Anda di halaman 1dari 54

Hukum dan Reforma Agraria

AKMAL HIDAYAT, S.H., S.H.I., M. H


(Dosen Fakultas Hukum UIA Jakarta
Advokat/Pengacara -Konsultan Hukum)
Disampaikan pada Diklat Camat se- Indonesia

Hotel Ibis Arcadia


Jakarta, 10 April 2018
Hukum Agraria
• Hukum agraria adalah kelompok bidang hukum
yang mengatur hak pemilikan dan penguasaan atas
bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
• Ruang lingkup obyek hukum agraria:
1. Bumi dalam pengertian permukaan bumi, termasuk pula
tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.
2. Air dalam pengertian air termasuk baik perairan
pedalaman maupun laut wilayah Indonesia.
3. Ruang angkasa ialah ruang di atas permukaan bumi dan
air.
4. Kekayaan alam meliputi kekayaan alam yang terkandung
dalam bumi, air dan ruang angkasa.
2
Dasar Hukum Agraria
• Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
• Tap MPR No. IX/2001 ttg Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumberdaya alam.
• UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau
UU Pokok Agraria (UUPA).
• UU No. 56/prp/1960 tentang Pemilikan Tanah Pertanian
• UU No. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah Beserta Benda
di Atas Tanah.
• UU No. 4 Tahun 1996 ttg Hak Tanggungan atas Tanah.
• UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangungan
Kepentingan Umum.
• PP No. 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah Negara.
• PP No. 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan
Pemberian Ganti Kerugian
• PP No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai Atas Tanah
• PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
• Per-UU-an sektoral: Kehutanan, Pertambangan (Minerba, Migas, Panas
Bumi), Perkebunan, Sumberdaya Air, Perikanan, Persisir dan Pulau-Pulau
Kecil dsb). 3
Obyek Pengaturan Hukum Agraria
Hukum Pertanahan:
Hukum Bumi
permukaan bumi (tanah)
Hukum Agraria
Hukum Sumberdaya Air

Hukum Air

Hukum Kelautan

Ruang di atas permukaan


Hukum Ruang Angkasa
bumi

Kehutanan Mineral dan Batubara

Pertambangan Migas
Hukum Sumberdaya
Alam
Perikanan Panas Bumi

Perkebunan

4
Ruang Lingkup Pengaturan Hkm Agraria
1. Pengaturan dan penyelenggaraan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air
dan ruang angkasa: produk hukum terkait penataan
ruang (RTRW)
2. Penentuan dan pengaturan hubungan hukum antara
orang dgn bumi, air dan ruang angkasa:
a. Hub hkm orang dgn tanah disebut Hak atas Tanah.
b. Hub hkm orang kekayaan alam disebut Izin.
3. Penentuan dan pengaturan hubungan hukum antara
orang dgn orang lain mengenai bumi, air dan ruang
angkasa: ketentuan tentang peralihan hak atas tanah
dan peralihan izin, termasuk Pajak BPHTB dan PPH.
5
Prinsip Hukum Agraria Nasional

1. Kenasionalan (nationality)
2. Hak Menguasai Negara
3. Pengakuan Hukum Adat dan Hak Ulayat
4. Fungsi Sosial Hak Atas Tanah
5. Kebangsaan (nationalism)
6. Persamaan Hak (equality)
7. Land reform (reformasi pertanahan)
8. Land use planning (penatagunaan tanah)
6
Prinsip Kenasionalan
• Seluruh wilayah Indonesia merupakan kesatuan tanah-
air seluruh rakyat, yang bersatu sebagai bangsa
Indonesia (Psl 1 ayat (1) UUPA).
• Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam (BAR+) dalam wilayah RI sbg karunia
Tuhan YME, adalah BAR+ bangsa Indonesia dan
merupakan kekayaan nasional (Psl 1 ayat (2) UUPA).
• BAR+ dalam wilayah RI merupakan milik bersama
bangsa Indonesia, dan tanah di suatu daerah dan pulau
tidaklah samata-mata menjadi hak rakyat asli
setempat.
7
Hak Menguasai Negara (HMN)
• Prinsip ini menentukan hubungan hukum antara Negara sebagai organisasi
kekuasaan rakyat dengan BAR+ milik bersama rakyat Indonesia.
Hubungannya bukan hak milik tetapi HMN.
• Prinsip HMN merupakan pengganti Pernyataan Domein (Domein Verklaring)
dalam Hk Agraria Kolonial (AW 1870 dan AB 1870)
• Landasan Konstitusional HMN adalah Psl 33 (3) UUD 1945, BAR+ dikuasai
oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
• HMN memberi wewenang kepada Negara untuk (Psl 2 ayat (2) UUPA):
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan
dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa,
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa.

8
Pengakuan Hukum Adat
• Walaupun ada prinsip Kenasionalan dan HMN, negara mengakui
keberadaan hukum adat termasuk hak ulayat
• Pasal 3: Pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya
masih ada, harus sedemikian rupa hingga sesuai dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta
tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi
• Hal ini sejalan dengan pengakuan terhadap hukum adat sebagai hukum
berlaku (hukum positif tidak tertulis)
• Pasal 5: Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa
ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum
dalam Undangundang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya,
segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada
hukum agama.
9
Prinsip Fungsi Sosial Hak Atas Tanah
• Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial (Ps 6)
• Hak atas tanah apapun tidak boleh dipergunakan semata-
mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu
menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
• Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya
dan sifat haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan
dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat
bagi masyarakat dan Negara.
• Hak individu dan masyarakat saling mengimbangi
• Tanah itu harus dipelihara baik-baik, agar bertambah
kesuburannya serta dicegah kerusakannya (Ps 15)
10
Prinsip Kebangsaan
• Prinsip ini mengutamakan kepentingan bangsa
Indonesia.
• Hanya warganegara Indonesia saja yang dapat
mempunyai hak milik atas tanah (Ps 9 jo 21 [1]).
• Hak milik tidak dapat dipunyai oleh orang asing
dan pemindahan hak milik kepada orang asing
dilarang (Ps 26 [2]).
• Pada dasarnya badan hukum tidak dapat
mempunyai hak milik (Ps 21 [2])

11
Prinsip Persamaan Hak
• Tiap-tiap warganegara Indonesia baik laki-laki maupun
wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk
mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri
maupun keluarganya (Psl 9 ayat (2) UUPA).
• Melindungi kepentingan warga negara yang kedudukan
ekonominya lemah, dipermudah memperoleh tanah.
• Mencegah monopoli swasta.
• Monopoli pemerintah harus dengan undang-undang.

12
Prinsip Land Reform

• Pemilikan dan penguasaan tanah secara adil.


• Setiap petani harus punya tanah (land to the
tiller)
• Untuk itu ditetapkan ketentuan sbb:
a. Batas maksimum tanah boleh dimiliki
b. Batas minimum tanah dimiliki orang
c. Larangan pemilikan tanah absentee
d. Redistribusi tanah
e. Pengaturan kembali gadai tanah pertanian
f. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil tanah
pertanian
13
Prinsip Land Use Planning
• Karena tanah dan kekayaan alam terbatas
perlu perencanaan penggunaannya (use
planning)
• Supaya sustainable use, terpimpin dan teratur
• Hukum agraria nasional menjamin bahwa
berbagai keperluan atas bidang tanah.
• Diperlukan adanya Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)

14
Hkm Pertanahan Bagian Utama Hkm Agraria

• Hampir seluruh isi UUPA mengatur tanah, maka


Hukum Pertanahan merupakan bagian utama
hukum agraria.
• Tanah adalah permukaan bumi (Pasal 4 ayat (1)
UUPA).
• Pemilik Tanah berwenang memanfaatkan
tanah, dan juga tubuh bumi, air di bawahnya,
dan ruang angkasa di atasnya (Pasal 4 ayat (2)
UUPA), dengan 2 syarat:
1. Sekedar diperlukan: dibatasi oleh rencana tata ruang
2. Berhubungan Langsung dgn penggunaan tanah.
15
Hak-Hak Atas Tanah
1. Hak milik
2. Hak guna usaha
3. Hak guna bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak sewa

16
Hak Milik
• Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan
terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah,
dgn mengingat fungsi sosial (Ps 20 (1))
• Unsur-unsur:
1. Turun temurun: tidak ada batas waktu
2. Terkuat dan terpenuh: pemegang hak berwenang
menggunakan utk apa saja dan dapat menjual atau
menyewakan dll
3. Dipunyai oleh orang: hanya dimiliki oleh orang bukan
badan hukum
4. Fungsi sosial.
17
Subyek Hak Milik
1. Warga Negara Indonesia (WNI)
2. Badan Hukum tertentu yang
ditetapkan oleh Pemerintah,
menurut PP 38/1963 sbb:
a. Bank Negara
b. Koperasi pertanian
c. Ormas sosial keagamaan

18
Terjadinya Hak Milik
1.Menurut hukum adat.
2.Hak milik juga terjadi karena:
a. Penetapan Pemerintah.
b. Ketentuan Undang-undang:
ketentuan konversi UUPA.

19
Hapusnya Hak Milik
1. Tanahnya jatuh kepada negara karena:
a. Pencabutan hak
b. Penyerahan sukarela
c. Diterlantarkan
d. Pemilik tidak lagi WNI atau
dwikewarganegaraan
2. Tanahnya musnah.

20
Hak Guna Usaha (HGU)
• HGU adalah hak untuk mengusahakan
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
(tanah negara), dalam jangka waktu
tertentu guna perusahaan pertanian,
perikanan atau peternakan (Ps 28).
• Jangka Waktu HGU:
a. Untuk perorangan paling lama 25 th
b. Untuk perusahaan paling lama 35 th, dapat
diperpanjang paling lama 25 th, bahkan dapat
diperbarui (PP 40/1996)
21
Subyek HGU
a. Warga Negara Indonesia (WNI)
b. Badan Hukum Indonesia (BHI):
didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia (BH
Perdata)

22
Terjadinya HGU
• HGU diberikan berdasarkan penetapan Pemerintah:
• HGU baru terjadi setelah didaftarkan pada Kantor
Pertanahan setempat: SK pemberian hak HGU
didaftarkan oleh pemegang hak ke Kantor
Pertanahan untuk dikeluarkan Sertipikat HGU, dgn
memenuhi kewajiban ke negara:
a. Biaya administrasi
b. Uang pemasukan ke negara: sekarang PNBP di BPN
c. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
sbg pajak daerah

23
Hapusnya HGU
a. Jangka waktunya berakhir
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya
berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi
c. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum
jangka waktunya berakhir
d. Dicabut untuk kepentingan umum:
berdasarkan UU 20/1961
e. Diterlantarkan: PP 11/2010
f. Tanahnya musnah;
g. Pemegang HGU beralih jadi WNA atau BHA
24
Hak Guna Bangunan (HGB)
• HGB adalah hak untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri
• Jangka waktu paling lama 30 th dapat
diperpanjang paling lama 20 th, juga dapat
diperbarui (PP 40/1996)
• HGB bisa berada di atas tanah negara atau di
atas tanah hak milik orang lain
• Tanah Negara adalah tanah yang dikuasasi
langsung oleh negara atau tanah yang tidak ada
hak individual di atasnya
25
Dua Jenis HGB

HGB di atas
Hak Primer
Tanah Negara
Hak Guna
Bangunan HGB di atas
Tanah Hak Hak Sekunder
Milik

26
Subyek HGB
a.Warga negara Indonesia (WNI)
b.Badan Hukum Indonesia (BHI): BH
Perdata.

27
Terjadinya HGB
a. HGB di atas tanah negara: diberikan
berdasarkan penetapan Pemerintah (SK
Pemberian HGB), dan terjadi setelah
didaftarkan ke BPN (Sertpikat HGB) dgn
melunasi: PNBP di BPN dan BPHTB.
b. HGB di atas tanah milik: diberikan dan
terjadi berdasarkan perjanjian dgn pemilik
tanah (Akta PPAT), dan mengikat pihak ke-
3 setelah didaftarkan ke BPN (Sertipikat).
28
Terjadinya HGB

Penetapan
Atas Tanah
Pemerinta
Negara
HGB h
Atas Tanah Perjanjian
HM dgn Pemilik

29
Hapusnya HGB
a. Jangka waktunya berakhir
b. Dihentikan sebelum jangka waktunya
berakhir karena sesuatu syarat tidak
dipenuhi
c. Dilepaskan oleh pemegang haknya
sebelum jangka waktunya berakhir
d. Dicabut untuk kepentingan umum
e. Diterlantarkan
f. Tanahnya musnah
g. Pemegang HGB menjadi WNA atau BHA.
30
Hak Pakai
• Hak pakai adalah hak untuk menggunakan
dan/atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik
orang lain, yang memberi wewenang dan
kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan
pemilik tanahnya (Ps 40).
• Jangka waktu Hak Pakai:
a. Selama jangka waktu yang tertentu: 25 tahun
b. Selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan
yang tertentu.
31
Jenis Hak Pakai
1. Berdasarkan Terjadinya:
a. HP di atas tanah negara: terjadi berdasarkan
penetapan pemerintah (SK Pemberian HP).
b. HP di atas tanah HM: terjadi berdasarkan
perjanjian dgn pemilik (Akta PPAT).
2. Berdasarkan Jangka Waktunya:
a. HP jangka waktu tertentu: mak 25 th dapat
diperpanjang 20 th (PP 40/1996): HP bersifat
komersial, bisa di atas tanah negara atau HM.
b. HP selama digunakan: tanpa jangka waktu selama
digunakan: HP non kemersial dipegang oleh
pemerintah. Hanya di atas tanah negara 32
Jenis Hak Pakai

HP atas SK
tanah negara Pemberian
Terjadinya
HP atas
Perjanjian
tanah HM
Hak Pakai
HP waktu
25 th20 th
tertentu
Jangka
Waktu
HP selama
Relatif
digunakan

33
Subyek Hak Pakai
a. Warga negara Indonesia (WNI)
b. Orang asing yang berkedudukan di
Indonesia
c. Badan hukum Indonesia (BHI)
d. Badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia

34
Terjadi dan Hapusnya HP
• Terjadi dan hapusnya HP sama
dengan terjadi dan hapusnya hak
guna bangunan (HGB)
sebagaimana dikemukakan di
atas

35
Hak Sewa (Utk Bangunan)
• Hak sewa untuk bangunan adalah: hak
mempergunakan tanah-milik orang lain untuk
keperluan bangunan, dengan membayar kepada
pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
• Subyek Hak Sewa:
1. Warga-negara Indonesia;
2. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3. Badan hukum Indonesia;
4. Badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia.

36
Ketentuan Hak Sewa
• Hak Sewa hanya berlaku utk tanah hak milik.
• Hak sewa hanya disediakan untuk bangunan
(tidak boleh untuk pertanian): mengingat Psl
10 ayat (1) UUPA.
• Hak sewa tanah pertanian hanya mempunyai
sifat sementara.
• Karena itu yang berhak menyewakan tanah
hanya pemilik tanah. Negara tidak dapat
menyewakan tanah, karena Negara bukan
pemilik tanah.
37
Hak atas Tanah menurut Bidang Usaha
• Bidang perkebunan:
1. Hak guna usaha
2. Hak pakai
3. Hak milik
4. Hak sewa secara hukum tidak boleh
• Bidang perumahan:
1. Hak guna bangunan
2. Hak milik
3. Hak pakai
• Bidang pengelolaan sumberdaya alam
(pertambangan, kehutanan dll): sesuai ketentuan
masing-masing bidang
• Bidang jasa lain: Pariwisata
1. Hak guna bangunan
2. Hak pakai
3. Sewa

38
Tanah Bagi Pemerintah sbg BH Publik
o Hak Pakai (selama digunakan), memanfaatkan tanah utk
kepentingan tugas pemerintahan: tidak ada batas waktu
tertentu yaitu hak pakai non komersial (res exra
commercium). Berbeda dgn hak pakai (dgn waktu tertentu)
yg bersifat komersial, waktunya mak 25 th (PP 40/1996).
o Hak Pengelolaan (HPL): adalah bagian dari hak menguasai
negara yang pelaksanaannya diserahkan kepada pemegang
haknya. Isinya: termasuk merencanakan peruntukan, dan
menyerahkan bagian-bagiannya kepada pihak ketiga dgn
hak atas tanah tertentu
Karena tanah ini sudah diperuntukkan kpd pemerintah maka
disebut sebagai Government Land (tanah pemerintah)
bukan lagi State Land (tanah negara)
39
Tanah sebagai Aset Publik
• Tanah yang digunakan sendiri oleh
pemerintah: privaat domein van overheid:
dicatat sebagai barang milik negara/daerah:
didaftarkan sebagai Hak Pakai dan HPL
• Tanah yang disediakan pemerintah untuk
dipakai umum: public domein: tidak tercapat
sebagai barang milik negara karena memang
diserahkan kepada publik, bukan untuk dipakai
negara (saja): spt jalan umum.
Perlunya Reforma Agraria
• Dalam perkembangannya berdasarkan hak atas tanah yg
ada terjadi ketimpangan dalam pemilikan dan
penguasaan tanah oleh warga negara dan badan hukum.
• Sedikit orang memiliki tanah yang sangat luas sehingga
banyak orang yang tidak kebagian tanah.
• Terjadi kemiskinan atau pemiskinan di atas tanah
• Untuk itu diperlukan reformasi pemilikan dan
penguasaan tanah untuk mewujudkan keadilan (reforma
agraria).
• Reforma Agraria juga diatur dalam Hukum Agraria, dan
DPRD dapat menggunakannya dlm fungsi pengawasan,
bahkan fungsi legislasi.
41
Reforma Agraria
• Reforma agraria merupakan reformasi atau perombakan
pemilikan dan penguasaan tanah termasuk sumberdaya alam
untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan di bidang
agraria.
• Cita-cita Reforma Agraria adalah setiap petani memiliki tanah
pertanian (land to the tiller) sehingga mereka tidak menjadi
buruh tani.
• Dengan demikian petani diharapkan menjadi produsen produk
pertanian utamanya pangan sehingga kesejahteraan petani
meningkat.
• Outcame dari reforma agraria adalah kemandirian bangsa dan
ketahanan pangan.
• Sebagai negara agraris Indonesia harus menjadi negara mandiri
pangan, menjadi eksportir, dan bukan menjadi importir pangan.
42
Program Reforma Agraria
1. Asset reform atau reformasi aset:
- Redistribusi tanah secara adil kepada setiap petani: lihat kembali
Prinsip land reform dalam Hukum Agraria di atas.
- Mengatasi ketimpangan pemilikan dan penguasaan tanah.
- Legalisasi aset, memberikan kepastian hukum atas pemilikan tanah
oleh petani dengan memberikan sertipikat tanah.
2. Access reform atau pemberdayaan masyarakat atau petani dan
aktivitas pertanian:
- Pembangunan infrastruktur pertanian seperti waduk, irigasi, jalan,
gudang, pabrik pengolahan hasil pertanian dsb.
- Penyediaan pendampingan dan kemudahan kepada petani dalam
mengolah tanah.
- Penyediaan subsidi di bidang pertanian spt bibit, pupuk, alat pertanian
dsb.
- Jaminan kepastian harga produk pertanian yang layak.
43
Komponen Reforma Agraria
a. Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA):
- Reforma agraria membutuhkan tersedianya tanah untuk diredistribusikan
kepada rakyat.
- Secara hukum status TORA adalah tanah negara.
- Jadi negara harus membebaskan tanah tersebut dari hak-hak orang lain
terlebih dahulu, termasuk dari penguasaan instansi pemerintah.
- Lalu tanah tersebut ditetapkan sebagai TORA.
b. Subyek Reforma Agraria:
- Siapa penerima TORA
- Siapa pula sebagai pelaksananya
c. Program Khusus sbg access reform: mempengaruhi profil obyek
dan subyek
- Transmigrasi termasuk translok.
- Resettlement.
- Penataan kampung, permukiman, kawasan tertentu, dsb.
44
Obyek Reforma Agraria
• Secara umum, obyek reforma agraria haruslah tanah yang
terlepas dari hak-hak atas tanah agar redistribusinya tidak
menimbulkan sengketa dengan orang lain yang berkepentingan.
• Dalam Hukum Agraria tanah yang tidak dibebani hak atas tanah
itu dikenal dengan tanah yang dikuasai langsung oleh negara,
disingkat dengan sebutan “tanah negara”. Jadi, obyek reforma
agraria adalah tanah negara.
• Karena itu hal yang penting menjadi perhatian terkait penetuan
obyek reforma agraria adalah:
1. Apa itu tanah negara, dan bagaimana cara terjadinya tanah negara.
2. Siapa yang menguasai tanah negara tersebut.

45
Asal Tanah Negara Obyek RA
a. Tanah kelebihan dari batas maksimum
b. Tanah absentee
c. Tanah bekas swapraja
d. Tanah bekas hak barat yang belum diperuntukkan bagi instansi
pemerintah tertentu.
e. Tanah bekas Hak yang sudah habis masa berlakunya atau terkena
penertiban tanah terlantar, seperti HGU, HGB, Hak Pakai.
f. Tanah ulayat atau tanah masyarakat yg sudah dilepaskan haknya
oleh masyarakat hukum adat.
g. Tanah negara lainnya seperti tanah kehutanan menurut
fungsinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, tanah timbul,
reklamasi pantai, reklamasi bekas tambang dll.

46
Menurut Keputusan Kepala BPN 25/2002
a. Tanah Negara bebas
b. Tanah bekas erfpacht (HGU)
c. Tanah bekas HGU yang telah berakhir jangka waktunya dan
tidak diperpanjang oleh pemegang hak atau telah
dicabut/dibatalkan oleh pemerintah
d. Tanah kehutanan yang telah digarap/dikerjakan oleh rakyat
dan telah dilepaskan haknya oleh instansi yang bersangkutan,
e. Tanah bekas gogolan
f. Tanah bekas hak adat/ulayat.
g. Tanah timbul

47
Penguasa Tanah Negara
1. Tanah Negara (state land) yang belum diserahkan
penggunaannya kepada instansi pemerintah tertentu (tanah
negara bebas) dikuasai oleh Menteri Dalam Negeri (PP 8/1953)
—sejak dibentuk BPN 1988 penguasaannya di tangan BPN:
– Tanah negara inilah yang dapat dijadikan obyek reforma agraria.
2. Tanah Negara yang telah diperuntukkan kepada instansi
pemerintah tertentu sehingga tercatat sebagai barang milik
negara di bawah pengelolaan instansi pemerintah (government
land):
– Karena dibutuhkan oleh pemerintah maka tanah ini tentu tidak serta
merta bisa dijadikan obyek reforma agraria.
– Jika ada tanah negara ini yang tidak dimanfaatkan lagi oleh instansi
ybs maka haknya (HP atau HPL) hapus maka tanah ini menjadi state
land dan dapat dijadikan obyek RA.

48
Tahap Penentuan Tanah Obyek RA
1. Tahap penentuan suatu bidang tanah sebagai
tanah negara: memerlukan pengadaan tanah
untuk penyediaan tanah negara sebagai TORA.
2. Tahap penunjukan bidang tanah negara
tertentu sebagai obyek RA: penunjukkan ini
sejalan dengan adanya Program Khusus oleh
instansi pemerintah tertentu yang
memerlukan TORA.

49
Subyek Penerima TORA
• Subyek penerima TORA adalah orang yang tidak
memiliki tanah untuk tempat tinggal dan untuk
berusaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
• Berdasarkan profesinya, orang dimaksud dapat
dikelompok:
- Petani
- Bukan petani
• Berdasarkan tempat tinggalnya, orang dimaksud dapat
pula dikelompokkan:
- Warga setempat
- Orang luar

50
Penerima RA
(Menurut PP No 224 Tahun 1961)
1. Penggarap yang mengerjakan tanah ybs
2. Buruh tani tetap pada bekas pemilik yang mengerjakan tanah
ybs
3. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah ybs
4. Penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah ybs
5. Penggarap yg mengerjakan tanah hak milik
6. Penggarap tanah yang oleh pemerintah diberi peruntukan lain
7. Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 hektar
8. Pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 hektar
9. Petani atau buruh tani lainnya

51
Subyek Penyelenggara RA
• Subyek Penyelenggara Program Khusus dalam RA:
- Setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah bisa menjadi
penyelenggara RA melalui Program Khusus.
- Program khusus ini tergantung pada kebutuhan wilayah masing-
masing, spt transmigrasi, penataan permukiman, penataan sentra
pertanian, pemberdayaan petani komoditas tertentu, dll.
- Didukung oleh lembaga keuangan.
• Subyek Penyelenggara administrasi pertanahannya:
- BPN sebagai lembaga pertanahan yang berwenang.
- Instansi pemerintah yang mengelola TORA yang ditunjuk.
- Bahkan lembaga adat setempat jika TORA berasal dari tanah ulayat.

52
Reformasi Agraria Janji Pemerintah
• Pemerintah telah berjanji akan melaksanakan RA sebagai salah satu
cita-cita luhur.
• Janji tersebut terdapat dalam Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang
RPJMN Tahun 2015-2019.
• Telah ditetapkan 9 juta Ha tanah menjadi obyek reforma agraria,
4,1 juta Ha di antaranya merupakan kawasan hutan.
• Sampai saat ini janji tersebut belum menunjukkan realisasi yang
mengembirakan.
• Perlu kebijakan di daerah sesuai dengan kondisi masing-masing
untuk membentuk Program Khusus yang bertujuan untuk
mewujudkan RA.
• Semoga terwujud.

53
Terima Kasih

54

Anda mungkin juga menyukai