KELOMPOK I
Dafar Isi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………………3
2. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………3
3. Tujuan dan Manfaat………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan ………………………………………………………………………. 32
2. Saran …………………………………………………………………………….. 33
Dafar Pustaka
2
A. PENANAMAN MODAL ASING
Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing
dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk
mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa.Undang – undang
nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing menyebutkan bahwa
: “pengertian penanaman modal dalam undang – undang ini hanyalah meliputi
penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan
ketentuan – ketentuan undang – undang ini dan yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam artian bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut”.
a)Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan
perusahaan di Indonesia.
Aliran modal dari suatu negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi, yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi
usaha. Hasil yang diharapkan dari aliran modal internasional adalah meningkatnya
output dan kesejahteraan dunia. Disamping peningkatan income dan output,
keuntungan bagi negara tujuan dari aliran modal asing adalah :
3
a)Investasi asing membawa teknologi yang lebih mutakhir. Besar kecilnya
keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi
yang bebas bagi perusahaan.
c)Investasi asing dapat berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar dengan
negara tujuan (investment gap).
Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk investasi, yaitu
(Pandji Anoraga, 1995: 46) :
1) Investasi Portofolio
Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga
seperti saham dan obligasi. Dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke
perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka
lapangan kerja baru. Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar
modal untuk memperluas usahanya atau membuka usaha baru, hal ini berarti pula
membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya
untuk memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar hutang
bank. Selain itu, dalam proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan
manajemen
2) Investasi Langsung
Investasi langsung atau disebut juga dengan penanaman modal asing (PMA)
merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun, membeli total atau
mengakuisisi perusahaan. Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign direct
investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang
permanen/ jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih
teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru.
Lapangan kerja ini penting diperhatikan, mengingat bahwa masalah menyediakan
lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan pemerintah.
4
Penanaman Modal Asing hanya meliputi PMA secara langsung (foreign direct
investment/FDI) berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1970 maka pemilik
modal secara langsung menanggung risiko dari investasi tersebut.
Dikalangan masyarakat, kata investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena
dapat mencakup baik investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak
langsung (portfolio investment), sedangkan kata penanaman modal lebih
mempunyai konotasi kepada investasi langsung. Penanaman modal baik langsung
atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan atau
setidak-tidaknya mempertahankan nilai modalnya.[1]
Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing
dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1
Tahun 1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.[3]
a.Joint Venture
Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik
modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual).
5
Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan
hukum yang berkedudukan di Delaware, AmerikaSerikat) dengan PT
Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama
mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan
“Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia
seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.[4]
Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik
aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:
3)Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing
dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam
hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan
nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan
hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta
luar negeri seperti; Hilton International Hotel,
Mandarin International Hotel, dan sebagainya.
4)Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu bentuk kerjasama yang relatif
baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak,
dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu
tertentu diserahkan kepada pemilik asli.
6
Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing
dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing No. 1
Tahun 1967 yaitu joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.[3]
a.Joint Venture
Joint venture merupakan kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik
modal nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractual).
Misalnya bentuk kerjasama antara Van Sickle Associates Inc.,(suatu badan
hukum yang berkedudukan di Delaware, AmerikaSerikat) dengan PT
Kalimantan Plywood Factory (suatu badan hukum Indonesia) untuk bersama-sama
mengolah kayu di Kalimantan Selatan. Kerjasama ini juga biasa disebut dengan
“Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia
seperti yang dipersyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA.[4]
Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang ditemukan dalam praktik
aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut:
3)Management Contract: suatu bentuk usaha kerjasama antara pihak modal asing
dengan modal nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khusunya dalam
hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan
nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan
hotel yang bertaraf internasional oleh pihak Indonesia
7
diserahkan kepada swasta luar negeri seperti; Hilton International Hotel,
Mandarin International Hotel, dan sebagainya.
4) Build, Operation, and Transfer (B.O.T) : suatu bentuk kerjasama yang relatif
baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerjasama antara para pihak,
dimana suatu objek dibangun, dikelola, atau dioperasikan selama jangka waktu
tertentu diserahkan kepada pemilik asli.
b. Joint Enterprise
Joint enterprise merupakan suatu kerjasama antara penanaman modal asing dengan
penanaman modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan
hukum baru sesuai dengan yang diisyaratkan dalam Pasal 3 UU PMA. Joint
Enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal
dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing.[5]
c. Kontrak Karya
Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerjasama
antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam
modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan
perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal
nasional. Bentuk kerjasama kontrak karya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja
sama antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti; Kontrak karya antara PN.
Pertamina dengan PT. Caltex International Petroleum yang berkedudukan di Amerika
Serikat.
Disamping ketiga bentuk kerjasama di atas masih terdapat bentuk kerjasama yang
lain seperti production sharing, management contract, penanaman modal asing
dengan disc-rupiah dan kredit untuk proyek (barang modal).
8
Bagi negara penerima modal (host country) keberadaaan investasi yang
ditanamkan oleh investor, khususnya penanaman modal asing secara langsung
(foreign direct investment), ternyata telah memberikan dampak positif atau manfaat
di dalam pembangunan.
a)Oleh pihak asing (perorangan atau badan hukum), ke dalam suatu perusahaan
yang seratus persen diusahakan oleh pihak asing.
Secara yuridis hal yang pertama itu tidak menimbulkan persoalan yang terlalu
rumit, karena sudah jelas bahwa bukan hanya modal akan tetapi kekuasaan dan
pengambilan keputusan (decision making) dilakukan oleh pihak asing, sepanjang
segala sesuatu itu memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia atau selama
kebijakan -kebijakannya tidak melanggar hukum dan ketertiban umum yang berlaku
di Indonesia. Yang lebih sulit diatur adalah berbagai – bagai bentuk kerjasama
antara modal asing dan modal nasional. Sebab disini kita benar-benar harus
menghadapi berbagai variasi antara perimbangan modal dan kekuasaan
(management) yang sesungguhnya. Sehingga disini kita harus lebih
memperhatikan keadaan perusahaan yang sebenar -benarnya daripada dalam hal
perusahaan yang semata-mata bekerja dengan modal asing saja.
a) Teori R. Vernon
Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut
Model Siklus Produk (Pandji Anoraga, 1995: 53). Dalam model ini, introduksi dan
pengembangan produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk
mengembangkan produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar. Dalam
tahap satu, pada waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan,
diperlukan suatu hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi dan
9
pemasaran dari perusahaan dan pasar yang akan dilayani oleh produk itu. Untuk itu
produksi dan penjualan perlu dilakukan di dalam negeri. Tahap kedua yakni
perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar – pasar baru di negara –
negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara
dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,
pengangkutan dan pemasaran. Strategi – strategi penentuan harga dan lokasi
didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan pada
biaya komperatif. Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana produk telah
terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi, sehingga risetan
keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan
setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya, produk bergerak ke
negara-negara yang sedang berkembang, dimana ongkos tenaga kerjanya masih
lebih rendah. Produk – produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan
diimpor kembali ke negara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh
karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak
pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat
mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovatifnya.
3)Deferensiasi produk, merk dagang atau nama cap. d. Ukuran besar, yang
mencerminkan skala ekonomi.
4)Keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisien minimum.
10
Yang kedua adalah keunggulan internalisasi. Kondisi yang menyokong internalisasi
meliputi :
Yang ketiga adalah keunggulan spesifik negara. Keunggulan spesifik lokasi dari
negara tuan rumah dapat meliputi :
1) Mencari pasar
4) Mencari pengetahuan
11
d) Teori Robock & Simmonds
Teori PMA yang lain dijelaskan oleh Robock & Simmonds (1989), melalui
pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan
internalisasi, model siklus produk, produksi internasional dan model imperalisasi
marxis. Pendekatan Global. Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang
mempengaruhi PMA yaitu pengembangan teknologi/ produk baru, ketergantungan
pada sumber – sumber bahan baku, memanfaatkan mesin – mesin yang sudah
usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang
mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari
pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
12
disisihkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal
tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970
tentang penanaman modal asing.
b) Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal
ini dapat terdiri atas perorangan dan/ atau badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, Yang
dimaksud dalam Undang- Undang ini dengan “Penanaman Modal Dalam
Negeri” ialah penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik
secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau
berdasarkan ketentuanketentuan Undang-Undang ini.
13
c) Melakukan alih teknologi
b)Budaya masyarakat
14
6) Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali
apabila jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia.
Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak dari karyawan)
Keppres No. 29/2004 ttg penyelenggaraan penanam modal dalam rangka PMA dan
PMDN melalui system pelayanan satu atap. Meningkatkan efektivitas dalam menarik
investor, maka perlu menyederhanakan system pelayanan penyelenggaraan
penanaman modal dengan metode pelayanan satu atap. Diundangkan peraturan
perundang-undnagan yang berkaitan dengan otonomi daerah, maka perlu ada
kejelasan prosedur pelayanan PMA dan PMDN
Maka yang menjadi pertanyaan kini adalah hukum dan cara apakah yang
digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara investor dengan
pihak pemerintah, terlebih mengingat bahwa investor yang menanamkan modalnya
15
di Indonesia dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu investor domestik dan investor
asing. Dimana pembagian jenis investor tersebut tentunya membawa perbedaan
dalam hukum dan cara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang
terjadi antara investor dengan pihak pemerintah. Oleh karena itu,
penyelesaian sengketa penanaman modal tersebut dapat dibagi menjadi:
Apabila sengketa yang terjadi antara investor domestik dengan pihak Pemerintah
Indonesia dan masyarakat sekitarnya, hukum yang digunakan adalah hukum
Indonesia.
Dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
telah ditentukan cara penyelesaian sengketa yang timbul dalam penanaman modal
antara pemerintah dengan investor domestik. Dalam ketentuan itu, ditentukan empat
cara dalam penyelesaian sengketa dalam penanaman modal. Keempat cara itu,
antara lain
2) Arbitrase;
4) Pengadilan.
16
arbiter atau majelis arbiter. Arbiter atau majelis arbiterlah yang menyelesaikan
sengketa penanaman modal tersebut.
1) konsultasi;
2) negosiasi;
3) mediasi;
4) konsiliasi;
5) penilaian ahli.
17
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional merupakan cara untuk
mengakhiri perselisihan yang timbul antara Pemerintah Indonesia dengan investor
asing, dimana kedua belah pihak sepakat menggunakan lembaga arbitrase atau
arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia.
ü pokok-pokok perselisihan;
18
maka Sekretaris Jenderal menyampaikan “pemberitahuan” kepada para pihak dan
salinan permohonan kepada pihak lain.
b)tetapi boleh juga arbiternya terdiri dari beberapa orang yang jumlahnya ganjil (any
uneven number of arbitrator).
Jika para pihak menyetujui jumlah arbiter yang ditunjuk atau mereka tidak dapat
menerima tata cara penunjukkan yang dilakukan Centre, cara lain penunjukan
arbiter merujuk kepada ketentuan Artikel 37 ayat (2) huruf b ICSID, dengan acuan
penerapan:
c)anggota yang ketiga ini, langsung mutlak menjadi ketua (presiden) dari tribunal
arbitrase yang bersangkutan.
19
Sehubungan dengan kewenangan dan fungsi memutus perselisihan
yang terjadi, lebih lanjut diuraikan dalam hal-hal di bawah ini:
ü Centre harus memutus berdasarkan hukum yang telah disepakati para pihak
dalam perjanjian.
ü Dalam perjanjian tidak menentukan tata hukum mana yang akan diterapkan,
Centre menerapkan tata hukum dari negara peserta yang sedang berselisih.
ü Centre dilarang menerapkan hukum yang tidak dikenal oleh para pihak-pihak
yang berselisih.
ü Akan tetapi Centre dapat memutus perselisihan berdasar “kepatutan” atau “ex
aequo et bono”, jika hal itu disepakati para pihak dalam perjanjian.
ü Putusan Provisi
20
Dalam Artikel 47 ICSID telah ditentukan kewenangan dari Centre.
Kewenangan itu adalah menjatuhkan:
3) tindakan sementara.
21
Selanjutnya, Sekretaris Jenderal harus segera mengirimkan salinan putusan
kepada para pihak. Putusan dianggap memiliki daya mengikat atau binding terhitung
dari tanggal pengiriman salinan. Selama dalam jangka waktu 45 hari dari tanggal
dimaksud, para pihak dapat mengajukan pertanyaan yang berkenaan
dengan kesalahan pengetikan, perhitungan atau kekeliruan lain yang sejenis.
Walaupun putusan itu telah diputuskan oleh Centre, namun para pihak atau salah
satu pihak diperkenankan melakukan:
a) interprestasi putusan;
c) pembatalan putusan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a)Undang – undang nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing
menyebutkan bahwa :“pengertian penanaman modal dalam undang – undang ini
hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut
atau berdasarkan ketentuan – ketentuan undang – undang ini dan yang digunakan
untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam artian bahwa pemilik modal
secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut”
b)Dalam Undang-Undang no 6 tahun 1968 dan Undang-Undang nomor 12 tahun
1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), disebutkan terlebih dulu
definisi modal dalam negeri pada pasal 1, yaitu sebagai berikut :
c)Undang-undang ini dengan “modal dalam negeri” adalah : bagian dari kekayaan
masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki
Negara maupun swasta asing yang berdomosili di Indonesia yang disisihkan atau
disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur
oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal
asing.
22
2. Penyelesaian sengketa penanaman modal antara pemerintah dengan
investor Domestik
2. Ada beberapa kasus yang berkaitan dengan penanaman modal di Indonesia.
Salah satunya adalah kasus PT.Indosat. dan jika dilihat dari sebagian besar
kasus yang ada, maka permasalahan dalam bidang penanaman modal adalah
karena kurangnya kepastian hukum bagi para investor, khususnya investor
asing di Indonesia.
1. Saran
1. Dalam jangka pendek, pemerintah harus segera memperbaiki iklim
investasi. Untuk memperbaiki iklim investasi tersebut, pemerintah perlu
melakukan beberapa tindakan nyata, antara lain segera menerbitkan
undang-undang investasi yang baru, menetapkan batas waktu pemberian
perizinan investasi, dan menerbitkan peraturan pelaksanaan UU
Pemerintahan Daerah yang dapat menjamin kepastian hukum.
2. Membenahi tatanan hukum, khususnya dalam hal penegakan hukum.
23