Anda di halaman 1dari 95

1

STRUKTUR
OPERASIONAL
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
SISTEM

HASIL OPERASI

PEMELIHARAAN INSPEKSI

2
INSPEKSI JAR -
DIST
INSPEKSI JARINGAN MERUPAKAN
PEKERJAAN YANG DIGUNAKAN
SEBAGAI INFORMASI UNTUK
MENDUKUNG DILAKSANAKANNYA
PEMELIHARAAN

3
PEMELIHARAAN JAR – DIST
SE : 040.E/152/DIR/1999
MERUPAKAN SUATU KEGIATAN YANG MELIPUTI
PEKERJAAN PEMERIKSAAN, PENCEGAHAN,
PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN PERALATAN PADA
SISTEM DISTRIBUSI YANG DILAKUKAN SECARA
TERJADWAL (SCHEDULE) ATAUPUN TANPA JADWAL.
PEMELIHARAAN DILAKUKAN UNTUK
MENINGKATKAN MUTU (TEGANGAN) DAN
KEANDALAN (SAIDI & SAIFI)
PADA SISTEM DISTRIBUSI PEMELIHARAAN
UNTUK MEMPERKECIL KERUSAKAN PERALATAN
YANG SIFATNYA MENDADAK, MENURUNKAN
BIAYA PEMELIHARAAN DAN MENDAPATKAN
SIMPATI SERTA KEPUASAN PELANGGAN DALAM
PELAYANAN TENAGA LISTRIK
4
CURVA UMUR
CURVA UMUR
PERALATAN
PERALATAN
DAN MATERIAL
DAN MATERIAL

100 %
B
C
A
50

O 5 T (thn)
A TANPA PEMELIHARAAN
B DENGAN PEMELIHARAAN
C BIAYA PEMELIHARAAN
5
PENGERTIAN INSPEKSI JAR-
DIST
INSPEKSI MERUPAKAN
SUATU PEKERJAAN
YANG DIMAKSUDKAN
UNTUK MENDAPATKAN
SUATU DATA YANG
AKURAT DARI SUATU
SISTEM DIST /
PERALATAN JAR-DIST
DAN DIGUNAKAN
UNTUK MENYUSUN
ANGGARAN DAN
PERENCANAAN HAR –
DIST.

6
MACAM – MACAM INSPEKSI

INSPEKSI
RUTIN

INSPEKSI
INSPEKSI

INSPEKSI INSPEKSI
DARURAT KOREKTIF

7
INSPEKSI
RUTIN
INSPEKSI RUTIN MERUPAKAN SUATU USAHA
(PEMERIKSAAN) ATAU KEGIATAN YG
DIMAKSUDKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN
KONDISI SISTEM AGAR DALAM KEADAAN BAIK
DAN DAYA GUNA YG OPTIMAL

 INSPEKSI RUTIN
 INSPEKSI RUTIN SISTEMATIS

8
INSPEKSI
RUTIN
MERUPAKAN
PEKERJAAN
PEMERIKSAAN YANG
DILAKSANAKAN
DENGAN CARA
PEMERIKSAAN SECARA
VISUAL YANG DIIKUTI
DENGAN
PELAKSANAAN
PEKERJAAN
PEMELIHARAAN YANG
SESUAI DENGAN
SARAN-SARAN
(REKOMONDASI) DARI
HASIL INSPEKSI.
9
INSPEKSI RUTIN SISTEMATIS

SUATU PEKERJAAN
PEMERIKSAAN YANG
DIMAKSUDKAN UNTUK
MENEMUKAN KERUSA
KAN ATAU GEJALA
KERUSAKAN YG TIDAK
DITEMUKAN PADA
WAKTU PELAKSANAAN
INSPEKSI RUTIN YANG
KEMUDIAN DISUSUN
SARAN-SARAN UNTUK
PERBAIKAN

10
INSPEKSI
KOREKTIF
INSPEKSI KOREKTIF
MERUPAKAN SUATU
PEKERJAAN PEMERIKSAAN
YANG DIMAKSUDKAN UNTUK
MEMERIKSA KERUSAKAN
ATAU UNTUK MENGADAKAN
PERUBAHAN /
PENYEMPURNAAN .
PEMERIKSAAN KERUSAKAN
MAKSUDNYA SUATU USAHA
UNTUK MEMERIKSA KONDISI
SISTEM ATAU PERALATAN
YANG MENGALAMI
GANGGUAN / KERUSAKAN

11
INSPEKSI
DARURAT
INSPEKSI DARURAT
ADALAH SUATU
PEKERJAAN
PEMERIKSAAN YANG
DIMAKSUD UNTUK
PERBAIKAN KERUSAKAN
YG DISEBABKAN OLEH
BENCANA ALAM .

MISAL :
GEMPA BUMI
BANJIR
ANGIN RIBUT
12
TUJUAN INSPEKSI JAR-DIST
 MENDAPATKAN DATA  MENGETAHUI
SISTEM / PERALATAN UMUR DAN
DIST SECARA BENAR. KEMAMPUAN
 MENGETAHUI BAHWA TEKNIK SISTEM /
KEANDALAN DAN PERALATAN
MUTU TENAGA LISTRIK DISTRIBUSI.
YANG BAIK
 MENGETAHUI
SISTEM /
PERALATAN DIST
YG AMAN, BAIK
BAGI PERSONIL
MAUPUN BAGI
MASYARAKAT
UMUM
13
JADWAL INSPEKSI

INSPEKSI TRIWULANAN.
SUATU KEGIATAN DILAPANGAN YANG DILAKSANAKAN
DALAM WAKTU TIGA BULAN SEKALI DGN MAKSUD
UNTUK MENGADAKAN PEMERIKSAAN KONDISI SISTEM.
INSPEKSI SEMESTERAN.
SUATU KEGIATAN YGN DILAKUKAN DILAPANGAN
DENGAN MAKSUD UNTUK MENGETAHUI SEDINI
MUNGKIN KEADAAN BEBAN JARINGAN DAN TEGANGAN
PADA UJUNG JARINGAN SUATU PENYULANG (TR).
INSPEKSI TAHUNAN.
SUATU KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK
MENGADAKAN PEMERIKSAAN PERLATAN SISTEM
JARINGAN.

14
Inspeksi Triwulanan
Inspeksi triwulanan atau tiga bulanan adalah suatu
kegiatan dilapangan yang dilaksanakan dalam waktu
tiga bulan sekali dengan maksud untuk mengadakan
pemeriksaan kondisi sistem.

Kegiatan pemeliharaan triwulanan ini biasanya


dibatasi untuk pemeliharaan sistem pada bagian
– bagian yang terpenting dan yang rawan
gangguan yang diantaranya adalah pada SUTM.

15
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam inspeksi
ini adalah :
 Mengadakan inspeksi terhadap SUTM dimana
SUTM mempunyai jarak aman tertentu sesuai
dengan peraturan yang diijinkan.
 Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi
yang telah dilaksanakan dan segera mengadakan
tindakan lebih lanjut.

16
Inspeksi Semesteran
Inspeksi semesteran atau enam bulanan adalah suatu
kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan maksud
untuk mengetahui sedini mungkin keadaan beban
jaringan dan tegangan pada ujung jaringan suatu
penyulang TR (Tegangan Rendah).

17
INSPEKSI
TAHUNAN
Inspeksi tahunan merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengadakan pemeriksaan peralatan
sistem distribusi.
Kegiatan inspeksi tahunan ini biasanya dilaksanakan
menurut tingkat prioritas tertentu.

18
Pada prakteknya inspeksi tahunan dapat
dilaksanakan dalam 2 (dua) keadaan yaitu :
• Inspeksi tahunan keadaan bertegangan.
• Inspeksi tahunan keadaan bebas tegangan.

Inspeksi Tahunan Keadaan Bertegangan.


Pekerjaan yang perlu dilakukan untuk inspeksi tahunan
keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan
secara visual dengan maksud untuk menemukan hal–
hal yang mengkawatirkan (dicurigai) dapat
menyebabkan gangguan pada operasi sistem, sebelum
periode inspeksi berikutnya.
19
Inspeksi Tahunan Bebas Bertegangan.
Pekerjaan inspeksi tahunan ini pada keadaan bebas
tegangan adalah :

• Pemeriksaan (GD, JTM, JTR, SR, fuse link, HRC


fuse, dll).
• Pengetesan / percobaan ( Proteksi, PS, lampu
penerangan, peralatan bantu dll).

20
METODE INSPEKSI JARINGAN DISTRIBUSI
Metode inspeksi jaringan distribusi, merupakan
pemeriksaan yang dilakukan dgn cara pengamatan
langsung/visual yaitu menjamin petugas kelapangan
untuk melakukan pemeriksaan.
Hal dilakukan dengan metode :

1. Menggunakan cheek list ( methoda chek list ).


2. Menggunakan pengukuran ( Methode pengujian )

21
Inspeksi Secara Visual :

a. Lokasi penancapan tiang diperiksa secara visual


sesuai gambar kerja.
b. Kondisi Tiang diperiksa secara visual sesuai standart.
c. Penancapan tiang terhadap kemiringan dan
kekuatan penanaman. (max kemiringan 5 derajat )

22
d. Konstruksi Tiang dan asesoris yang terpasang
diperiksa sesuai standar :
•Ukuran dan jenis tiang yang terpasang diperiksa.
•Konstruksi tiang yang terpasang diperiksa .
•Asesoris diperiksa secara visual sesuai standart.
( Dead End , Small Angle ,Large Angle )
e. Penghantar dan pengikatanya yang terpasang
diperiksa sesuai standar :
• Ukuran penghantar yang terpasang diperiksa .
• Pengikatan penghantar pada isolator diperiksa .
• Sambungan-sambungannya / jumper-jumper
diperiksa . 23
f. Andongan penghantar diperiksa secara visual
sesuai standart.
g. Jarak bebas jaringan terhadap lingkungan
diperiksa secara visual.
h. Penghantar pembumian tiang diperiksa sesuai
standart (5 ohm, lihat gambar).
•Sambungannya.
•Tahanan pembumian.

24
i. Kondisi isolator TR diperiksa sesuai standart.
•Kemiringan isolator.
•Keretakan isolator.
j. Kondisi tupang tarik dan tupang tebar
diperiksa sesuai standart.

25
Pengujian Jaringan :
a) Tahanan Isolasi diuji sesuai standar :
• Pengujian isolasi antara kawat fasa - fasa dan P-n
• Dengan nilai Tahanan isolasi : min 1000 ohm/volt
b) Urutan Fasa .
• Cek urutan fasa JTR dgn melihat tanda pada kabel.
• Pada kawat SUTR dilihat pada tepi jalan urutan
fasanya : R , N,S,T.
c. Jaringan diuji dengan tegangan dan waktu tertentu :
• Jaringan diberi tegangan kerja 380 V dengan waktu
tertentu
• Bila hasil baik, jaringan dinyatakan siap dioperasikan .

26
STANDARD KONSTRUKSI JAR-DIST
(JTR)
Standard Konstruksi dan Ketentuan peraturan yang
berlaku menjadi acuan didalam pembangunan dan
pengembangan serta pengoperasian Sistem
Distribusi. Hasil inspeksi jaringan distribusi
dievaluasi untuk diambil langkah-langkah
perbaikan sistem distribusi yang mengacu kepada
Standard/ ketentuan peraturan yang berlaku
sehingga diperoleh Sistem yang andal dan
berkualitas dengan tetap mempertimbangkan
efisiensi. 27
Standard Konstruksi dan ketentuan/ peraturan yang
berlaku pada Sistem Distribusi antara lain sbb

1. Standard Konstruksi JTR


2. Standard Konstruksi SUTM
3. Standard Konstruksi SKTM

28
STANDART KONTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI

2.1. Ketentuan umum Standar Konstruksi JTR


Jaringan tegangan rendah / JTR mempunyai
beberapa criteria umum sebagai berikut :

– Jarak Gawang.

Maksimum 40 meter untuk JTR semi Underbuild.


Maksimum 50 meter untuk JTR murni dan JTR
Underbuild.

29
– Spesifikasi Komponen.

a. Tiang SUTR

Tiang yang digunakan untuk Saluran Udara


Tegangan Rendah adalah tipe 9 m dengan beban
kerja antara 90 sampai dengan 250 daN.

Pemilihan tipe tiang tersebut dengan


mempertimbangkan beban tiang yang disebabkan
oleh berat dan gaya tarikan konduktor.

30
b. Kabel pilin udara.
Kabel pilin udara penghantar fasa AAC dengan
isolasi terbuat dari crosslink polyethylene
(XLPE) serta netral sebagai penggantung terdiri dari
kawat aluminium senyawa ( AAAC) yang dipilin
bulat padat ( SPLN 42 -10 : 1986 beserta
revisinya.).

Ukuran kabel pilin yang dipilin sesuai yang dipilih


dengan SPLN 74 : 1987 adalah sbb :

2 x 25 + 1 x 25 mm2 , 2 x 50 + 1 x 35 mm2
3 x 25 + 1 x 25 mm2 , 3 x 50 + 1 x 35 mm2
2 x 35 + 1 x 25 mm2 , 2 x 70 + 1 x 50 mm2
3 x 35 + 1 x 25 mm2 , 3 x 70 + 1 x 50 mm2 31
c. Isolator SUTR
Standard Isolator SUTR dan Pemakaiannya

Type Untuk kawat, Beratnya per bh,


Mm2 Kg

RM I 50,70. 0,91
RM II 16,25,35. 0,45
RM III 6,10 0,26
N 95 95 s/d 150. 0,5
N 80 16 s/d 70. 0,3
N 60 6 s/d 10. 0,13

32
d. Peralatan Bantu
Peralatan penggantung kabel pilin udara,
terdiri dari :
• Penggantung pada tiang sangga/tumpu,
berfungsi hanya sebagai penggantung dari
kabel pilin.
• Penggantung untuk belokan /sudut kecil dan
sudut siku siku / besar.
• Peralatan untuk penarik pada tiang awal /
akhir atau tiang tarik.
• Topang tarik (Guy wire) dipakai pada tiang
awal / akhir dan tiang pada belokan yang
besar, dibuat dari baja dengan mutu setara
baja st 37 dengan arah pilinan kanan.
33
e. Standar Ruang bebas ( Clearence ) saluran udara
tegangan rendah minimum dalam satuan (m) .

34
f. Konstruksi Penyambungan Penghantar :

Untuk menyambung penghantar digunakan material


sbb :

6.1 Joint Sleeve : Berfungsi untuk menyambung kawat

6.2 Repair Sleeve : Berfungsi untuk memperkuat kembali


kawat yang sebagian uratnya ada yg putus

6.3 Parallel Groove Clamp : Berfungsi untuk


menyambung kawat tetapi tidak ada beban tarikan,
misalnya sambungan pada tiang penegang, sambungan
percabangan.

35
6.4 Taping Clamp : Berfungsi untuk penyadapan
dari saluran ke peralatan listrik lainya

6.5 Perching Connector (Hot line Conector) :


Untuk penyambungan konduktor, digunakan :
Penyambungan dalam keadaan bertegangan .

6.6. Joint dan repair sleeve pengencangannya


dengan cara dipres Sedangkan parallel
groove clamp diikat dengan mur baut.

36
g. Pentanahan :

14
1.0
13 00
Klem tiang

25 Disolder/murbaut
10 mm
2
0 Hantaran pentanahan
xxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxx
Flektroda
2 Pipa tanah
030101
1.5
00
2,7
5m
1
2

Batang Tembaga
10 Klem Jepit Tembaga

37
2.1.a. Standar Teknik Konstruksi JTR Listrik Pedesaan :
Sistem yang digunakan 1 fasa 3 kawat dgn tegangan 2 x 230 V
Jarak gawang maximum 40 m, untuk JTR semi under
built, dan maximum 50 m untuk JTR murni / under built.
– Tiang digunakan Tiang beton, Tiang besi, dengan
panjang 7 m dengan beban kerja 100 daN .
– Penghantar digunakan kabel pilin udara (twisted kabel),
dimana peng hantar fasa dari AAC, penghantar Netral dari
bahan AAAC .

38
Ukuran kabel pilin yang dipakai :

» 2 x 25 + 1 x 25 mm2
» 2 x 35 + 1 x 25 mm2
» 3 x 35 + 1 x 25 mm2
» 2 x 50 + 1 x 35 mm2
» 3 x 50 + 1 x 35 mm2

– Peralatan bantu khusus untuk JTR


1. Perlengkapan penggantung JTR : Small angle
asembly, Large angle asembly , Dead end asembly .
2. Kawat tupang tarik .

39
Jaringan Distribusi Kabel (SKTR/SKUTR)
Yang dilakukan dalam inspeksi jaringan distribusi
kabel SKTR/SKUTR adalah mulai dari Kabel out
going jurusan kabel TR ( pada pangkal jurusan
gardu) s/d jaringan ujung SKTR.

Memeriksa secara visual meliputi :


1. Lokasi kabel sesuai gambar kerja.
2. Tanda tanda jalur dan sambungan kabel
(jointing & terminating).
3. Pekerjaan penyangga kabel.

40
Pengujian Kabel :
Tahanan isolasi saluran kabel diuji sesuai standar
•Pengujian isolasi antara kawat fasa - fasa
•Pengujian Isolasi kawat fasa- netral
•Dengan nilai Tahanan isolasi : min 1000 ohm / volt

Urutan Fasa
•Cek urutan fasa JTR dgn melihat tanda pada kabel
( Garis / Huruf )
•Pada kawat SUTR dilihat pada tepi jalan urutan
fasanya : R, N,S,T.
Jaringan diuji dengan tegangan dan waktu
tertentu
•Jaringan diberi tegangan kerja 380 V
dengan waktu tertentu 41
Jaringan diuji dengan tegangan dan
waktu tertentu:
•Jaringan diberi tegangan kerja 380 V
dengan waktu tertentu
•Bila hasil baik maka jaringan
dinyatakan siap untuk dipakai .

42
FORM / BLANGKO JTR

43
44
Jaring Distribusi Hantaran Udara SUTM

Untuk inspeksi jaring distribusi SUTM dimulai


mulai dari Tiang pertama SUTM dari penyulang
gardu induk 20 kv s/d Tiang akhir, berikut peralatan
penghubung yang terpasang di jaringan SUTM.

45
Inspeksi Secara Visual :
a.Lokasi penancapan tiang diperiksa secara visual
sesuai gambar kerja.
b.Kondisi Tiang diperiksa secara visual sesuai
standart.
c.Penancapan tiang terhadap kemiringan dan kekuatan
penanaman. (max kemiringan 5 derajat ).
d.Konstruksi Tiang dan asesoris yang terpasang
diperiksa sesuai standar :
• Ukuran dan jenis tiang yang tertancap
diperiksa.
• Konstruksi tiang yang terpasang diperiksa .
• Asesoris diperiksa secara visual sesuai
standart ( lihat gambar )
• ( Dead End , Small Angle ,Large Angle ) 46
e. Penghantar dan pengikatanya yang terpasang
diperiksa sesuai standar :
• Ukuran penghantar yang terpasang diperiksa.
• Pengikatan penghantar pada isolator diperiksa.
• Sambungan-sambungannya / jumper-jumper
diperiksa .

47
f. Andongan penghantar diperiksa secara visual
sesuai standart.
g. Jarak bebas jaringan terhadap lingkungan
diperiksa secara visual.
h. Penghantar pembumian tiang diperiksa sesuai
standart (5 ohm, lihat gambar).
• Sambungannya.
• Tahanan pembumian.

48
i. Kondisi isolator TR diperiksa sesuai standart.
• Kemiringan isolator.
• Keretakan isolator.
j. Kondisi tupang tarik dan tupang tebar
diperiksa sesuai standart.

49
Pengujian jaringan :
a) Tahanan isolasi ( Megger 5000 V ) , hasil tahanan
isolasi minimum sebesar 1000 Ohm / Volt.
b) Urutan fasa di uji sesuai standar.
c) Penghantar di uji dengan Tegangan dan waktu
tertentu.

50
FORM / BLANGKO JTM

51
52
Jaringan Distribusi Kabel Tanah SKTM.
Yang dilakukan dalam inspeksi jaring distribusi
kabel tanah SKTM adalah mulai dari kabel out
going beeder / penggulung kabel tanah TM. 20 kV
(pada pangkal penggulung) s/d jaringan ujung
SKTM 20 kV (Fomr nya sama dgn diatas).

53
Yang diperiksa secara visual meliputi :
a. Lokasi penanaman kabel sesuai gambar kerja.
b. Tanda tanda jalur kabl dan sambungan kabel
(jointing & terminating).
c. Penutupan galian jalur kabel TR .
d. Pekerjaan penanaman dan Penimbunan kabel
tanah .
e. Kondisi kabel tanah .
f. Pekerjaan saluran kabel
Jembatan.
Kanal.
Dutching.
54
g. Pekerjaan penyangga kabel.
h. Pengujian Kabel :
 Tahanan isolasi.
 Tahanan Pentanahan.
 Urutan Fasa kabel.
 Pengujian Daya Kabel.

Kemudian dilakukan pembuatan saran-saran


terhadap jaring distribusi kabel tanah TM yang
mengalami keadaan diluar standart.

55
Gardu Distribusi .
Yang dilakukan dalam inspeksi Gardu Distribusi adalah
mulai dari incoming gardu s/d out going gardu
distribusi TR.

Memeriksa secara visual meliputi :


1. Tap line. 2. Arrester.
3. Cut out. 4. Trafo .
5. PHB TR beserta peralatan di dalamnya.
6. Pentanahan. 7. Out going TR.

56
FORM / BLANGKO GD

57
58
FORM / BLANGKO PLG 3 PHASA

59
60
SAMBUNGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH
Inspeksi sambungan pelayanan tegangan rendah
( SP – TR )
Ialah bagian dari jaringan tegangan rendah (JTR) yang
menghubungkan saluran tegangan rendah (STR)
sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur. (APP)
yang diperiksa atau di inspeksi.

61
Bagian bagian sambungan pelayanan yg di inspeksi.

1. Saluran luar pelayanan (SLP) yaitu bagian SP yang


di pasang di atas tanah dan di luar bangunan.
2. Saluran masuk pelayanan (SMP) yaitu bagian SP
yang dipasang antara isolator pada tiang atap atau
percabangan SP dengan APP.
Tegangan standard untuk sambungan pelayanan
dengan sistem arus bolak balik fasa tiga besarnya
tegangan nominalnya adalah 220 V / 380 V.

62
Rugi Tegangan Pada Sambungan Pelayanan.

Rugi tegangan maksimum yang diperkenankan


sepanjang hantaran SR ialah 2% dalam hal ini SR
diperhitungkan dari titik penyambung pada STR.
Sedangkan khusus untuk penyambung langsung
dari papan bagi TR di gardu Transformator rugi
tegangan maksimum yang diperkenankan 12%.

63
Konstruksi Penyadapan.
a. Jenis Hantaran
Hantaran berisolasi dipilin (kabel twisted).

1. Hantaran dengan bahan alumunium setengah


keras (medium hard drawn) digunakan untuk
SLP dan SMP.
2. Hantaran duplex (DX) dan Quaduplex (OX) bahan
dari alumunium keras (H-AL) berisolasi sebagai
hantaran phasenyadan ACSR sebagai kawat
netralnya yang juga berfungsi sebagai kawat
penggantung.
64
3. Hantaran ACSR-DV-QW, terdiri dari alumunium
berisolasi sebagai hantaran phasenya dan
ASCR berisolasi sebagai netralnya.
4. Kabel NAYY.
Terdiri dari hantaran alumunium berisolasi
PVCuntuk kelistrikan desa diperbolehkan
menggunakan kabel NAYY yang dipasang
dengan kawat penggantung. Kabel jenis ini
dipakai yuntuk SLP untuk SMP dipakai kabel
NYM.
5. Kabel tanah.
Bahan hantaran dari alumunium.
65
B. Ukuran Hantaran

1. Untuk SLP baik diatas maupun dibawah tanah


minimum 10 mm ².
2. Untuk SMP bahan hantaran dari alumunium
minimum 10 mm ² dan bahan hantaran dari
tembaga minimum 4 mm².

66
C. Ketentuan Teknis Penyadapan .

1. Jarak bebas.
2. Lendutan.
3. Jumlah Konsumen Untuk Sambungan Rumah.
4. Bentangan.
5. Kemampuan Tegangan Tarik Tiang Atap.
6. Titik Tumpu / Tiang Atap.

67
D. Pemeriksaan Alat Pengukur dan Pembatas.
1. APP tipe khusus I di gardu distribusi.
2. APP tipe khusus I di gardu tiang.
3. APP di pelanggan satu fasa dan tiga fasa.
4. APP di Pelanggan pengukuran tidak langsung.
5. SLTR dengan APP tipe khusus I di gardu distribusi
6. SLTR dengan APP tipe khusus I di gardu tiang .
7. dll.

68
FORM / BLANGKO SR DAN APP

69
70
KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI

CO

LA

LV PANEL
S
N

GROUNDING 71
INSPEKSI LV PANEL DENGAN
INFRA RED

72
73
MENGENAL
GANGGUAN PETIR

PT. PLN (PERSERO)


DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN
TIM OUT SOURCING PEMELIHARAAN TERPADU GARDU DISTRIBUSI
PENDAHULUAN
• Salah satu penyebab utama terjadinya gangguan
pada Jaringan Listrik atau Gardu atau peralatan
listrik lainnya terutama pada musim penghujan
adalah akibat sambaran petir, halinlintar atau
gledeg (PHG).
• Sambaran PHG bisa terjadi secara langsung
maupun tidak langsung (secara induksi
elektromagnetik maupun secara induksi
elektrostatik).
• Pengamanan terhadap sambaran PHG dapat
dilakukan dengan pemasangan :
 Lightning Arrester pada bagian-bagian yang
perlu dilindungi, antara lain seperti gardu
terbuka (gardu tiang), recloser, titik peralihan
antara SUTM dengan SKTM (kabel tanah).
 Pemasangan hantaran pengaman PHG atau
batang pengaman PHG pada daerah yang
sangat rawan terhadap sambaran PHG,
misalnya pada SUTM atau Gardu.
PENDAHULUAN
• Kegagalan sistim pengamanan terhadap PHG dapat
terjadi karena :
 adanya sambaran PHG secara langsung pada
peralatan listrik (ini jarang terjadi)
 tidak / kurang berfungsinya (efektifitas) dari
Lightning Arrester yang dipasang (rusak atau
ketidak-tepatan dalam memilih spesifikasi teknis,
agar dilihat tulisan Bpk. Imam Hidayat tentang cara
pemilihan Lightning Arrester, termasuk cara
penempatan dan pemasangannya).
 sistim pentanahan yang kurang memenuhi syarat
teknis maupun standar konstruksi (wiring, tahanan
pentanahan, cara penempatan, hantaran pentanahan
terputus dsb.).
 pemasangan hantaran pengaman atau batang
pengaman PHG yang kurang memenuhi syarat
standar konstruksi.
KARAKTERISTIK
PETIR, HALILINTAR ATAU GLEDEG
(PHG)
• PHG adalah gejala / fenomena alam yang tidak
bisa dihilangkan tetapi hanya bisa diupayakan
pencegahan untuk meminimalisir akibat yang
paling buruk pada kerusakan peralatan yang
terpasang.
• PHG terjadi karena adanya perbedaan potensial
antara satu titik dengan titik lainnya yang
mencapai tegangan sampai jutaan volt yang
diikuti perpindahan muatan listrik dengan arus
mencapai sekitar 8 kA sampai 100 kA dengan
frekuensi ekivalen yang sangat tinggi, sekitar 1
juta hertz dan berlangsung sangat cepat dan
singkat, hanya bebrapa mili bahkan mikro
detik.
KARAKTERISTIK
PETIR, HALILINTAR ATAU GLEDEG
(PHG)
• Lintasan PHG umumnya melalui jarak
terpendek dengan nilai hambatan (resistansi)
terendah.
• Sambaran PHG menimbulkan Arus/
Tegangan Surja PHG berbentuk gelombang
PHG dengan bagian depan yang sangat
curam dan berjalan/merambat pada
penghantar dengan sangat cepat yang dapat
merusak peralatan yang tersambung,
sehingga belokan/tekukan penghantar yang
kecilpun sudah merupakan impedansi surja
yang sangat tinggi yang dapat menimbulkan
lompatan bunga api (flash over)
MACAM-MACAM PENYEBAB TIMBULNYA
SURJA PETIR, HALILINTAR ATAU GLEDEG

• Sambaran Langsung pada jaringan listrik


(penghantar) atau peralatan lainnya; kondisi ini
bisa berakibat fatal (sambaran langsung ini
jarang terjadi).
• Arus Induksi Elektromagnetik pada jaringan
listrik (penghantar) sebagai akibat adanya
sambaran petir (lightning discharge) tidak
langsung didekat jaringan SUTM/SKTM
(disebut Side Stroke).
• Muatan Induksi Elektrostatik pada penghantar
akibat adanya awan yang bermuatan listrik
didekat jaringan SUTM/SKTM.
• Pada umumnya timbulnya Surja Petir pada
Jaringan SUTM/SKTM adalah akibat sambaran
tidak langsung (induksi elektromagnetik atau
induksi elektrostatik)
ILUSTRASI DAERAH PERLINDUNGAN TERHADAP
SAMBARAN PHG PADA SEBUAH PENGAMAN
PHG
GARIS RADIUS
SUMBER PETIR
TERHADAP PERMUKAAN
TANAH (JARAK TERPENDEK)
SAMBARAN
LANGSUNG

TITIK SUMBER PETIR TITIK SUMBER PETIR

SAMBARAN
TIDAK
LANGSUNG
(INDUKSI
ELEKTROSTATIK)
PERMUKAAN TANAH

SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


PENGAMAN (INDUKSI ELEKTROMAGNETIK)
POHON YANG BERADA DILUAR SUDUT DAERAH PETIR
DAERAH PERLINDUNGAN AKAN PERLINDUNGAN
SANGAT RAWAN TERHADAP < 2 x 30O ( < 60O ) TAHANAN PENTANAHAN
SAMBARAN PETIR
KONSTRUKSI PEMASANGAN BATANG
PENGAMAN PHG PADA SUTM
SUDUT DAERAH
JIKA : PERLINDUNGAN
A = 80 CM, B = 80 CM DAN C = 30 CM < 2 x 300 D
MAKA D = B + C = 110 CM

TINGGI MINIMAL BATANG PENGAMAN PETIR TERHADAP BATANG PENANGKAL


SUMBU / GARIS DATAR KONDUKTOR ADALAH = E PETIR E
C
TINGGI E DAPAT DICARI DENGAN RUMUS :

E = D x tan 600 = 110 CM x 1,732 = 190,52 CM


A B

MAKA PANJANG TOTAL BATANG PENGAMAN


PETIR = E + F = 190,52 CM + F
F
PANJANG F DISESUAIKAN DENGAN
KEBUTUHAN ( SEKITAR 30 – 40 CM )

KAWAT PENTANAHAN
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA GARDU TIANG YANG KURANG EFEKTIF
KONDUKTOR R S T
SUTM HANTARAN PHASA

MENIMBULKAN
IMPEDANSI TINGGI
TERHADAP SURJA PETIR

ARRESTER CUT OUT

TRAFO

PENTANAHAN
PENTANAHAN TITIK NETRAL &
ARRESTER RANGKA GARDU
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA GARDU TIANG YANG KURANG
EFEKTIF
R S T
HANTARAN PHASA

MENIMBULKAN
IMPEDANSI TINGGI
TERHADAP SURJA PETIR
ARRESTER
CUT OUT

TRAFO

PENTANAHAN
PENTANAHAN TITIK NETRAL &
ARRESTER RANGKA GARDU
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA GARDU TIANG YANG BENAR /
R
EFEKTIF
S T
HANTARAN PHASA

MEMPERKECIL IMPEDANSI
TERHADAP SURJA PETIR

ARRESTER CUT OUT

TRAFO

PENTANAHAN
PENTANAHAN TITIK NETRAL &
ARRESTER RANGKA GARDU
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA PERALIHAN SUTM DENGAN SKTM

PEMASANGAN PEMASANGAN
ARRESTER YANG ARRESTER YANG
LEBIH EFEKTIF KURANG EFEKTIF
KARENA DAPAT
MENGHAMBAT
GELOMBANG PETIR

TERMINAL KABEL TERMINAL KABEL

PENTANAHAN PENTANAHAN
ARRESTER ARRESTER
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA PERALIHAN SUTM DENGAN SKTM

KIRI KANAN

PEMASANGAN
ARRESTER YANG
KURANG EFEKTIF

TERMINAL KABEL

CATATAN :
APABILA ADA GELOMBANG PETIR DARI ARAH
PENTANAHAN KANAN MAKA KABEL AKAN LEBIH DAHULU
ARRESTER TERKENA PENGARUH GELOMBANG PETIR,
SEBALIKNYA KABEL AKAN AMAN BILA
GELOMBANG PETIR DATANG DARI ARAH KIRI
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA PERALIHAN SUTM DENGAN SKTM
KIRI KANAN

PEMASANGAN
ARRESTER YANG
LEBIH EFEKTIF

TERMINAL KABEL

CATATAN :
APABILA ADA GELOMBANG PETIR BAIK DARI ARAH
PENTANAHAN KANAN MAUPUN DARI ARAH KIRI MAKA KABEL AKAN
ARRESTER TETAP AMAN
KONSTRUKSI PEMASANGAN ARRESTER
PADA PERALIHAN SUTM DENGAN SKTM

KIRI KANAN

PEMASANGAN PEMASANGAN
ARRESTER YANG ARRESTER TAMBAHAN
LEBIH EFEKTIF

TERMINAL KABEL

CATATAN :
APABILA ADA GELOMBANG PETIR BAIK DARI ARAH
PENTANAHAN KANAN MAUPUN DARI ARAH KIRI MAKA KABEL AKAN
ARRESTER SANGAT AMAN TETAPI KURANG EFISIEN (BOROS),
KARENA PEMASANGAN ARRESTER BERLEBIHAN.
SISTIM PENTANAHAN
PADA ARRESTER DAN TITIK NETRAL TRAFO DI GARDU DISTRIBUSI
DENGAN SISTIM PEMASANGAN TERPISAH

SUTM
R

ARRESTER S
JARINGAN
TRAFO TEGANGAN
RENDAH
GELOMBANG PETIR T

SETIAP 200 M
HANTARAN NETRAL
DIKETANAHKAN
DENGAN R TOTAL <= 10 OHM

< 1,7 OHM Rt Rt < 1,7 OHM Rt <=10 OHM


Catatan :
Rt harus diusahakan sekecil
mungkin agar dapat secepatnya
mengeliminir besarnya surja petir, pemisahan pentanahan Arrester dengan pentanahan
Tititk Netral dapat mencegah terjadinya perambatan Gelombang Petir ke Trafo maupun ke Jaringan
SISTIM PENTANAHAN
PADA ARRESTER DAN TITIK NETRAL TRAFO DI GARDU DISTRIBUSI
DENGAN SISTIM PEMASANGAN DIGABUNG (DISATUKAN)

SUTM
R

ARRESTER S
JARINGAN
TRAFO TEGANGAN
RENDAH
GELOMBANG PETIR T

SETIAP 200 M
HANTARAN NETRAL
DIKETANAHKAN
DENGAN R TOTAL <= 10 OHM

< 1,7 OHM Rt Rt < 5 OHM Rt < 10 OHM


Catatan :
Rt harus diusahakan sekecil
mungkin agar dapat secepatnya
mengeliminir besarnya surja petir, penggabungan pentanahan Arrester dan pentanahan
Titik Netral dapat mengakibatkan perambatan Gelombang Petir masuk ke Trafo atau Jaringan.
DAERAH PERLINDUNGAN YANG DIBERIKAN
BATANG PENGAMAN PHG PADA MENARA BTS
( TELKOM )

SUDUT
PERLINDUNGAN
< 2 X300 / < 600

CATATAN :
DARI GAMBAR INI TAMPAKNYA BATANG PENGAMAN PHG MENJADI KURANG EFEKTIF
KARENA TERLALU PENDEK ( KURANG TINGGI )
KESIMPULAN
• Gangguan PHG bisa langsung dan tidak langsung
• Untuk mengefektifkan Alat Pengaman PHG, maka Alat
pengaman berupa Lightning Arrester harus dipasang pada
titik datangnya PHG (paling dekat dengan jaringan) tanpa
harus terjadi impedansi tinggi (adanya hambatan berupa
tekukan pada hantarannya), sedangkan untuk alat
pengaman berupa Batang Pengaman atau Hantaran
Pengaman (kawat tanah) harus mempunyai sudut
perlindungan sebesar < 600
• Efektifitas alat pengaman PHG sangat dipengaruhi oleh
spesifikasi teknis (Arrester), sistim pentanahan (digabung
atau dipisah) dan besarnya tahanan pentanahan termasuk
cara wiringnya / konstruksinya.
• Konstruksi pemasangan alat pengaman PHG yang kurang
efektif bisa dimungkinkan menjadi salah satu penyebab
terjadinya gangguan / kerusakan trafo pada saat musim
penghujan disertai PHG.
USULAN REKOMENDASI
• AGAR SEGERA DILAKUKAN PENGECEKAN PADA
SELURUH LIGHTNING ARRESTER YANG
TERPASANG UNTUK MENGETAHUI SPESIFIKASI,
KONDISI SERTA CARA PEMASANGANNYA.
• AGAR SEGERA DILAKUKAN PENGECEKAN
TERHADAP BATANG PENGAMAN PETIR MAUPUN
HANTARAN PENGAMAN PETIR YANG TERPASANG
UNTUK MENGETAHUI KONDISI SERTA TEKNIS
PEMASANGANNYA.
• AGAR SEGERA DILAKUKAN PENGECEKAN/
PENGUKURAN UNTUK MENGETAHUI KONDISI
SISTIM PENTANAHAN YANG TERPASANG ( WIRING
DAN TAHANAN PENTANAHANNYA )
• SESEGERA MUNGKIN DILAKUKAN PEMBENAHAN
BILA DARI HASIL PENGECEKAN / PENGUKURAN
DIJUMPAI SPESIFIKASI, KONTRUKSI, MAUPUN
SYARAT TEKNIS YANG BELUM TERPENUHI.
DAFTAR PUSTAKA

• STANDAR KONSTRUKSI PLN DJBB – 2005


• S – PLN 3 : TAHUN 1978
• PUIL TAHUN 2000
• DIKTAT DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK ( Ir.
Sambodho Sumani -1990 )
• PENGETANAHAN NETRAL SISTEM
TENAGA DAN PENGETANAHAN
PERALATAN ( Ir. T.S. Hutauruk, M.E.E. )
• ELECTRICAL POWER SYSTEMS QUALITY –
Second Edition ( Mc Graw-Hill 2002)
ATAS SEGALA
PERHATIANNYA

BANDUNG, 05 JANUARI 2007


Tim OPTGD

Anda mungkin juga menyukai