Anda di halaman 1dari 17

Drh. Hembang M.P.

 Radangparu (pneumonia) yang sangat


menular
 Selalu diikuti dengan pleuritis
 Ditemukan di Afrika, Timur Tengah, AS telah
bebas sejak 1892; UK sejak 1808; dan
Australia sejak 1973.
 Outbreak (wabah) terakhir CBPP di Eropa
terjadi di Portugal pada 1989.
 Tidak
banyak informasi penyakit ini di Asia,
namun China mengklaim wabah terakhirnya
pada 1995
 Organisme etiologik adalah Mycoplasma
mycoides mycoides, tipe koloni kecil
 Sapi yang peka terinfeksi secara inhalasi melalui
droplet yang dibatukkan oleh sapi terinfeksi
 Kambing dan domba tidak penting dalam
epidemiologi penyakit ini
 Septisemia menimbulkan lesi-lesi pada ginjal dan
kadang plasenta, dapat menjadi sumber infeksi
 Infeksi transplasenta kepada fetus dapat terjadi
 Masa inkubasi 3 – 8 minggu
 Morbiditas pada kelompok sapi yang rentan dapat
mencapai 70%
 Mortalitias 50% terutama pada kelompok yang baru
pertama kali terinfeksi
 Dari hewan-hewan yang sembuh, 50% dapat menjadi
karier dengan lesi-lesi kronis di paru-paru. Lesi tersebut
bervariasi dalam ukuran
 Oleh karena karier tidak dapat diteksi secara klinis
maupun serologis, mereka menjadi problem dalam
program pengendalian
 Kepekaan bangsa hewan, sistem manajemen, dan
kondisi kesehatan umum dari hewan ybs merupakan
faktor penting yang memengaruhi infeksi
 Padakasus akut, gejala meliputi demam hingga 107
F (41,5 C); anoreksia dan kesakitan; kesulitan
bernafas.
 Pada kondisi iklim yang panas, hewan sering berdiri
menyendiri di bawah naungan, kepala diposisikan
lebih rendah dan menjulur, punggung sedikit
membusur, dan sikunya keluar.
 Perkusi pada dada (thorax) menimbulkan reaksi
sakit; respirasi cepat dan dangkal, serta abdominal
 Jika
hewan dipaksa bergerak cepat, pernafasan
menjadi lebih tertekan dan suatu batuk basah yang
lembut (soft) akan terjadi
 Penyakit
berjalan secara cepat, hewan akan
mengalami penurunan kondisi, dan pernafasan
menjadi sangat berat
 Hewanakan rebah dan mati 1 – 3 minggu sejak
tampak gejala klinis
 Sapi
yang terinfeksi kronis mungkin akan
menunjukkan gelala klinis dengan intensitas
bervariasi selama 3 – 4 minggu. Lesi secara gradual
membaik dan hewan tampak sembuh
 Kasus-kasus
subklinis dapat terjadi dan hewan
berperan sebagai karier
 Rongga dada dapat terisi dengan 10 L cairan
kuning jernih ataupun cairan keruh
bercampur fibrin, dan organ di dalam thorax
sering tertutupi dengan deposit fibrin yang
tebal
 Penyakitumumnya bersifat unilateral. 80-
90% kasus hanya menyerang satu sisi paru-
paru saja
 Paru-paru yang terserang membesar dan
mengeras
 Pada saat diseksi, tampakan tipikal BCPP akan
tampak yakni pelebaran septa interlobular dan
jaringan-jaringan subpleural yang menyelubungi
lobulus paru yang mengalami konsolidasi berwarnah
merah atau kuning
 Secara mikroskopis, reaksi tersebut adalah adanya
infeksi hebat dan akut berupa pneumonia pleuritis
fibrinosa, thrombosis pada pembuluh-pembuluh
darah paru, dan nekrosis jaringan paru; jaringan
interstitial sangat menebal oleh cairan edema ber-
fibrin
Many of the interlobular septa are
filled with fibrin and edema fluid.
This is very typical of contagious
pleuropneumonia and this
appearance is referred to as
"marbling".

Ribs are cut all the way back.


Veritable "omelettes of fibrin"
Paru-paru sapi. Septa Interlobularis menebal karena jaringan
fibrosa, dan juga mengandung kantong kecil berisi udara (air pockets
= emhysema). Lobulus merah & basah (congestion and edema).
Rongga pleural sapi. Lembaran besar fibrin menutupi pleura bagian
diafragma & costal (panah merah), dan membentuk kantong berisi cairan
berwarna jerami (panah hitam)
(http://www.cfsph.iastate.edu/DiseaseInfo/clinical-signs-
photos.php?name=contagious-bovine-pleuropneumonia)
Bovine, tracheobronchial lymph node. Nodus
yang dibelah ini membesar (hyperplasia) dan
mengandung area foki hemoragi
Jantung sapi. Kantong perikardial berisi penuh cairan keruh The
(http://www.cfsph.iastate.edu/DiseaseInfo/clinical-signs-
photos.php?name=contagious-bovine-pleuropneumonia)
 Pada kasus kronis, lesi-lesi memiliki bagian
tengah yang nekrotik yang terbungkus oleh
suatu kapsula tebal, dan mungkin terdapat
adesi (perlekatan) pleura
 Kuman hanya dapat survive di dalam kapsula
tersebut, dan hewan dapat menjadi karier
 Diagnosis didasarkan pada gejal-gejala klinis,
fikasasi komplemen, aglutinasi lateks, ELISA
kompetitif, dan nekropsi
 Konfirmasi dilakukan melalui isolasi kuman
mikoplasma diikuti dengan uji hambatan
pertumbuhan atau uji imunofluoresensi
menggunakan serum kelinci hyperimmune ataupun
menggunakan PCR
 Konfirmasi terhadap reaksi serologs dilakukan
dengan immunoblotting test
 Segera setelah dugaan wabah, disarnkan
pemotongan dan nekropsi terhadap sapi terduga
infeksi
 Dibanyak negara, eradikasi penyakit‒ yang telah
dituangkan dalam aturan hukum negara, dilakukan
dengan pemotongan semua hewan terinfeksi
maupun yang terpapar (exposed animals)
 Dinegara dimana lalulintas hewan dapat
dikendalikan/dibatasi, eradikasi penyakit dilakukan
dengan penerapan karantina, pengujian darah
(serologis), dan pemotongan
 Jika
lalulintas sapi tidak dapat dikendalikan,
penyebaran infeksi dapat ditekan via vaksinasi
menggunakan vaksin atenuasi (misalnya strain
T1/44)
 Namun, vaksinasi hanya efektif jika angka cakupan
vaksinasi di dalam suatu negara tinggi
 Penyelidikan
sapi terinfeksi di abattoir (RPH),
pengujian darah, dan penerapan aturan
pengendalian lalulintas ternak secara ketat, sangat
penting mingkatkan efektifitas pengendalian
penyakit
 Pengobatan hanya direkomnedasikan di wilayah
endemik oleh karena kuman tidak dapat
dieliminasi, dan ancaman munculnya karier
 Tylosin(10 mg/kg, IM, bid untuk 6 injeksi) dan
danafloxacin 2,5% (2,5 mg/kg, sid 3 hari berturut-
turut) dilaporkan efektif

Anda mungkin juga menyukai