DASAR-DASAR PEMETAAN
TTS241 - 2011
REAL WORLD - 2
Manjemen Data
Pengguna
Informasi untuk
Pengambilan
Keputusan
Analisis
Pemilihan Data
& Analysis
DATA dan
DATA & INFORMASI
INFORMASI
Data ? ‘bahan dasar’ yang diolah/
diproses sehingga menjadi suatu
informasi
Informasi (mungkin saja) diproses
kembali menjadi bentuk data baru
untuk keperluan membuat informasi
lain
Data dapat dikumpulkan, disimpan dan
dimanipulasi.
Sumber data: peta, buku statistik, buku
telpon, survey lapangan, komputer,
dsb.
KONVERSI & VISUALISASI DATA / INFORMASI
TEKSTUAL KE DALAM BENTUK GRAFIK / GAMBAR
(Statistik , Tabel, Buku dll)
JAWA BARAT
Informasi Geografis:
Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara
5°50' - 7°50' LS dan 104°48' - 104°48" BT dengan
batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa bagian barat dgn DKI Jakarta dan
Propinsi Banten, sebelah timur berbatasan dengan
Propinsi Jawa Tengah. Terdiri atas daratan dan pulau-
pulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau di
Laut Jawa), luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km2 atau
4.435.461 Ha.
o 0
o
equator
0
SISTEM
SISTEMPROYEKSI/KOORDINAT
PROYEKSI/KOORDINAT
Posisi suatu unsur geografik di permukaan bumi dapat
dinyatakan oleh nilai lintang (latitude) dan bujur (longitude)
unsur tersebut dengan unit satuan derajat.
Selain itu dapat juga dinyatakan dalam sistem proyeksi peta;
mis. Mercator, Transvers Mercator, dll.
o 0
o
Yang dipakai equator
0 di Indonesia
0 0
6 6
Teknologi pemetaan:
• Terestrial, Airborne/Fotogrametri dan Spaceborne
Karakteristik/ketentuan peta:
•Skala
•Sistem Proyeksi/Koordinat
•Sistem Penyimpanan
•Sistem Visualisasi
SKALA PETA
Jarak merupakan bagian penting dalam hal hubungan spasial diantara
unsur-unsur geografik. Jarak sering perlu diketahui/dihitung.
•grafis
0 5 10 15 20 25 km
Pada sistem digital skala ini terkait dengan resolusi yaitu “kepadatan”
informasi unit satuan luas tertentu.
Meskipun pada sistem digital secara visual peta adalah scale-less, namun
kulitas informasi (mis. Ketelitian geometrik) tetap terkait dengan resolusi
data pada saat dilakukan pengukuran (acquisition).
SISTIM PROYEKSI
a. Bidang Datar
Azimuthal Normal, Miring, Transversal
0 X
P
Z Y
0 X
Posisi setiap titik dinyatakan
dalam X, Y dan Z
Contoh : P (-Xp, Yp, Zp)
b. Koordinat Polar
Contoh : P ( Sp, θp )
θp
Sp
P
c. Koordinat Geografi
P
Setiap titik dinyatakan
Gr φ dalam Lintang dan
Bujur.
λ Contoh : P ( θp, λp )
UNIT SATUAN YANG DIGUNAKAN
DALAM PEMETAAN
1. Panjang/Jarak
- Metrik : Km, Hm, Dm, M, dm, cm, mm
- Non Metrik : Mil, Yard, Feet, Inch
2. Sudut
- Sistim Sexagesimal, Derajat, Menit, Detik
- Sistim Centisimal, Grade, Centigrade, CcG
PENGERTIAN KUADRAN
0/400 0/360
IV I 90/100
270/300
III II
180/200
HITUNGAN KOORDINAT, AZIMUTH/ARAH
DAN JARAK
Q(Xq,Yq)
φpq θqp
Dpq
P(Xp,Yp)
φpq = Azimuth/arah P ke Q
θqp = Azimuth/arah Q ke P
0 X
Dpq = Jarak dari P ke Q
P(Xp,Yp) = Koordinat ttk P
Q(Xq,Yq) = Koordinat ttk Q
Pemetaan
Suatu pekerjaan yang tujuan akhirnya
adalah visualisasi informasi :
• umumnya dikenal- dalam bentuk lembar
peta,
• disertai dengan kelengkapan (simbol, warna,
tulisan/texts, keterangan) sesuai dengan
bidang aplikasinya
Teknologi pemetaan:
• terestrial, fotogrametri dan dijital
Hasil pekerjaan pemetaan adalah
PETA TOPOGRAFI
dokumen statis
SPACE MAP
(Peta hasil pencitraan satelit)
Data Geografik
Data geografik adalah semua obyek atau unsur geografik
(geographic features) baik yang dibawah, diatas dan di
permukaan bumi.
1. TERESTERIAL
Pengukuran langsung ke lapangan ( In – Situ )
- Pengukuran Jarak
- Pengukuran Sudut
- Pengukuran beda tinggi
- Pengukuran Posisi horisontal
- Pengukuran posisi vertikal (tegak )
a. Pengukuran Jarak
Jarak yang digunakan dalam pemetaan /hitungan adalah
jarak mendatar, sehingga semua hasil pengukuran jarak
harus dikonversi / di-ubah menjadi jarak datar.
B
Sab
θ
A
Sab
- Rantai ukur
ba
bt
bb
ba = benang atas
bt = benang tengah
Lensa Okuler
bb = benang bawah
Pengukuran jarak optis dengan Teodolit
ba
bt
bb
D ≈ 100 (ba – bb ) ?
ba
p bt i
bb
D
EDM - Electronic Distence Meter / Measurement
D = ½ .C . t
C = Kecept. Cahaya
t = Waktu yg diperlukan,
pergi - pulang
TEODOLIT dan Prinsip penggunaannya
Sb-2
Sb-1
Berbagai jenis Teodolit dan pembuatnya
β
β = bka - bki
bka
D
3. SCHRIBER
B
A
D
PENGUKURAN SUDUT TEGAK - VERTKAL
h = Sab Sin h
PENGUKURAN PROFIL
A. Profil Memanjang
Pengukuran dilakukan dengan metoda tinggi garis
bidik
B
4
2 3
A
Global Positioning System
GPS
SATELIT NAVSTAR
KONFIGURASI 24
SATELIT MENGORBIT
BUMI
Pendahuluan Teknologi GPS
Cakupan sistem GPS adalah seluruh Dunia (dimana saja kita dapat
menggunakan GPS sepanjang sinyal dari satelit dpt diterima oleh receiver)
Sistem ini beroperasi secara kontinyu (pagi hari, siang hari, bahkan malam
hari kita dapat mengoperasikan sistem GPS)
Segmen penyusun GPS yaitu Segmen Satelit, Sistem Kontrol, dan Pengguna
Segmen Pengguna
GPS tipe navigasi GPS tipe navigasi
Absolute Positioning
Gambar deskripsi
absolut positioning
* HANYA MEMERLUKAN 1 RECEIVER
* BUKAN UNTUK MENENTUKAN POSISI
SECARA TELITI (hanya 3 – 6 meter)
* APLIKASI UTAMA : NAVIGASI
Differential Positioning
A Koordinat titik P
dihitung
B
PENGIKATAN KEBELAKANG ( Resection )
Syarat Utama :
1. Diketahui minimum Posisi 3 ( tiga ) titik ( koordinatnya )
2. Dilakukan pengukuran sudut dari titik yang akan ditentukan
koordinatnya , kearah titik-titik yang diketahui koordinatnya
Koordinat titik P dihitung
C
A. METODA COLLINS
B
P
D
C
B. METODA CASSINI
C
B
N
M P
POLIGON ( Traverse )
PADA PENENTUAN POSISI DENGAN CARA POLIGON,
DILAKUKAN PENGUKURAN SUDUT DAN JARAK DI TIAP
TITIK.
ALAT YANG DIGUNAKAN ADALAH
1. Alat ukur sudut ( Teodolit )
2. Alat Ukur Jarak
B. Poligon Terikat
C. Poligon Tertutup
DASAR TEORI POLIGON
Semua sudut diukur : P; 1; 2; 3; 4 ; dan R
Y Semua jarak diukur : d1 ; d2 ; d3 ; d4 ; dan d5
Semua azimuth/Arah dihitung
Semua koordinat dihitung, termasuk koreksinya.
R
d5
3 d4 4
1
P d1 d2 d3
S
2
X
HITUNGAN LUAS
Y LUAS (1234) = L.Tr.(122’1’) + L.Ir.(233’2’)
3 - L.Tr.(144’1’) – L.Tr.(433’4’)
3’
4’ 4
2’ 2
1’
1
Y1 Y2 Y3 Y4 Y1
2 LUAS (1234) = ---- ---- ---- ---- ----
X1 X2 X3 X4 X1
A : Nivo
A F
B : Altimeter
B
C : Jarak Utama
23 Cm / 9’’
(Fokus)
C
D : Waktu / Jam
D
E : Nomor Urut
E
F : Fiducial Mark
23 Cm / 9’’
A. NIVO
H
Z
h
MSL
B. ALTIMETER
KAMERA UDARA
Magasin
Cone
Lens Systems
SWA
WA
NA
C. JENIS KAMERA
Menunjukkan Jam berapa pemotretan
D dilaksanakan, untuk setiap foto
Harus diperhatikan hal-hal berikut :
- Pemotretan pagi / sore
- Shutter speed
Fiducial Mark
F
SKALA FOTO dan SISTIM KOORDINAT FOTO
~ c/(Z-h)
Z
H
a b
h
MSL
SISTIM KOORDINAT FOTO
Sistim Koordint foto adalah sistim koordinat Cartesian,
dimana salib sumbu x an y saling tegak lurus, dengan
Pusat koordinat di titik utama foto.
y
Untuk mendapatkan
koordinat lapangan,
harus dilakukan hitungan
x transformasi koordinat
konform, dari sistim
koordinat foto menjadi
sistim koordinat lapangan
TRANSFORMASI KOORDINAT KONFORM 2 - DIMENSI
KONFORM : Bentuk
sebelum dan sesudah
φ
transformasi , SAMA
1 a
∆y
Δx
2
Perubahan yang terjadi :
1. Skala
2. Pergeseran kearah x
dan y
3. Rotasi
TRANSFORMASI KOORDINAT KONFORM
Y 2 – DIMENSI , (x,y) (X,Y)
Yp
ΔX
φ
ΔY
X
Xp
Jika : x,y adalah sistim koord. Foto
dan X,Y Sistim koord. Tanah.
Tentukan Xp , Yp (φ, S, Δx, Δy)
Pergeseran Relief ( Relief Displacement)
O’’ dr Pergeseran relief
r
dr a
O
.O’’ b
A
dr/r = AB/OO’
AB = dr.OO’/r
A’ B O’
STEREOSCOPIC VISION
R 60
L
90 90
60 60
X
60
Y
AERIAL PHOTOGRAPHY
OVERLAP dan SIDELAP
A
STRIP-1
STRIP-2
KIRI KANAN
CERMIN CERMIN
b. Anagliph Systems
Pseudoscopic Vision
AERIAL PHOTO INTERPRETATION
B. Aspek Teknis
Out put ?
1.Peta Garis
2.Peta Foto
3.Skala Peta Akhir
4.Untuk keperluan tertentu
ASPEK TEKNIS
Signalization/Premarking
Pengukuran GCP
AT
Aerial Photography
Interpretasi Foto Udara
Pembuatan mosaik