Anda di halaman 1dari 52

MK: KMB I

KONSEP ASKEP GANGGUAN PADA


SISTEM RESPIRASI

H. Asmadiannor, S.Kep,Ns,. M.Kes

PRODI NERS STIKES SM


VISI & MISI STIKES SARI MULIA

VISI:
Menjadikan STIKES unggulan di bidang
kegawatdaruratan dan menghasilkan lulusan
profesional sesuai standar profesi Th 2020.
MISI :
1. Menyelenggarakan pend. Prof. yg berkualitas
berkesinambungan & memiliki daya saing dlm kebutuhan
tenaga kes. Pada tingkat regional Kalimantan & Nasional.
2. Meningkatkan kegiatan penelitian di bid kes. Melalui
dukungan sumber daya internal & eksternal secara optimal.
3. Meningkatkan kegiatan pengabdian kpd masy di
bid.kes.guna peningkatan kemandirian msy. & derajat bkes.
Secara optimal serta meningkatkan kualitas pelay. masy.dlm
bid. kegawatdaruratan utk menunjang prog. pembangunan
di bid.kes.
4. Mengembangkan kemitraan utk memperluas pelaksanaan tri
dharma perguruan tinggi di skala regional, nasional &
internasional baik baik dengan institusi swasta maupun
negeri utk mendukung pencapaian misi.
VISI & MISI PRODI NERS
VISI :
Menjadikan prog. Studi profesi NERS rujukan di
regional Kalimantan pada th.2020 dengan unggulan
di bid. Keperawatan gawat darurat & unggulan
keperawatan kritis yg sesuai standar nasional.
MISI PRODI:
1. Menyelenggarakan pend.profesi Ners yg bermutu, innovatif
& kreatif dengan kejujuran, kesinergian, komitmen bersama
& komunikasi efektif.
2. Meningkatkan kegiatan penelitian di bid.kes. Utamanya
keperawatan yg dpt digunakan utk mengembangkan mutu
pend. & pelay. Kes.
3. Mengembangkan pengabdian kpd masy. Yg berkelanjutan
guna meningkatkan kemandirian masy. Secara sinergis dlm
membangun & mengoptimalkan derajat kes. Bersama.
4. Mengembangkan kemitraan utk mendukung pelaksanaan tri
dharma perguruan tinggi & meraih peluang kerja di skala
regional, nasional & global dengan mengoptimalkan nilai
spritual, kemandirian, keprofesionalan & kinerja handal pada
civitas akademika utk mumpuni.
Materi yang di ajarkan:

• Pengkajian
• Diagnosa Kep. pd masalah sist.respirasi
• Perencanaan keperawatan
• Implementasi keperawatan
• Evaluasi & perkembangan kes.klien
• Dokumentasi
• Perencanaan pulang & follow Up
A. PENGKAJIAN
Mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien.
Adapun data yang terkumpul mencakup klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan.
(Mc Farland & mc Farlane, 1997)
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Batuk (Cough) 1) Riwayat Merokok

2) Peningkatan Produksi Sputum 2) Pengobatan Saat Ini dan Masa Lalu

3) Dispnea 3) Alergi

4) Hemoptitis
4) Tempat Tinggal
5) Chest Pain

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1) PENYAKIT INFEKSI
2) KELAINAN ALERGI
3) PASIEN BRONKITIS KRONIS
1. RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini


dan masalah yang lalu.
Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus
kepada manifestasi klinik dari keluhan utama,
kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat
perawatan dahulu, riwayat keluarga dan riwayat
psikososial.
 Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien,
dimana aspek biografi yang sangat erat
hubungannya dengan gangguan oksigenasi
mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan
(terutama yang berhubungan dengan kondisi
tempat kerja) dan tempat tinggal.
 Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat
tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau
dengan orang lain yang nantinya berguna bagi
perencanaan pulang (“Discharge Planning”).
a. KELUHAN UTAMA
• Keluhan utama akan menentukan prioritas
intervensi dan mengkaji pengetahuan klien
tentang kondisinya saat ini.
• Keluhan utama yang biasa muncul pada klien
gangguan kebutuhan oksigen dan
karbondioksida antara lain : batuk,
peningkatan produksi sputum, dyspnea,
hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
1) Batuk (Cough)

 Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan


penyakit sistem pernafasan. Tanyakan berapa
lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan).
 Tanyakan juga bagaimana hal tersebut timbul
dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam
hari, ketika bangun tidur) atau hubungannya
dengan aktifitas fisik.
 Tentukan batuk tersebut apakah produktif atau
non produktif, kongesti, kering.
 2) Peningkatan Produksi Sputum.

 Sputum merupakan suatu substansi yang keluar


bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok.
Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar
3 ons mucus sehari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal (“Normal Cleansing Mechanism”).
 Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak
normal. Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau dan
jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat
menunjukkan keadaan dari proses patologik.
 Jika infeksi timbul sputum dapat berwarna kuning atau
hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu.
 Pada keadaan edema paru sputum akan berwarna
merah muda, mengandung darah dan dengan jumlah
yang banyak
3) Dyspnea

• Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk


bernafas/nafas pendek dan merupakan perasaan
subjektif klien.
• Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk
melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan
apakah dia mengalami dyspnea ?.
• kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal
nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang
berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal
jantung kiri.
 4) Hemoptysis

 Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut


dengan dibatukkan.
 Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari
paru-paru, perdarahan hidung atau perut.
 Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah
terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh
refleks batuk.
 Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain :
Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic
fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli
paru, pneumonia, kanker paru dan abses paru.
5) Chest Pain
• Chest pain (nyeri dada) dapat berhubungan
dengan masalah jantung dan paru.
• Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat
menolong perawat untuk membedakan nyeri
pada pleura, muskuloskeletal, cardiac dan
gastrointestinal. Paru-paru tidak mempunyai
saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga, otot,
pleura parietal dan trakeobronkial tree
mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan
nyeri murni adalah subjektif, perawat harus
menganalisis nyeri yang berhubungan dengan
masalah yang menimbulkan nyeri timbul.
b. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

• Secara umum perawat menanyakan tentang :


Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan
penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan
bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang
menimpa non perokok.
Anamnesis harus mencakup hal-hal :

a) Usia mulainya merokok secara rutin.


b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c) Usia melepas kebiasaan merokok.
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
c. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien
penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :

1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa,


ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi
dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang
terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial,
menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu;
selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh
konflik keluarga atau kenalan dekat.
3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah
yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak
menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk
penyakit tersebut.
2. Kajian Sistem (System of Review)
a. Inspeksi

b. Palpasi Suara Perkusi


Normal
c. Perkusi
Suara Perkusi
d. Auskultasi Abnormal

Jenis Suara Napas Jenis Suara


Normal Napas Tambahan
REVIEW SISTEM (Head to Toe)

a. Inspeksi

1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada


posisi duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
4) Inspeksi thorax posterior terhadap warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis,
scoliosis dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada.
6) Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan
hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan
otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase
inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini
normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow
Limitation (CAL)/COPD
• Kaji konfigurasi dada dan bandingkan
diameter anteroposterior (AP) dengan
diameter lateral/tranversal (T). ratio ini
normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7,
tergantung dari cairan tubuh klien.
9) Kelainan pada bentuk dada :
a) Barrel Chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru.
Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering
terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari
sternum. Hal ini akan menekan jantung dan
pembuluh darah besar, yang mengakibatkan
murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia,
marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
c) Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan
sternum, dimana terjadi peningkatan diameter
AP. Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis
berat.
d) Kyphoscoliosis
Terlihat dengan adanya elevasi scapula.
Deformitas ini akan mengganggu pergerakan
paru-paru, dapat timbul pada klien dengan
osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain
yang mempengaruhi thorax.
Kiposis :
meningkatnya kelengkungan normal kolumna
vertebrae torakalis menyebabkan klien
tampak bongkok.

Skoliosis :
melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral,
disertai rotasi vertebral
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada
paru atau pleura.

11) Observasi retraksi abnormal ruang


interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
• Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan
pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
• Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas
yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,
bengkak.
• Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri.
• Vocal premitus : getaran dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara.
c. Perkusi

 Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi


pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan pengembangan
(ekskursi) diafragma.
 Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal :
- Resonan (Sonor)
- Dullness
- Tympany :
* bergaung, nada rendah  dihasilkan pada jaringan
paru normal.
* dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
* musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara Perkusi Abnormal
 Hiperresonan
 Flatness : bergaung lebih rendah dibandingkan
dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang
abnormal berisi udara.
 sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih
tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha,
dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
d. Auskultasi

• Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,


mencakup mendengarkan suara nafas normal,
suara tambahan (abnormal), dan suara.
• Suara nafas normal dihasilkan dari getaran
udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke
alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :

a) Bronchial :
sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena
suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu
tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring,
dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya
lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti
diantara kedua fase tersebut.
Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.
b) Bronchovesikular :
merupakan gabungan dari suara nafas bronchial
dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan
dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi.
Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana
bronchi tertutup oleh dinding dada.
c) Vesikular :
terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-
sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi,
ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan :
a) Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi,
dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara
melalui jalan nafas yang menyempit.
b) Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,
karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara
mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum
c) Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti
gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura.
Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas
dalam.
d) Crackles
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar
saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-
patah akibat udara melewati daerah yang lembab
di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut
yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi.
Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan
terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan
berubah ketika klien batuk.
3. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

 Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara


signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.
Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.
 Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan
perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan
atau ketidakmampuan.
 Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat
dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres
psikososial dan mencari jalan keluarnya.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
• Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan, dimana perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Carlson et al,
1991; Carpenito, 1995).

• Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik, perawat


menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas
diagnosa dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingan klien.

•Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan


ketika klien mempunyai masalah atau perubahan multiple (Carpenito,
1995).

•Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif


untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Beberapa Diagnosa Keperawatan dengan
gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
1. Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan
napas yang bersih.
2. Batasan Karakteristik.
a. Subjektif
b. Objektif
3. Faktor yang berhubungan.
a. Lingkungan
b. Obstruksi Jalan Napas
c. Fisiologis
4. Hasil yang Disarankan NOC
a. Status Pernapasan : Pertukaran Gas
b. Status Pernapasan ; Ventilasi
c. Perilaku mengontol gejala
d. Perilaku Perawatan ; Penyakit atau Cidera
b. Ketidakefektifan Pola Nafas
1. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu
mengalami penurunan ventilasi yang adekuat, actual atau
potensial, karena perubahan pola nafas.

2. Batasan karakteristik
a. Mayor (harus ada)
b. Minor (mungkin ada)

3. Faktor yang berhubungan.


a. Patofisiologis
b. Terkait Pengobatan
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
c. Gangguan Pertukaran Gas
1.Definisi
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida dimembrane kapiler-alveolar.Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna
mempertahankan jalan napas yang bersih.
2. Batasan Karakteristik
• Subjektif
• Objektif

3. Faktor yang berhubungan.


a. Lingkungan
b. Obstruksi Jalan Napas
c. Fisiologis

4. Hasil yang Disarankan NOC


a. Status Pernapasan : Pertukaran Gas
b. Status Pernapasan ; Ventilasi
c. Perilaku mengontol gejala
d. Perilaku Perawatan ; Penyakit atau Cidera
d. Fungsi Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan
1.Definisi
Risiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi ketika
individu berisiko mengalami ancaman pada jalan masuk udara
menuju saluran pernapasan dan/ ancaman pada pertukaran gas
(O2-CO2) antara paru-paru dan system vaskuler.

2. Faktor resiko

3. Faktor yang berhubungan.


a. Patofisiologis
b. Terkait Pengobatan
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
e. Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator

1.Definisi
Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu
keadaan ketika individu tidak dapat menyesuaikan terhadap tingkat
terendah dukungan ventilator mekanik sehingga mengganggu dan
memeperpanjang proses penyapihan.
2. Batasan karateristik
a. Ringan
R Mayor
R Minor
b. Sedang
R Mayor
R Minor
c. Berat
R Mayor
R Minor

3. Faktor yang berhubungan.


a. Patofisiologis
b. Terkait Pengobatan
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
f. Resiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator

1.Definisi
Resiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan
ketika individu beresiko untuk mengalami suatu ketidakmampuan
penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik tingkat rendah
selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan
fisik dan atau psikologis terhadap penyapihan.

2. Faktor yang berhubungan.


a. Patofisiologis
b. Terkait Pengobatan
c. Situasional (Personal, Lingkungan)
g. Gangguan Ventilasi Spontan

1. Definisi
Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan
pernapasan yang adekuat untuk mendukung kehidupannya. Ini
dilakukan karena penurunan gas darah arteri, peningkatan kerja
pernapasan dan penurunan energy.

2. Batasan karakteristik
a. Mayor
b. Minor
C. INTERVENSI
• Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat.
• Intervensi disebut juga implementasi yang merupakan kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Griffith & Christensen, 1986).
Bentuk Intervensi Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu
sebagai berikut :
1. Intervensi Pernafasan, Resiko Gangguan

Intervansi Generik Intervensi Pediatrik

2. Intervensi Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator

Intervansi Generik Intervensi Pediatrik


3. Intervensi Resiko Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator

Intervansi Generik Intervensi Pediatrik

4. Intervensi Ketidakefektifan Pola Pernafasan

Intervansi Generik Intervensi Pediatrik

5. Intervensi Gangguan Pertukaran Gas

Intervansi Generik Intervensi Pediatrik


D. EVALUASI
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada
tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994).
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan
lainnya (Griffith & Christensen, 1986).

Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan
bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).

Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Evaluasi disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan
mencapai kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap
dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak
berhasil.
Contoh hasil Evaluasi:

Pasien mempertahankan patensi jalan napas yang


ditunjukkan dengan:
1. Peningkatan jalan napas
2. Frekuensi dan kedalaman napas sesuai
3. Gas-gas darah dalam batasan normal

Atau:
Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif,
frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal,
penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.
Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Rencana yang dapat dilakukan untuk mempertahankan respirasi
normal yang diadopsi dari beberapa sumber adalah :
1.Intervensi Umum:
a. Posisi.
b. Kontrol lingkungan.
c. Aktivitas dan Istirahat.
d. Oral hygiene.
e.Hidrasi adekuat.
f. Pencegahan dan kontrol infeksi.
g. Dukungan psikososial
2. Agen Farmakologi:
Agen Farmakologi Antimicrobials ( Antibiotik ), Bronchodilators
Adrenal Glucocorticoids ( Prednison ), Mucolitycs Antiallergenics
Vasoconstrictor dan Decongestan
3. Terapi Respiratori :
• Terapi Respiratori Perawat melakukan terapi respiratori dengan
memfasilitasi latihan batuk efektif dan napas dalam.
• Batuk efektif dan napas dalam dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan ekspansi paru – paru, mobilisasi sekret, dan
mencegah efek samping dari penumpukan sekret.
• Batuk efektif diperlukan untuk membersihkan sekret dan
meningkatkan mekanisme pembersihan jalan napas ( ‘normal
cleansing mecahnism’ ).
• Batuk yang tidak efektif akan dapat menyebabkan efek yang
merugikan pada pasien dengan penyakit paru – paru kronis berat,
seperti kolaps saluran napas, ruptur dinding alveoli, dan
pneumotoraks.
4. Fisisoterapi Dada ( Chest Physiotherapy ):
Fisisoterapi Dada ( Chest Physiotherapy ) Perkusi dada Vibrasi dada
Postural drainase
5. Oksigen
KATA-KATA BIJAK

Setiap bantuan yang anda berikan kepada orang


lain, akan kembali kepada anda.

Ketika anda membantu orang lain sebenarnya anda


sedang membantu diri anda sendiri di masa depan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai