompok 1
Pengertian pemasangan infus
• Infus ini bisa diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung, dengan
atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra-arteri dan intra
techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam
maupun eksternal.
Keuntungan:
• Mampu menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat
• Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus
atau adanya penyumbatan
• Mengurangi waktu perawat untuk emastikan kecepatan aliran infus.
Kerugian:
• Memerlukan selang khusus
• Biaya lebih mahal
• Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi.
Intermitten Infusion (infus sementara)
• Infus ini dapat diberikan melalui ’heparin lock’ , ’piggy bag’ untuk
infus yang kontinyu, atau untuk terapi jangka panjang melalui
perangkat infus.
Keuntungan:
• Inkompabilitas dihindari
• Dosis obat lebih besar dapat diberikan dengan konsentrasi
permililiter yang lebih rendah daripada yang dipraktekkan dengan
metode dorongan IV
Kerugian:
• Kecepatan pemberian tidak dapat dikontrol dengan teliti kecuali
infus dipantau secara elektronik
• Volume yang ditambahkan 50-100ml cairan IV dapat
menyebabkan kelebihan cairan pada beberapa pasien
Jenis Cairan Infus
• Cairan hipotonik
• Cairan Isotonik
• Cairan hipertonik
Pembagian cairan berdasarkan tujuan penggunaannya
• Nutrient Solution
• Electrolyte Solution
• Alkalizing Solution
• Acidifying Solution
• Blood Volume expanders
• Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
• Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda
infeksi
• Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
• Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
• Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
• Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum
infus perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
• Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester
dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu)
Pemilihan Vena
Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin
Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan
sebelum keputusan dibuat, sering digunakan untuk terapi
rutin
Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV
Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut
kebijakan institusi dan keinginan dokter
Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi
dan keinginan dokter ; sering dipilih pada bayi
Insisi : dilakukan oleh dokter untuk terapi panjang
Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka
panjang atau infus cairan yang mengiritasi (hipertonik)
Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur tekanan
vena sentral Contoh Vena sentral adalah : v. subkalvia, v. jugularis
interna/eksterna, v. sefalika atau v.basilika mediana, v. femoralis, dll.
Vena jugularis : biasanya dipasang untuk mengukur tekanan vena sentral
atau memberikan nutrisi parenteral total (NPT) jika melalui vena kava
superior.
Vena femoralis : biasanya hanya diguakan pada keadaan darurat tetapi
dapat digunakan untuk penempatan kateter sentral untuk pemberian NTP.
Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang palastik antara arteri dan
vena untuk dialisis ginjal
Tandur (bovine) : anastomoisis arteri karotid yang berubah sifat dari cow ke
sistem vena ; biasanya dilakukan pada lengan atas untuk dialisis ginjal
Fistula : anastomoisis bedah dari arteri ke vena baik end atau side to side
untuk dialisis ginjal
Jalur umbilikal : rute akses yang biasa pada UPI neonatus
Akses vena-vena yang mudah untuk terapi
intravena
Vena digitalis
Vena dorsalis superfisialis
Vena sefalika
Vena basilika
Hindari menggunakan vena berikut:
• Umur pasien
• Prosedur yang diantisipasi :
• Aktivitas pasien
• Jenis IV
• Durasi terapi IV
• Terapi IV sebelumnya
• Pembedahan sebelumnya
• Sakit sebelumnya
• Sakit sebelumnya
Perhitungan Tetesan Infus
Milimeter per jam
• Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah mililiter perjamnya adalah
sebagai berikut:
3000/24 = 125ml/h
• C. Tahap Kerja
• 1. Mencuci tangan
2. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
3. Menanyakan keluhan utama
4. Jaga privacy klien
5. Letakkan pasien pada posisi semi fowler atau supinasi jika tidak memungkinkan
6. Bebaskan lengan pasien dari lengan baju/ kemeja
7. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau
akses slang ke botol infuse
8. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian da buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang
keluar
9. Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan
10.Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi
atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan
gerakan sirkular ( bila sadar )
• 11. Gunakan sarung tangan steril
12. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
13. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian
bawah vena da posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik
keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena
• 15. setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan
bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak
keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang
infus
16. buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan
17. lakukan fiksasi dengan kasa steril
18. tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
• D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan
4. Cuci tangan
E. Dokumentasi
• Toleransi klien terhadap prosedur
pemasangan dan penginfusan cairan
• Status sisi IV, balutan, cairan dan slang
• Ukuran dan tipe kateter/jarum
• Penyuluhan klien diberikan
• Pengkajian tindak lanjut terhadap penginfus
TERIMA KASIH