Anda di halaman 1dari 39

CEDERA KEPALA

Pembimbing:
dr. Husdal, Sp.BS

Penyusun:
Amelia Sunjaya - 406171012

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


PERIODE 8 JANUARI 2018 – 17 MARET 2018
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
ANATOMI
 Kulit kepala terdiri dari 5  Tulang tengkorak terdiri dari:
lapisan : 1. Kubah (calvaria)
1. Skin 2. Basis cranii
2. Connective tissue  Rongga tengkorak dasar
3. Aponeurosis dibagi atas 3 fossa :
4. Loose areolar tissue 1. Fossa anterior : tempat
5. Perikarnium lobus frontalis
2. Fossa media : tempat lobus
temporalis
3. Fossa posterior : ruang
bagian bawah batang otak
dan cerebellum
ANATOMI MENINGEN
Otak dan spinal cord dilapisi oleh 3 lapis membran (meninges)
yaitu:
 Duramater
 Arachnoid
 Pia mater
ANATOMI
ANATOMI OTAK
 Otak terdiri dari :  Batang otak terdiri dari :
1. Cerebrum 1. Mesensefalon (midbrain)
2. Cerebellum 2. Pons
3. Batang otak 3. Medulla oblongata
 Cerebrum terdiri dari :
1. Lobus frontal  Mesensefalon dan pons
2. Lobus parietal bagian atas berisi sistem
3. Lobus temporal aktivasi retikular 
kesadaran dan
4. Lobus oksipital kewaspadaan
 Cerebellum
ANATOMI OTAK
ANATOMI TENTORIUM
DOKTRIN MONRO KELLIE
DEFINISI CEDERA KEPALA
 Trauma mekanik yang mengenai calvaria dan atau basis cranii
serta organ-organ di dalamnya baik secara langsung ataupun
tidak langsung, dimana kerusakan tersebut bersifat non-
degeneratif/non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya
mekanik dari luar sehingga timbul gangguan fisik, kognitif
maupun psikososial serta berhubungan dengan atau tanpa
penurunan tingkat kesadaran, baik permanen ataupun
temporer.
MEKANISME CEDERA KEPALA
 Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam 2
tahap :
1. Cedera primer
 Sebagai akibat langsung dari suatu trauma, dapat
disebabkan oleh benturan langsung kepala dengan suatu
benda keras maupun oleh proses akselerasi – deselerasi
gerakan kepala.
 Mencakup fraktur tulang, cedera fokal dan cedera otak
difusa.
MEKANISME CEDERA KEPALA
 Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan
kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio.
 Lesi kontusio di bawah area benturan disebut kontusio “coup”,
diseberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi sehingga tidak
terdapat lesi. Jika terdapat lesi, maka lesi tersebut dinamakan lesi
kontusio “countercoup”.
 Kepala tidak selalu mengalami akselerasi linier, bahkan akselerasi yang
sering dialami oleh kepala akibat trauma kapitis adalah akselerasi
rotatorik. Akibat akselerasi linier dan rotatorik terdapat lesi kontusio
coup, countercoup, dan intermediate. Yang disebut lesi kontusio
intermediate adalah lesi yang berada di antara lesi kontusio coup dan
countercoup.
MEKANISME CEDERA KEPALA
 Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan
berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma.
 Perbedaan densitas antara tulang kepala (substansi solid)
dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak
bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya.
 Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak
membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat
yang berlawanan dengan benturan (countercoup).
MEKANISME CEDERA KEPALA
MEKANISME CEDERA KEPALA
2. Cedera kepala sekunder
 Merupakan proses lanjutan dari cedera kepala primer.
 Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan sirkulasi otak
untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia,
menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam
otak.
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
FRAKTUR LINIER
FRAKTUR TERBUKA dan FRAKTUR
DEPRESI
FRAKTUR TERBUKA
 Adanya hubungan antara fraktur dengan lingkungan eksternal
 Dapat terjadi ketika fraktur disertai dengan laserasi kulit kepala.

FRAKTUR DEPRESI
 Fraktur disertai fragmen patahan tulang terdorong ke dalam.
FRAKTUR BASIS CRANII
Tanda – tanda fraktur basis cranii antara lain :
 Ekimosis periorbital (raccoon eye sign)
 Ekimosis retroauikular (Battle’s sign)
 Kebocoran LCS (Rhinorrhea, otorrhea)
 Gangguan N. VII danVIII (paralisis otot wajah dan gangguan pendengaran)
EPIDURAL HEMATOM
 Merupakan perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara
duramater dan tulang tengkorak.
 Paling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan
sering akibat robeknya pembuluh meningeal media.
 Pada perdarahan epidural sering terdapat “lucid interval”
sebelum tanda peningkatan tekanan intrakranial terjadi
 Ciri khas hematoma epidural berbentuk bikonveks atau
cembung
SUBDURAL HEMATOM
 Merupakan perdarahan yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid
akibat ruptur bridging vein (vena jembatan).
 Jenis :
1. Akut  saat injury sampai dengan 3 hari
2. Subakut  3 hari sampai 3 minggu
3. Kronik  3 minggu
 Gambaran klinis: sakit kepala dan kesadaran menurun.
 CT scan : gambaran hiperdens berbentuk bulan sabit
SUBARACHNOID HEMATOM
 Terjadi di dalam ruang subarachnoid (yang memisahkan
antara arachnoid dan piamater).
 Gejala : kaku kuduk (+), nyeri kepala, gangguan kesadaran.
 CT scan : hiperdens di ruang subarakhnoid.
INTRACEREBRAL HEMATOM
 Merupakan perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim) otak.
 Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan otak
yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam
jaringan otak tersebut.
 Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis.
 Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung pada
lokasi dan luas perdarahan.
CEDERA OTAK DIFUS
 Cedera otak difus berkisar dari mulai konkusio ringan sampai cedera
iskemik hipoksik berat.
 Pada konkusio, penderita mengalami gangguan neurologis non fokal sesaat
yang sering ditandai dengan hilangnya kesadaran.
 Cedera difus berat sering diakibatkan oleh gangguan hipoksik dan iskemik
otak karena syok atau apneu lama segera setelah terjadinya trauma.
 Pada keadaan ini, gambaran CT scan pada awalnya tampak normal atau otak
tampak bengkak yang difus, dengan hilangnya gambaran substansia alba dan
nigra yang normal.
 Cedera axonal difus : koma yang berkepanjangan oleh karena cedera kepala
yang tidak berhubungan dengan lesi massa intrakranial atau iskemia dan
kehilangan kesadaran mulai saat trauma sampai dengan 6 jam setelah
trauma.
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Foto polos kepala
 CT scan
 MRI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Idealnya semua penderita dengan cedera kepala diperiksa dengan
CT scan, terutama bila dijumpai adanya kehilangan kesadaran
yang cukup bermakna, amnesia atau sakit kepala hebat.
CT scan harus dilakukan pada semua pasien dengan :
 Skor GCS < 15 setelah 2 jam pasca trauma
 Adanya kecurigaan fraktur tulang terbuka
 Tanda klinis fraktur basis cranii,
 Muntah >2 kali
 Usia > 65 tahun
CT scan dipertimbangkan pada :
 Pasien dengan kehilangan kesadaran >5 menit
 Amnesia retrograde >30 menit
 Mekanisme cedera yang hebat
TATALAKSANA CEDERA KEPALA
PRIMARY SURVEY
Airway dan Breathing
 Lakukan intubasi endotrakeal sedini mungkin pada pasien
koma.
 Pasien harus diberikan ventilasi dengan oksigen 100% sampai
diperoleh hasil pengukuran gas darah, untuk kemudian
dilakukan penyesuaian terhadap fraksi oksigen inspirasi
(FIO2).
 Dipasang pulse oxymetri dan diharapkan saturasi oksigen >
98%.
Circulation
 Keadaan euvolemia harus dicapai sesegera mungkin jika
pasien mengalami hipotensi, menggunakan produk darah atau
cairan isotonis.
 Pemeriksaan neurologis dilakukan jika keadaan pasien tidak
dalam keadaan hipotensi.
 Pasien hipotensi yang tidak berespons terhadap semua
rangsangan bisa membaik keadaannya segera setelah tekanan
darahnya kembali diperbaiki.
SECONDARY SURVEY
 Pemeriksaan neurologis ( skor GCS, lateralisasi, reaksi
pupil) menilai adanya perburukan neurologis

 Tanda herniasi lobus temporal yang khas : dilatasi pupil dan


hilangnya refleks cahaya pupil
Adapted with permission from Valadka AB, Narayan RK : Emergency room management of the head injured’3
patient. In : Narayan RK, Wilberger JE, Povlishock JT, (eds): Neurotrauma. Newyork, NY: McGraw-Hill. 1996
Pasien Cedera Kepala
Keluhan (-) Kelainan neurologis (-)

Diobservasi dalam beberapa jam


Normal

Boleh pulang dengan diawasi selama 24 jam berikutnya


Os sakit kepala
Penurunan kesadaran SEGERA DIBAWA KEMBALI KE UGD
Defisit neurologis fokal
Pasien perlu di Rawat
Pasien perlu dirawat apabila ada
hal-hal berikut:
 - Ada gangguan orientasi Indikasi rawat inap CKR:
(waktu, tempat) Nilai GCS <15
Orientasi (waktu dan tempat) terganggu,
 - Sakit kepala dan muntah adanya amnesia
Gejala sakit kepala, muntah, dan vertigo
 - Tidak ada yang mengawasi Fraktur tulang kepala
dirumah Tidak ada yang bisa mengawasi dengan baik
di rumah
TATALAKSANA CEDERA KEPALA SEDANG
SKOR GCS 9-12
Tatalaksana Cedera Kepala Berat
Skor GCS (3-8)
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
 Cairan intravena
 Hiperventilasi
 Manitol
 Cairan salin hipertonis
 Barbiturat
 Antikonvulsan
KESIMPULAN
 Cedera kepala adalah trauma mekanik yang mengenai calvaria dan
atau basis cranii serta organ-organ di dalamnya baik secara
langsung ataupun tidak langsung, dimana kerusakan tersebut
bersifat non-degeneratif/non-kongenital, yang disebabkan oleh
gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan fisik, kognitif
maupun psikososial serta berhubungan dengan atau tanpa
penurunan tingkat kesadaran, baik permanen ataupun temporer
 Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan
lokasinya. Derajat cedera dapat dinilai menurut tingkat
kesadarannya melalui GCS, yakni menilai eye,verbal dan
movement.
 Tatalaksana dapat diberikan berdasarkan GCS.
DAFTAR PUSTAKA
 PERDOSSI, 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma
Kapitis dan Trauma Spinal. PERDOSSI. Jakarta.
 IT Maria.Konsensus Nasional. Penanganan Trauma Kapitis
dan Trauma Spinal.Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDO).Jakarta,2011.hal 2-3.
 https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/66/ss/ss6609a1.ht
m?s_cid=ss6609a1_e
 http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Ha
sil%20Riskesdas%202013.pdf
 American Collage of Surgeons, Advance Trauma Life Suport
For Doctors, 7th Edition. United States of America, 2004.

Anda mungkin juga menyukai