Anda di halaman 1dari 22

PADANGAN ISLAM

TERHADAP PENYAKIT
MENULAR
Pendahuluan
Asal mulanya :
►Orang zaman purbakala 
disebabkan jin.
►Ada pula yang menyalahkan alam,
angkasa atau bumi atau kedua-
duanya.
►Pendapat-pendapat semacam itu
masih hidup terus sampai zaman
pertengahan
Pendahuluan

► Pendapat tentang penularan mula-mula


dikemukakan oleh Ibnul Khatib, beliau
seorang intelektual muslim dan dokter
pengarang di Spanyol.
► Seratus tehun kemudian pendapat ini
diikuti oleh orang Eropa.
► Abad ke-19 baru dapat dibuktikan, bahwa
contagium itu bukan zat mati, melainkan
mahluk yang amat kecil.
► Nabi Muhammad saw. Bersabda :
“Barang siapa mempunyai unta yang sakit menular,
janganlah dibiarkan unta itu minum bersama-sama
dengan unta yang tidak sakit”.
► Hadis ini menjelaskan adanya penyakit
penularan.
► Mengenai wabah, Nabi saw. bersabda :
“Apabila kamu mendengar ada wabah pes di
suatu negeri, maka janganlah kamu masuk. Dan
apabila wabah itu berjangkit sedangkan kamu ada
dalam negeri itu, janganlah kamu keluar”.
ISLAM DALAM UPAYA PREVENTIF
PENYAKIT MENULAR

► Ajaran Islam berbeda dengan ajaran agama lain


dalam mengantisipasi penyakit.
► Sebagian ajaran agama terdahulu mengobati
berbagai penyakit masih terlalu kuat berpegang
pada kekuatan azimat, penangkal atau dengan
doa-doa dari para tokoh agama untuk mengusir
roh jahat,
► Memerangi dengan lilin atau dengan meminyaki
tubuh pasien, bahkan ada yang tidak masuk akal
yang tidak relevan oleh sains modern.
► Akibatnya, orang yang berpegang pada cara
seperti ini, tidak mau mengakui kehadiran
ilmu kedokteran dan pengobatann secara
medis.
► Mereka hanya dapat menerima bahwa
penyakit itu dapat disembuhkann oleh doa-
doa saja.
► Tak satu pun dari agama-agama ini yang
berinisiatif untuk mencegah penyakit dengan
menjaga kebersihan, karantina atau
menjauhkaN diri dari wabah penyakit
menular.
► Tentang pencegahan penyakit, Islam mengajarkan
tentang “Etika Menjenguk Orang sakit”. Ajaran-
ajaran itu antara lain :
► Tidak marah, bimbang atau takut thdp peny. yang
sedang menimpa dirinya, tetapi justru bersabar dan
ridho terhadap qadha’ dan qadar Allah.
► Seorang muslim akan menganggapnya sebagai
cobaan Allah terhadap cita-cita seseorang, atau
sebagai zakat dari kesehatannya, atau sebagai
pengampunan terhadap kesalahan-kesalahannya.
► Dalam hal ini Rasulullah bersabda : “Tak seorang
muslim pun yang sedang ditimpa musibah sakit atau yang
lainnya, melainkan Allah menghapuskan keburukan-
keburukan (amal) baginya sebagaimana pohon menggugurkan
daunnya”.
► Rasulullah saw. melarang mengeluh atau
mengumpat thdp suatu penyakit yang sedang
menimpa sekalipun dalam keadaan marah.
► Mengumpat bukan akhlak seorang muslim,
apalagi ia tidak akan membantu
menyembuhkannya.
► Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda :
“janganlah kamu mencaci-maki suatu penyakit,
sesungguhnya ia menghilangkann kesalahan-
kesalahan bani Adam sebagaimana tukang besi
menghilangkan karatnya”.
► Untuk mendiagnosis suatu penyakit dan
memberikan dosis obatnya, Islam
memerintahkan agar berobat kepada dokter
spesialis.
► Rasulullah saw. Pernah menjenguk orang
sakit, setelah diperhatikan, lalu beliau
menyarankan kepada keluarganya agar
mengantarkannya kepada dokter. Maka
mereka pun heran dibuatnya, lalu mereka
berkata : “Engkau memerintahakan demikian
wahai Rasulullah?”. Jawab beliau : “Benar.
Carilah obat pada hamba-hamba Allah,
sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit
kecuali juga menurunkan obatnya”.
► Islam juga memperhatikan aspek psikologis
dalam menyembuhkan orang yang sakit dan
tidak memerintahkan untuk meninggalkan doa,
baik doa itu dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang
dibawa untuknya, atau dengan shalat, atau
dengan harapan-harapan yang baik,
► Akan tetapi Islam berbeda dengan agama
yang lain, bahwa Islam tidak memperbolehkan
pengobatan hanya semata-mata dengan doa.
Keduanya harus dilakukan, menurut
proporsinya masing-masing.
► Diantara doa-doa yang pernah
dilakukann oleh Rasulullah untuk para
sahabatnya yang sedang menderita sakit
antara lain :

“Ya Allah, sembuhkannlah penyakit yang


menimpanya, dan berilah pahala terhadap hal
yang Engkau telah mencobanya”.
► Untuk menjaga kesehatan dari penyakit
menular, islam mengajarkaan agar
mengkarantinakan orang yang menderita
penyakit menular dari pergaulan umum, dalam
rumah atau rumah sakit, sehingga penyakit itu
tidak meluas kepada orang lain.
► Apabila ia seorang pekerja pabrik, atau siswa
suatu sekolah, atau mungkin ia menumpang
kendaraan umum, agar dapat menjaga
kesehatan umum, hendaknya ia menjauhkan
diri dari pergaulan mereka, atau tidak
berkumpul dengan mereka sehingga Allah
menyembuhkannya, atau hingga penyakit itu
tidak menjadi bencana terhadap orang lain.
► Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
“Janganlah orang yang terkena suatu
penyakit menularkann kepada orang lain”.
► Artinya seseorang yang menderita suatu
penyakit hendaknya tidak memasuki
lingkungan orang-orang yang sehat,
sehingga tidak menularkan penyakit itu
kepada orang lain.
► Bersamaan dengan upaya
mengarantinakan orang yang sakit,
Islam jug menyarankan kepada orang
yang sehat agar tidak memasuki daerah
atau menjauhkan dirinya sampai daerah
itu bebas dari kemungkinan
terjangkitnya penyakit menular.
► Rasululah saw. bersabda :
“Sesungguhya sedikit dari persentuhan saja
akan menghancurkan (menularkan)”.
(Ditakhrij oleh Abu Daud).
Prinsip yang ditanamkan oleh islam
adalah melindungi orang yang sehat
dengan mengasingkan orang yang sakit
yang tidak dapat diharapkan kesembuh
annya, dan mereka diberikan keringanan
untuk tidak bergaul dengannya.
► Islam meletakkan suatu kaidah kesehatan
yang sangat pentig untuk mengantisipasi
penyakit menular, seperti kolera, tha’un daan
sopak. Kaidah ini bersumber dari sabda
Rasulullah saw. :
“Apabila kamu mendengar terjadinya suatu wabah
(penyakit) pada suatu daerah, maka janganlah
kamu memasukinya, dan apabila disuatu daerah
berkangkit itu, sedangkan kamu berada di
dalamnya, maka janganlaah lari
meninggalkannya”.
► Kaidah-kaidah ini tidak berbeda dengan nilai-
nilai sains modern dewasa ini.
► Apabila kita mengetahui perkembangan
kesehatan, maka kita akan mengetahui bahwa
jika terjadi wabah kolera, atau sopak disuatu
kota, maka buatlah pengaman disekitarnya.
► Kemudian dengan alasan apapun, tak seorang
pun diizinkan memasukinya, kecuali para
petugas kesehatan, atau orang yang mempunyai
kepentingan di dalamnya, itu pun mesti berada
di bawah pengawasan Departemen Kesehatan.
► Bahkan kendaraann yang mengangkut kertas
sekalipun.
► Islam menganjurkan agar mencuci tangan
sebelum masuk dan sesudah keluar dari
menjenguk orang sakit, dengan berwudlu
yang baik dan sempurna, yakni membasuh
muka, hidung, tenggorokan, kaki dan kedua
belah tangannya. Dalam hal ini Rasulullah
saw. bersabda :
“Barangsiapa berwudlu dan membaguskan wudlunya
kemudian menjenguk saudaranya yang sakit, ia akan
dijauhkan dari neraka”.
► Hal ini disebabkan karena boleh jadi orang
yang sehat itu justru membawa bakteri pada
tangan atau pada tenggorokannya.
► Sedangkan penderita baru saja sembuh dari
penyakit, sehingga masih berasa pada kondisi
badan yang sangat lemah, sehigga masuknya
seseorang yang membawa bakteri sangat
memungkinkan akan menimbulkan penyakit
baru.
► Adapun setelah keluar dari menjenguk orang
sakit, agar seseorang yang keluar darinya itu
dapat steril dari kemungkinan membawa
bakteri dari penderita dan menularkan kepada
dirinya atau kepada orang lain.
► Kebanyakan penyakit menular seperti difteri,
cacar, bengek dan terutama penyakit-penyakit
demam seperti unfluenza dan salesma yang
berpindah melalui debu yang beterbangan di
udara, atau melalui bersin.
► Dalam hal ini Rasulullah saw. telah
mengajarkan etika yang sangat terpuji bagi
kaum muslimin.
► Apabila bersin, beliau selalu menutup hidung
dan mulutnya dengan kedua telapak
tangannya atau ujung bajunya, dan para
sahabat juga melakukan yang demikian.
► Rasulullah bersabda :
“Sambutlah saudaramu apabila bersin sampai tiga
kali, sedang yang lebih dari itu adalah salesma”.
► Dari sini dapat kita pahami, bahwa apabila
bersin itu lebih dari yang dapat diterima akal,
maka ia adalah penyakit (salesma) maka wajib
menjaga diri daripadanya.
► Dalam pabrik-pabrik modern seperti sekarang
ini, mendorong kepada para pegawainya agar
jika tertimpa salesma mengenakan penutup
muka dari kain dan dipakai ke mana saja pergi
sehingga tidak menjadi wabah di
lingkungannya.
► Masih banyak bakteri-bakteri penyakit menular
yang sangat mungkin sampai kepada
seseorang melalui debu-debu yang
beterbangan di udara.
► Misalnya, jika seseorang penderita meludah di
atas tanah, maka bakteri yang ada dalam
ludah itu akan mampu hidup dalam waktu
yang lama, kemudian dibawa oleh angin
bersama dengan debu-debu yang terbawa
angin, maka sampailah kepada orang yang
sehat, ketika ia menghirup udara itu.
► Rasulullah saw. bersabda :
“Jauhilah olehmu debu, sesungguhnya di
dalamnya mengandung racun”.

Anda mungkin juga menyukai