Anda di halaman 1dari 53

PRESENTASI KASUS

DEMAM TIFOID DAN


INFEKSI SALURAN KEMIH
Pembimbing ;
Dr. Shelvi Herwati, Sp. A
Disusun oleh :
Gabby Rachedia
IDENTITAS PASIEN

 Nama Pasien : An. IS

 Jenis kelamin : Perempuan

 Umur : 12 tahun 8 bulan 8 hari

 Agama : Islam

 Suku bangsa : Jawa

 Tempat / tanggal lahir : Serang, 09 Juli 2003

 Alamat : Kebonbaru, Lebakwangi RT10


RW 05, Kel. Kebonratu, Kec.
Lebakwangi, Serang - Banten
ANAMNESIS
Dilakukan secara Auto & Alloanamnesis dengan Tn. K dan Ny.R
(Orang Tua)

 Lokasi : R. Flamboyan 3, kamar 3 bed 3

 Tanggal / Waktu Periksa : 17 Maret 2016 / Jam 22.00

 Tanggal Masuk : 17 Maret 2016

KELUHAN UTAMA : Demam sejak 9 hari SMRS

KELUHAN TAMBAHAN : Perut kiri bawah sakit, BAK tidak lancar,


BAB cair, Muntah
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Anak datang ke IGD RSUD dr.Drajat Prawiranegara diantar


oleh keluarga dengan keluhan utama demam sejak 9 hari SMRS.
Demam dirasakan perlahan dan terus menerus sepanjang hari
dan meningkat saat malam hari, tetapi ibu pasien tidak tahu pasti
berapa suhunya karena tidak diukur. Ibu pasien juga mengatakan
demamnya sempat hilang 1 hari, namun kemudian demam lagi 5
hari SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri pada perut kiri bawah pada
3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan BAK nya tidak lancar,
tetapi tidak ada nyeri saat BAK. BAK berwarna kuning jernih, tidak
ada darah yang keluar. Pasien lalu mengeluhkan BAB cair sejak 5
hari SMRS, BAB cair 1-2x setiap harinya. BAB cair berwarna kuning
berampas, tidak terdapat adanya lendir maupun darah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Anak juga muntah setiap kali makan, sehingga nafsu makan


menurun. Keluhan batuk tidak ada. Pilek tidak ada. Tidak ada
keluhan keluar cairan dari telinga. Perdarahan pada gusi,
maupun mimisan ataupun BAB hitam seperti oli disangkal. Tidak
ada keluhan kejang. Orangtua mengatakan anak senang jajan
dipinggir jalan dekat rumah dan sehabis pulang sekolah selalu
membawa jajanan yang dibeli dipinggir jalan. Ibu pasien
menyangkal anak sehabis berpergian keluar kota. Orang tua
pasien sempat membawa pasien berobat ke puskesmas lalu
diberikan obat penurun panas dan antibiotic (orang tua lupa
nama obatnya). Namun, kondisi anak tidak ada perubahan,
dan mengeluh perutnya sakit.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat kebiasaan dan lingkungan

Anak senang jajan dipinggir jalan dekat rumah dan sehabis


pulang sekolah selalu membawa jajanan yang dibeli
dipinggir jalan

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami hal


seperti ini sebelumnya.
Riwayat Kelahiran

Lahir di Puskesmas, ditolong oleh Bidan, secara spontan,


langsung menangis, BBL 3200gr

Riwayat Tumbuh kembang

Baik, sesuai dengan usianya

Riwayat Imunisasi

Riwayat imunisasi dasar pasien tidak lengkap


Riwayat Makanan

Kualitas dan kuantitas makanan pada pasien cukup

Riwayat Pernikahan Orang Tua

Ayah dan Ibu pasien menikah 1x, Pasien merupakan anak


keempat dari 4 bersaudara, berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Kakak pasien berusia 18tahun, 16 tahun, 14
tahun. Tidak ada yang lahir mati dan abortus

Riwayat Perumahan dan Sanitasi

Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien cukup


PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 17 Maret 2016, pukul 22.00 wib,


sesaat setelah pasien datang dari IGD ke ruang perawatan
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan= 30 kg, Tinggi Badan= 141 cm
Berdasarkan Z Score
BB/TB2 = 30/1,412 = 30/1,98 = 15,15
<-2 sd < 1
Status gizi pasien berdasarkan Z Score : Gizi Baik

Tek. Darah : 100/70 mmHg


Nadi : 100 x/menit, reguler
Suhu : 38,5°C
RR : 30 x/menit, teratur
Kepala: Normosefali, ubun Uvula : Letak di tengah
ubun sudah menutup, Tonsil : T1/T1, tidak
rambut warna hitam, tidak hiperemis, detritus (-), kripta (-)
mudah dicabut Tenggorokan : Faring tidak
Mata : Pupil bulat isokor, hiperemis
RCL +/+, RCTL+/+, Leher : Pemb. KGB (-), Pemb.
konjungtiva pucat -/-, sklera kel. Tiroid (-), trakea letak
ikterik -/-, mata cekung -/- normal
Hidung : Bentuk normal, Paru
septum deviasi (-), PCH -/-, Inspeksi : Bentuk dada
sekret -/- normal, simetris, irama teratur
Telinga : Membran timpani saaf statis dan dinamis, retraksi
intak, sekret -/-, serumen sela iga(-)
sedikit +/+ Palpasi : Gerak napas simetris,
Mulut : Bibir merah muda, vocal fremitus simetris
tidak kering, sianosis (-) Perkusi : Sonor pd lapang paru
Lidah : Normoglossia, Auskultasi : vesikuler +/+,
basah, coated tounge +, rhonki -/- ,wheezing -/-
tremor (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak
tampak Perkusi : Timpani di
Palpasi : Ictus cordis semua kuadran abdomen,
teraba, thrill ascites (-).
Perkusi : Redup
Auskultasi : BJ I normal-BJ II Genitalia : Rambut pubis (-)
normal, reguler, murmur (-), Anus : Prolaps ani (-)
gallop(-) Ekstremitas : Akral hangat,
Abdomen spastisitas (-), parese (-),
Inspeksi : Bentuk datar paralisis (-), edema (-), CRT <
Auskultasi : Bising usus 2 detik
(+) 14x normal (N: 5 - 30x) Kulit : Sawo
Palpasi : Hepar dan lien matang, ikterik (-), turgor
tidak teraba, Nyeri tekan pada normal, kelembaban normal
regio epigastrium(+), nyeri
tekan regio inguinal sistra (+)
PEMERIKSAAN LABORATURIUM
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS KLINIS Infeksi saluran kemih
Demam tifoid

Non Medikamentosa
Perawatan tirah baring (bed rest), Konsumsi makanan yang
lunak, Kompres air hangat bila perlu apabila demam
Medikamentosa
IVFD D51/2NS 10 tpm /makro
Ceftriaxon 2 x 1gr
(Drip dalam NaCl 0,9% 100cc) – skin test
Ranitidin 2 x 30mg IV
Paracetamol 3 x III cth -> bila kejang
Paracetamol pulv 3 x 300mg
PEMERIKSAAN ANJURAN
Tubex TF, Pemeriksaan urin rutin

PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
PEMBAHASAN KASUS
1. Mengapa diambil diagnosis klinis demam tifoid?

Diagnosis demam tifoid didasarkan atas anamnesis,


pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini
diagnosa klinis demam tifoid, ditegakan berdasarkan :

Anamnesis
Pada teori :
Demam +- 1 minggu atau lebih
Terdapat gangguan saluran pencernaan
Gangguan kesadaran
Pada kasus :
Anak demam sejak 9 hari SMRS. Demam dirasakan perlahan
dan terus menerus sepanjang hari dan meningkat saat malam
hari. Nyeri pada perut kiri bawah, BAB cair (+) 1-2x setiap
harinya. BAB cair berwarna kuning berampas, tidak terdapat
adanya lendir maupun darah. Anak juga muntah setiap kali
makan, sehingga nafsu makan menurun.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan anak demam kenaikan


suhu tubuh 38,5c. Pada pemeriksaan status generalis
ditemukan coated tounge. Pada pemeriksaan abdomen,
ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrium(+), nyeri tekan
regio inguinal sistra (+)
2. Mengapa diambil diagnosis banding Infeksi Saluran Kemih / ISK?
Penegakan diagnosis banding ISK berdasarkan teori :
Demam jarang melebihi 38°C, biasanya ditandai dengan nyeri pada
perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa frequensi, nyeri
waktu berkemih, rasa diskomfort suprapubik, urgensi, kesulitan
berkemih, retensio urin, dan enuresis.

Pada kasus :
Pasien mengeluhan demam sejak 9 hari SMRS. Pasien mengeluhkan
nyeri pada perut kiri bawah pada 3 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan BAK nya tidak lancar, tetapi tidak ada nyeri saat BAK.
BAK berwarna kuning jernih, tidak ada darah yang keluar..
3. Mengapa direncakanakan untuk pemeriksaan anjuran Tubex
TF dan Periksa Urine Rutin, sedangkan pemeriksaan gold standart
dari tifoid adalah kultur darah?
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis pasti dan menyingkirkan diagnosis
banding
Pada teori, cara menegakan diagnosis demam tifoid :
1. Pemeriksaan darah tepi
2. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman
3. Uji serologi
- Uji Widal
- Uji tubex
4. Uji typhidot
5. Pemeriksaan kuman secara molekuler
Pada teori :
Diagnosis pasti ditegakkan melalui isolasi S.typhi dari darah. Biasanya
dilakukan pada dua minggu pertama sakit. Biakan yang dilakukan
pada urin dan feses kemungkinannya keberhasilannnya kecil. Biakan
melalui sumsum tulang mempunyai sensitifitas yang lebih tinggi. Akan
tetapi, prosedur ini sangat invasif, sehingga tidak dipakai dalam
praktek sehari – hari.

Pada teori, cara menegakan diagnosis ISK :


Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase,
protein, dan darah, uji nitrit, protein dan darah.
4. Mengapa diagnosis demam tifoid lalu disingkirkan pada
follow up hari Sabtu dan menjadi susp. ISK?

Pada teori :
Interpretasi Skor Pemeriksaan Tubex (Sudoyo A.W, 2010) :
skor interpretasi
Pada kasus :
Didapatkan hasil pemeriksaan Tubex TF
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Penyakit sistemik yang akut yang mempunyai


karakteritik demam yang berlangsung lama, sakit
kepala dan ketidakenakan abdomen
berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga
disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa
dan erupsi kulit
EPIDEMIOLOGI DEMAM TIFOID
Penyakit masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah
Penyakit menular yang tercantum dalam Undang-
undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah

Dijumpai di seluruh dunia, secara luas di daerah


tropis & subtropis terutama di daerah dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai

World Health Organization (WHO) th 2003 terdapat


17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia
dengan jumlah kematian mencapai 600.000
kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%).
ETIOLOGI

S. typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan


S. paratyphi C (S. Hirschfeldii)
ANTIGEN SALMONELA

Antigen O (Antigen somatik),


lapisan luar

Antigen H (Antigen flagela),


terletak pada flagela,
fimbriae atau pili

Antigen Vi yang terletak


pada kapsul (envelope)
PATOGENESIS DEMAM TIFOID

1) Penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch,

2) Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam


makrofag Peyer Patch, nodus limfatikus mesenterica,
dan organ- organ extra intestinal sistem
retikuloendotelial

3) Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah

4) Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP


di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas
membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya
elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal
MANIFESTASI KLINIS

Masa Inkubasi rata-rata bervariasi antara 7-14 hari

1. Demam

demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten


dan suhu tidak berapa tinggi.

Minggu I : suhu tubuh berangsur-angsur meningkat


setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi

Minggu II : penderita terus berada dalam keadaan


demam.

Minggu III : suhu tubuh berangsur-angsur turun dan


normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2) Gangguan pada saluran pencernaan

• Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan


tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
• Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus).
• Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
• Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula
normal bahkan dapat terjadi diare.

3) Gangguan kesadaran
• Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak
berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.
• Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah
PEMERIKSAAN FISIK DEMAM TIFOID

 Bradikardia relatif (jarang pada anak usia yang lebih muda,


dapat ditemukan pada remaja)

 Hepatomegali, splenomegali, distensi abdomen yang disertai


rasa sakit. Biasanya anak tidak dapat melokalisasi rasa sakit,
memberik kesan rasa tidak enak/sakit yang difus

 Rose spot ditemukan pada 50% kasus, dicari didaerah dada


bawah dan abdomen bagian atas

 Bila ditemukan tanda pneumonia seperti sesak napas dan


crackles biasanya terjadi sesudah minggu kedua dan
merupakan superinfeksi

 Bila tanpa penyulit akan sembuh dalam 2-4 minggu


KOMPLIKASI DEMAM TIFOID

INTESTINAL
•Perdarahan usus
•Perforasi usus
• CVS
• Darah : trombositopenia
• Paru : pneumonia
• Hepar & pankreas : hepatitis,
EKSTRAINTESTINAL pankreatitis,
• Ginjal : pielonefritis
• Tulang : artritis, osteomielitis
PENATALAKSANAAN

UMUM

Tirah Baring
Diit makanan lunak
Cairan
KHUSUS

Eradikasi kuman & terapi penyulit


Kortokosteroid
Pada kasus berat dengan gangguan kesadaran (stupor,
koma), gangguan sirkulasi dan gejala berkepanjangan
 Antipiretik,
bila mungkin peroral sebaiknya diberikan yang
paling aman dalam hal ini adalah Paracetamol dengan dosis
10 mg/kg/kali minum,
 Chloramphenicol, merupakan antibiotik pilihan pertama untuk
infeksi tifoid fever terutama di Indonesia
 Ampicillindan Amoxicillin, memiliki kemampuan yang lebih
rendah dibandingkan dengan chloramphenicol dan
cotrimoxazole.
 Kortikosteroid
diberikan pada kasus berat dengan gangguan
kesadaran, Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari IV dibagi 3 dosis
hinggan kesadaran membaik
INFEKSI SALURAN KEMIH

Infeksi saluran kemih (Urinary Tract Infection=UTI) adalah


bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba
dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Bakteriuria
ialah terdapatnya bakteri dalam urin. Disebut bakteriuria
bermakna bila ditemukannya kuman dalam jumlah
bermakna. Pengertian jumlah bermakna tergantung pada
cara pengambilan sampel urin. Bila urin diambil dengan
cara mid stream, kateterisasi urin, dan urine collector, maka
disebut bermakna bila ditemukan kuman 105 cfu (colony
forming unit) atau lebih dalam setiap mililiter urin segar,
sedangkan bila diambil dengan cara aspirasi supra pubik,
disebutkan bermakna jika ditemukan kuman dalam jumlah
berapa pun.
KLASIFIKASI

ISK pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala


klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih.
Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi ISK
asimtomatik dan simtomatik. ISK asimtomatik ialah
bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik yaitu
terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan
tanda klinik
KLASIFIKASI ISK

ISK Simprtomatik
ISK Kelainan Saluran kemih
Pielonefritis
Sistitis ISK Simpleks
ISK Kompleks
DIAGNOSIS ISK

Anamnesis Pem. Fisik

ISK

Pem. Lab Biakan Urin


PILIHAN ANTIMIKROBA ORAL
PILIHAN ANTIMIKROBA PARENTERAL
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Widodo. 2006. Demam Tifoid. Dalam: Aru Sudibyo dkk.
Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta:EGC

Sudoyo A.W dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi V. Jakarta Interna Publishing

Putra A. 2012. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu


tentang Demam Tifoid terhadap Kebiasaan Jajan Anak Sekolah
Dasar, Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Nainggolan R. 2009. Karakteristik Penderita Demam Tifoid


Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01. Pematang
Siantar Tahun 2008. Medan: FKM USU
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu E. 2013. Sensitivitas Uji Widal dan Tubex untuk Diagnosis


Demam Tifoid berdasarkan Kultur Darah. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang

Soedarno dkk. 2014. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia

Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi


bahasa Indonesia: A Samik Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson,
ed.15. Jakarta: EGC ; 2000.

Rustandi D, Melda S. 2010. Demam Tifoid. Bandung: Universitas


Padjajaran

Abdurachman dkk. 2014. Pedoman Diagnosi dan Terapi, Ilmu


Kesehatan Anak. Bandung: Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
DAFTAR PUSTAKA

Dadi dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Kedokteran


Anak Indonesia.

Rezeki, Sri. Demam tifoid. 2008. Diunduh dari


http://medicastore.com/artikel/238/Demam_Tifoid_pada_Anak_A
pa_yang_Perlu_Diketahui.html. 26 Maret 2016.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Kerja Koordinasi


Nefrologi. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.

Elder JS. Urinary tract infections. Dalam : Kliegman RM,


Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook
of pediatric. Edisi Ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.

Anda mungkin juga menyukai