Anda di halaman 1dari 71

Oleh:

SEKSI P2PM
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR

DISAMPAIKAN PADA:
PERTEMUAN PENGELOLA P2 DIARE
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN
PACITAN, 14 FEBRUARI 2017
 P2 HEPATITIS untuk Hepatitis virus yang
ditularkan secara parenteral meliputi
Hepatitis B dan C
 P2 ISP untuk kelompok penyakit saluran
cerna yang ditularkan secara orofecal
antara lain Hepatitis A, E, Diare, Tifoid,
dll sesuai perkembangan situasi penyakit
menimbulkan dampak kesmas secara
luas
 LATAR BELAKANG
 KEBIJAKAN

 EVALUASI KEGIATAN
 RENCANA PENGEMBANGAN
KEGIATAN 2017
 Hepatitis  Indonesia endemis, Hepatitis A & E sering
muncul sebagai KLB; Hepatitis B & C dapat menjadi
kronis  menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
serius
 Indonesia  Negara Pelopor Dikeluarkannya Resolusi
63.18 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Hepatitis Secara
Komprehensif & Co-sponsor Resolusi Hepatitis Ke-2
(67.R6) Tahun 2014 Ttg Perlunya Upaya Konkret dalam
pengendalian Hepatitis
 Hasil Riskesdas Biomedis (2013) :
o HBsAg (+) : 7,1%
o Anti HCV (+) : 1,01%.

- Estimasi pengidap Hep C 3 juta org


- Diperkirakan 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi
Hepatitis B & C  50% menjadi kronik (14 juta)  10%
mengalami liver fibrosis & menjadi Ca (1,4 juta)
TERINFEKSI
GAMBARAN 28 JUTA (25JT B &
PENDERITA 3JT C)
HEPATITIS DI
INDONESIA

KRONIS
14 JUTA

KOMPLIKASI
1,4 JUTA

MENINGGAL
14.000/TH
PREVALENSI HBsAg dan HBC DARAH
DONOR
UTD PMI SELURUH INDONESIA TAHUN
2008-2014

WHO .2009 Sumber data: UTDP PMI


6.00

5.33

5.00

3.90
4.00

3.40 3.33
3.23 3.18
2.94 3.00
3.00 2.68
2.56 2.55
2.21 2.23 2.16 2.39
2.03
1.92 1.92 1.61 1.93
2.00 1.70
1.65 1.61
1.39

1.00

-
Jakpus Jakut Jakbar Jaksel Jaktim DKI

Bumil 2013 Bumil 2014 Nakes 2013 Nakes 2014

* Sumber data: laporan Pelaksanaan Kegiatan DDHB Tahun 2013 & 2014, Ditjen PP & PL, Kemenkes
HBsAg (+) PADA BUMIL DAN NAKES DARI HASIL DETEKSI DINI HEPATITIS B
PADA 12 PROPINSI YANG MULAI MELAKSANAKAN DDHB TAHUN 2014

9.00

8.00
8.00

7.00

6.00

5.00
4.37

4.24
4.08

3.76
3.76

3.61
3.50
4.00
3.33
3.03

2.80
2.78

2.76
2.67
2.65

2.56
3.00

2.43
2.42

1.79

1.79
1.73

1.66
1.57
2.00
1.46

0.80

0.79

1.00

0.00
Sumbar Jambi Jateng Jatim Sulsel Kalbar Sumut Bengkulu Papua NTB Jabar Sulut Total
Barat

Bumil Nakes

* Sumber data: laporan Pelaksanaan Kegiatan DDHB Tahun 2014, Ditjen PP & PL, Kemenkes
* Sumber data: Surveilans Hepatitis B & C Pada Kelompok Penasun Tahun 2014, Ditjen PP & PL, Kemenkes
40.00

34.00
35.00

30.00

25.00

20.00
20.00

15.00
10.67

10.40

7.60
7.39

10.00
6.00

5.60

5.20
4.40

4.40
3.94

4.00

4.00
2.80

5.00

0.00
DKI Jakarta Jawa Timur Bali Papua Kepulauan Riau

Direct Sex Worker Indirect Sex Worker IDU Transgender MSM


70.00

63.20
60.00
47.23

50.00

40.00

30.00

20.00

5.80
10.00
3.60
1.60

1.60

1.60

1.30
0.79

0.40
0.67

0.00
0.00

0.00

0.00
0.00
DKI Jakarta Jawa Timur Bali Papua Kepulauan Riau

Direct Sex Worker Indirect Sex Worker IDU Transgender MSM


4.00

3.60
3.50
3.20

3.00

2.50

2.00

1.50

1.00
0.40

0.50
0.00

0.00
0.00

0.00

0.00

0.00
0.00

0.00

0.00
0.00

0.00
0.00
0.00
DKI Jakarta Jawa Timur Bali Papua Kepulauan Riau

Direct Sex Worker Indirect Sex Worker IDU Transgender MSM


 2 MILYAR KASUS DIARE SETIAP
TAHUN DI DUNIA

 1,9 JUTA ANAK BALITA MENINGGAL


KARENA PENYAKIT DIARE
 78% TERJADI DI WILAYAH AFRIKA
DAN ASIA TENGGARA

 80% KEMATIAN AKIBAT DIARE DAPAT


DICEGAH DENGAN ORALIT DAN ZINC
PENYEBAB KEMATIAN ANAK BALITA
GLOBAL ASIA – WHO SEAR
Other
10%
ARI
Others 22%
Neonatal 25%
36%
Diarrhea
15%
Diarrhea Neonatal
Pneumo
17% 32%
nia
19%
INDONESIA
Bryce J, et.al., 2005 YR 2000 - 2003

Others
22%
Neonatal
38%

Pneumonia
14%

Diarrhea
18%
WHO,2006
29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun
29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun

Malnutrisi, TB; Measles, Malaria; 2,9


Leukemia,
2.3 1,2 1.2 2.9
Tetanus; 2,9 TB; 3,9
Sepsis; 4,1
Tenggelam,
4.9
Kel.jantung
cong; 5,8
measles, 5.8
Pnemonia
Pneumonia 20,5
23,3
Kel sal
cerna; 6,4
DHF 6.8

Meningitis/
Encephalitis,
Meningitis, Diare
9.3 Diare 13.3
8.8
17,4
NEC; 10,7
* Penyakit diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi
* Penyebab utama kematian akibat diare
adalah tata laksana yang tidak tepat
baik di rumah maupun di sarana
kesehatan.
* Untuk menurunkan kematian karena
diare perlu tata laksana yang cepat dan
tepat
Banyak penderita Diare dapat
diselamatkan dengan melakukan :
- Penanganan yang efektif di Rumah
Tangga
- Tatalaksana yang tepat di Sarana
Kesehatan

“Rekomendasi ini akan efektif bila


menjadi hal rutin yang dilakukan di
Rumah Tangga dan Sarana
Kesehatan
Sumber :Pernyataan bersama WHO/UNICEF dalam
penanganan klinis Diare akut,2004
 Mencegah dan mengatasi
dehidrasi dengan Oralit
osmolaritas rendah atau
cairan rumah tangga
 Pemberian ASI
 Teruskan pemberian
makan
 Antibiotika yang selektif
 Pemberian Zinc selama 10-
14 hari
PRINSIP TATALAKSANA
1. ORALIT
osmolaritas rendah
2. ZINC selama 10
hari
3. ASI dan Makanan
sesuai umur
4. Antibiotika selektif
5. Nasihat pada
ibu/pengasuh
 Angka kesakitan diare semua
umur : 214/1.000 penduduk
 Angka kesakitan diare pada balita
: 900/1.000 balita
 Kematian diare pada balita 75,3
per 100.000 balita dan semua umur
23,2 per 100.000 penduduk semua
umur
25
 Angka kesakitan diare semua umur :
997/1.000 penduduk

26
INCIDENCE RATE

2000 301/1.000 penduduk

2003 374/1.000 penduduk

2006 423/1.000 penduduk

2010 411/1.000 penduduk

2014 214/1.000 penduduk

2016 843/1.000 penduduk balita


TARGET TAHUNAN
NO INDIKATOR
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 CAKUPAN PELAYANAN (%) 90 100 100 100 100 100 100


TARGET PENEMUAN DIARE DI SARKES (%) 90 90 90 90 90 90 90
TARGET PENEMUAN DIARE DI KADER (%) 10 10 10 10 10 10 10

2 KUALITAS TATA LAKSANA


- Angka Penggunaan Oralit (%) 100 100 100 100 100 100 100
- Angka Penggunaaan Zinc (%) 35 40 45 50 55 60 65
- Angka Penggunaan Infus (%) 1,2 1 1 1 1 1 1
- Tata Laksana yang Benar (%) 35 40 45 50 55 60 65

28
PENY-CARA BESARAN SPESIFIC DX DINI &
PROMOTIF
PENULARAN MASALAH PREVENTIF PROTECTION TATALAKSA
NA
FECAL ORAL -MASY DG
HIEGIENE
HEP A SANITASI, LINGK IPP dg SKD KLB IMM HEP A PD OBATI
SOSIALISASI PX SCR
BURUK
BERKALA
POP RISTI; GEJALA
HEP E -SETIAP BALITA KIE PD POK RISTI
3-4 KALI/TAHUN (PHBS KUALITAS
SAAT KLB
TERKENA DIARE CTPS AIR & MAK
-180/100.000 PENULARAN,
PEND TERKENA PENCEGAHAN) REHIDRASI
DIARE TYPHOID LROA (ORALIT) & ZINC

TYPHOID SURV KARIER IMM TYPH PD


PENGOBATAN
TIFOID PD POK RISTI
KARIER
PARENTERAL PENJAMAH
(BPJS)
MAKANAN

HEP B - 18 JTA HEP B IPP dg SOS, KIE HBIG PD BAYI


CUP; IMM HEP B & PEP; BPJS
(<5 TAHUN (PHBS
HR IMM HEP B PD
4,2%; > 15 TH A, B, C, D PENGOBATAN
CARA DD POK RISTI POK RISTI
7,1%) (LIFELONG)
PENULARAN & TTL KASUS;
PENCEGAHAN) UP
BPJS (+)
HEP C - 3 JT HEP C
TX DG DAA
(> 15 TH (CURED)
1,01%)
TARGET
POPULASI Prev Hep B SASARAN TARGET
PENGENDALIA
STRATEGIS 2019
Populasi Risti : 1.Bumil 1,3%-8%
N (IMPACT)
1.Bumil 1. Paling tidak
2. Nakes 1,6-5,3 1. Kab/kota
80%
2.Nakes % melaks Advo &
Sos90% kelompok
3.Penasun 3. Penasun 4,4 –
Risti
Tahun 2020
2. Kab/kota Det
4. Pekerja seks 7,4%
Dini Hep B & C melakukan : Eliminasi
5. LGBT 4.Waria/TG 4 - pd pop transmisi HIV,
DDH
6. ODHA 6% berisiko 80% 2. 90% bayi Sifilis dan
7. Pasien IMS 5. LSL 6,7 -10,6% 3. Prop
baru lahir Hepatitis dari
6. Pop umum: melaksanakan
8.Hemodialisis, pengamatan mendapatka ibu ke anak
Hemopili >15 th 7,1%; 1-4
100% n Imun Hep
th 4,2%; 5-9
9. Warga Binaan B <24 jam
th 7,1%; 1-14
Penjara 3. 80% orang
th 6,8%
10. dll yang
ditemukan Tahun 2030
Prev Hep C
mendapatka ELIMINASI
Populasi Umum: n layanan
1.Pada Pop umum umur > 15 HEPATITIS B
1. Orang im Hep th, prev Hep C 1,01% lanjutan
B(-) 2.WPS 0,67 – 0,79%
&C
2. Kelg/kontak 3.Waria 1,6 – 3,6%
erat dg pengidap 4. Penasun 47 – 63%
5.Waria 1,6 – 3,6%
Hepatitis
6. LSL 0,67 – 1,6%

EMTCT  95% bayi baru lahir HBO<24 jam; 95% bumil lakukan
DDHB; 95% bayi yg lahir dari bumil HBsAg pos diberikan HBO
 Setiaptahun terdapat 5 juta bumil, HBsAg
reaktif pada bumil rata – rata 3% maka
setiap tahun terdapat sebanyak 150.000
orang yang 95% potensial mengalami
Hepatitis kronis
 ELIMINASI INSIDENS HEPATITIS B
• E-MTCT hep B, HIV & Sifilis 2020
 >90% bayi baru lahir mendapatkan HBO <24 jam
setelah kelahirannya
 >90% bumil ditawarkan untuk Deteksi Dini Hep B
pada Bumil; >90% bumil melakukan DDHB; >90%
bumil dg HBsAg reaktif bayi mendapatkan HBIg dan
HBO < 24 jam
• >90% populasi berisiko melakukan DDHB;
>90% yg pos melakukan layanan lanjutan;
>90%nya melakukan, pengobatan, vakinasi dan
perilaku hidup bersih dan sehat
ELIMINASI HEPATITIS B & C TAHUN
2030
 >90% risti didiagnosa; >90% dirujuk ke
yankes; >90% yg dirujuk diobati; >90%
yang diobati sembuh
 >90% Risti melakukan PHBS
 Menurunnya insidens Hepatitis C
sebesar 50% pada 2020
TUJUAN PENGENDALIAN &
PENCEGAHAN
TUJUAN UMUM
Melaksanakan kegiatan pengendalian Hepatitis,
secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
• Mencegah terjadinya penularan
• Menurunkan angka kesakitan dan kematian
• Meningkatkan kualitas hidup orang dengan
hepatitis
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi tentang Hepatitis
sebesar 90% pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
Deteksi Dini Hepatitis B dan C pada kelompok
populasi berisiko sebesar 80% pada tahun
2019.
3. Meningkatnya Propinsi yang melaksanakan
pengamatan Hepatitis pada kelompok paling
bersiko sebesar 100% pada tahun 2019
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi sebesar 90%
pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang mempunyai
LROA menjadi 90% pada tahun 2019.
3. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
SKD KLB sebesar 90% pada tahun 2019
4. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
kegiatan pencegahan Tifoid sebesar 30% pada
tahun 2019
5. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
pengamatan Tifoid pada populasi berisiko
sebesar 30% pada tahun 2019
N INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
O
ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN
2020, ELIMINASI HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang melakukan 3 10 20 40 80 90
sosialisasi dan atau advokasi ttg
hepatitis.
2 Jumlah Propinsi yang melakukan 7 14 21 28 34 34
kegiatan surveilans Sentinel
Hepatitis pada populasi beresiko
3 % Kab/kota yang melakukan 3 10 20 40 80 90
deteksi dini hep B pada bumil
4 % Kab/kota yang melakukan NA 10 20 40 80 90
deteksi dini hep B dan C pada
populasi beresiko
5 % orang yang terdeteksi dg NA 2,5 5 10 20 30
HBsAg positif yang mendapatkan
akses perawatan/upaya lanjutan
6 % Orang Dengan Hep C NA 5 10 20 40 60
mendapatkan akses
N INDIKATOR 201 2015 2016 201 2018 201
O 4 7 9
a. Menurunnya angka kematian balita akibat diare sebesar 50% dari
kondisi saat ini
b. Menurunnya angka kesakitan demam tifoid pada anak sekolah
sebesar 30% dari kondisi saat ini
1 % Kab/kota yang NA 10 20 40 80 90
melaksanakan sosialisasi dan
atau advokasi tentang diare,
Tifoid dan Hep A & E
2 % Kab/kota yg melakukan NA 10 20 40 80 90
Layanan Rehidrasi Oral aktif
3 % Kab/kota yang NA 10 20 40 80 90
melaksanakan SKD KLB
4 % Kab/kota yang melakukan NA 2,5 5 10 20 30
kegiatan surveilans Tifoid pada
kelompok masyarakat paling
berisiko
5. % kelompok anak sekolah yang NA 2,5 5 10 20 30
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

1 % Kab/kota yang Sosialisasi dan atau advokasi dilakukan pada masyarakat dan atau Jumlah kab/kota yang
melaksanakan pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan. melaksanakan sosialisasi
advokasi dan atau Suatu kab/kota melakukan sosialisasi apabila kab/kota paling tidak dan atau advokasi
sosialisasi dalam 1 tahun melakukan kegiatan : tentang diare dibagi
pengendalian diare Sosialisasi dan atau advokasi tentang diare ke masyarakat dan jumlah kab/kota yang
atau pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan ada di Indonesia dikali
a. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara langsung dengan 100 %
melakukan penyuluhan atau diseminasi atau
b. Dengan radio spot, running text di TV, TV spot, talk shw, leaflet,
poster, baliho/spanduk dll media
c. Materi yang disampaikan tentang diare, cara penularan,
pencegahan, tatalaksana diare yang dapat dilakukan

2 % kab/kota yang LAYANAN REHIDRASI ORAL adalah merupakan salah satu layanan Jumlah kab/kota dengan
mempunyai yang ada di puskesmas, pustu, posyandu, poskesdes yang LROA, dibagi jumlah
layanan rehidrasi memberikan: 1) layanan rehidrasi oral pada masyarakat/balita yang kab/kota yg ada di
oral aktif mengalami diare, 2) memberikan konseling rehidrasi, 3)memberikan Indonesia, dikalikan
penyuluhan tg diare, upaya pencegahan dan pertolongannya. 100%
LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF adalah layanan rehidrasi oral
yang PALING TIDAK memberikan layanan 2 layanan yaitu 1. layanan
rehidrasi oral dan
2) atau 3)
KAB/KOTA LROA aktif, apabila di kab/kota tersebut paling tidak
terdapat 60% dari jumlah puskesmas + pustu + posyandu/poskesdes
melakukan LROA
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

3 % Kab/kota yang Yaitu prosentase kab/kota yang menerima data data diare Jumlah kab/kota yg
melaksanakan secara tepat waktu. KAB/KOTA MAMPU melakukan SKD Menerima data diare
SKD KLB diare KLB Diare adalah Kab/kota 90% Puskesmas yg ada secara tepat waktu,
diwilayahnya mengirimkan data diare secara tepat waktu. dibagi jumlah kab/kota
KETERANGAN: yg ada di Indonesia,
1. SKD KLB, adalah merupakan Sistem Keswaspadaan Dini, dikalikan 100%
untuk mencegah terjadinya KLB, mencegah meluasnya KLB
yang terjadi, dan mengurangi akibat terjadinya KLB.
2. SKD KLB dilakukan dg melakukan analisa data atau
informasi terkait dg penyakit sebagai indikator awal akan
terjadinyan KLB
3. Kab/Kota yg menerima data dari Puskesmas yg ada
diwilayah, dianalisa sebagai early warning dalam memantau
ada tidaknya SKD KLB diare.
1. Review dan memperkuat aspek
2. Advokasi, sosialisasi, KIE
3. Melaksanakan deteksi dini Hepatitis
4. Pemberian perlindungan khusus
5. Tatalaksana penyakit
6. SKD dan penanggulangan KLB
7. Pengamatan penyakit
8. Penguatan SDM
9. Pengelolaan logistik
10. Monev
EVALUASI
KEGIATAN
JAWA TIMUR
2015 - 2016
 Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau
advokasi tentang hepatitis:
• Kegiatan baru, sosialisasi dilaksanakan pada saat
ada pertemuan diare
• Perlu advokasi @ kab/kota ke stake holder
pentingnya pemutusan rantai penularan hepatitis
B secara vertikal
 Kab/Kota yang melakukan kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B (DDHB)
• Dana Dekon hanya Kota Surabaya
 BHP, HBIG dan pemeriksaan dipenuhi dari pusat
 Karena dibintang maka pelaksanaan DDHB hanya
sebentar juga reagen di BBLK expired akibatnya
ada penumpukan HBIG
 Pemeriks lanjutan RS Dr Soetomo t’kendala alat
 RR perlu ditingkatkan
PERHITUNGAN :
- Alokasi : 22.000 sampel
- Realisasi : 6.989 sampel
- Capaian : 31,77%
Mahasiswa
Kesehatan 7,87%
Ibu Hamil
32,20%

Napza Suntik
1,79%
Petugas Kesehatan
SAMPEL 154,05%
22.000

Waria 9,39%
Penderita
Keluarga
IMS 1,99%
penderita
ODHA Hepatitis
1,32% 10,88%
HASIL REAKTIF :
- Sampel : 6.989 sampel
- Reaktif : 211 sampel
- Capaian : 3,02%
HASIL REAKTIF :
SASARAN SAMPEL REAKTIF %
Bumil 2834 91 3,21
Nakes 3389 92 2,71
Keluarga 176 13 7,39
Mahasiswa 426 6 1,41
IMS 34 2 5,88
Waria 51 1 1,96
LSL 24 3 12,50
WPS 30 1 3,33
ODHA 16 2 12,50
Penasun 9 0,00
6989 211 3,02
 Kab/Kota yang melakukan kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B (DDHB)
• ANC Terpadu (Kab Ngawi, Kab Magetan)
 Hanya sebatas pengadaan RDT saja
 HBIG belum teranggarkan sehingga harapan pe-
mutusan rantai penularan secara vertikal sulit
karena HBIg harus dibeli secara mandiri dan
harganya cukup mahal
 RR ???
 Alur ???
 Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi
dan atau advokasi tentang diare dan tifoid
 Kab/kota yang melakukan Layanan
Rehidrasi Oral Aktif (LROA):
- Dana Dekon : 4 Kab/Kota dapat alokasi
LROA Kit (Bondowoso, Lumajang,
Jombang dan Ponorogo)
 Kab/kota yang melaksanakan SKD KLB
- ???
 Tidak semua kab/kota melaporkan RR P2 Diare dan
Tifoid, sehingga data tahun 2015 yang disajikan oleh
Seksi P2 Dinkes Provinsi Jawa Timur tidak bisa
menggambarkan keadaan Jatim yang sebenarnya

• Cakupan pelayanan diare = 96,90%


• Kualitas Tata Laksana :
- Angka Penggunaan Oralit = 89,56%
- Angka Penggunaan Zinc = 105,10%
- Angka Penggunaan Infus = 5,24%
 HASIL EVALUASI :
- Standar Tata Laksana Diare belum diterapkan
* Pemakaian oralit masih bervariasi 3-5 bungkus/pasien
* Pemakaian zinc belum sepenuhnya diberikan pada bayi
dan balita
* Pemberian RL ???
- Pencatatan pelaporan (RR) tidak maksimal
* Tidak semua variabel diisi :
 pemakaian oralit, zinc, RL
 derajad dehidrasi (TD, DR/S, DB)
* Pengiriman laporan tidak sesuai waktu
 Ada yang baru melaporkan data 2015 pada bulan
Maret 2016
PERKIRAAN % CAKUPAN
NO. KAB / KOTA PENDUDUK REALISASI TARGET
PEND. DIARE PELAYANAN
1 Bangkalan 954.305 204.221 36.182 20.422 177,17
2 Banyuwangi 1.594.083 341.134 34.371 34.113 100,76
3 Batu / k 200.485 42.904 1.998 4.290 46,57
4 Blitar 1.145.396 245.115 22.104 24.511 90,18
5 Blitar/k 137.908 29.512 0 2.951 0,00
6 Bojonegoro 1.236.607 264.634 12.416 26.463 46,92
7 Bondowoso 761.205 162.898 23.968 16.290 147,14
8 Gresik 1.256.313 268.851 33.770 26.885 125,61
9 Jember 2.407.115 515.123 59.949 51.512 116,38
10 Jombang 1.240.985 265.571 24.125 26.557 90,84
11 Kediri 1.546.883 331.033 27.686 33.103 83,64
12 Kediri/k 280.004 59.921 4.787 5.992 79,89
13 Lamongan 1.187.795 254.188 29.002 25.419 114,10
14 Lumajang 1.030.193 220.461 25.170 22.046 114,17
15 Madiun 676.087 144.683 9.676 14.468 66,88
16 Madiun/k 174.995 37.449 6.587 3.745 175,89
17 Magetan 627.413 134.266 11.146 13.427 83,01
18 Malang 2.544.315 544.483 36.025 54.448 66,16
19 Malang/k 851.298 182.178 15.390 18.218 84,48
20 Mojokerto 1.080.389 231.203 52.824 23.120 228,47
21 Mojokerto/k 125.706 26.901 5.451 5.380 101,32
22 Nganjuk 1.041.716 222.927 18.256 22.293 81,89
23 Ngawi 828.783 177.360 5.311 17.736 29,94
24 Pacitan 550.986 117.911 9.283 11.791 78,73
25 Pamekasan 845.314 180.897 10.816 18.090 59,79
26 Pasuruan 1.581.787 338.502 18.854 33.850 55,70
27 Pasuruan/k 194.815 41.690 7.616 4.169 182,68
28 Ponorogo 867.393 185.622 20.329 18.562 109,52
29 Probolinggo 1.140.480 244.063 22.915 24.406 93,89
30 Probolinggo/k 229.013 49.009 2.668 4.901 54,44
31 Sampang 936.801 200.475 29.703 20.048 148,16
32 Sidoarjo 2.117.279 453.098 68.036 45.310 150,16
33 Situbondo 669.713 143.319 15.714 14.332 109,64
34 Sumenep 1.072.113 229.432 15.221 22.943 66,34
35 Surabaya/k 2.848.583 609.597 50.246 60.960 82,42
36 Trenggalek 689.200 147.489 0 14.749 0,00
37 Tuban 1.152.915 246.724 19.018 24.672 77,08
38 Tulung Agung 1.021.190 218.535 18.957 21.853 86,75
Total 38.847.561 8.313.378 805.570 831.338 96,90
100
150
200
250

50

0
Bangkalan

177
Banyuwangi

101
Batu / k

47
Blitar

90
Blitar/k

0
Bojonegoro

47
Bondowoso

147
Gresik

126
Jember

116
Jombang

91
Kediri

84
Kediri/k

80
Lamongan
Lumajang
114114

Madiun
Madiun/k 67
176

Magetan
83

Malang
66

Malang/k
84

Mojokerto
228

Mojokerto/k
101

Nganjuk
82

Ngawi
30

Pacitan
79

Pamekasan
60

Pasuruan
56

Pasuruan/k
183

Ponorogo
110

Probolinggo
94

Probolinggo/k
54

Sampang
Sidoarjo
148 150

Situbondo
110

Sumenep
66

Surabaya/k
82

Trenggalek
0

Tuban
77

Tulung Agung
87

RATA-RATA PROV
97
250.00
235.91

199.70
200.00

173.98

150.00

128.85
124.91

110.97 113.34

97.79 100.01
100.00 100.00 100.00 98.38
100.00 96.89 95.01
91.26 93.37
87.13 89.56
86.20
83.19 83.84 84.30 83.13 85.41
79.78 79.35
75.64 76.60 76.64
71.47

50.00 44.19 46.64

31.71

0.00 0.000.00 1.84 0.00


0.00
0.00
50.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
Bangkalan

100.00 88.55
Banyuwangi
Batu / k

100.00
Blitar

105.57 107.97
Blitar/k

0.00
Bojonegoro

204.06
Bondowoso

87.79
Gresik

113.29
Jember

101.46
Jombang
Kediri

91.85
Kediri/k

79.03 80.12
Lamongan

44.15
Lumajang
Madiun

0.000.00
Madiun/k
336.02

Magetan
138.84

Malang
159.28

Malang/k
63.12
Mojokerto
73.89

Mojokerto/k
110.71

Nganjuk
246.70

Ngawi
71.67

Pacitan
Pamekasan
1.130.00

Pasuruan
248.33

Pasuruan/k
97.67

Ponorogo
71.44

Probolinggo
222.02

Probolinggo/k
143.10

Sampang
47.21

Sidoarjo
83.93

Situbondo
139.42

Sumenep
108.45

Surabaya/k
165.02

Trenggalek
0.00

Tuban
37.75

Tulung Agung
153.87
 Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi
tentang hepatitis:
• Kegiatan baru, sosialisasi dilaksanakan pada saat ada
pertemuan diare
 Kab/kota yang melakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C
(DDHBC) pada bumil dan kelompok berisiko
• Dana Dekon 2016, pengembangan ke 8 kab/kota
(Surabaya, Sidoarjo, Kab/Kota Mojokerto, Kab/Kota
Malang, Lamongan, Gresik dan Sidoarjo)
• Pertemuan Peningk Kapasitas Petugas Pelaksana
DDHBC sudah dilaksanakan di 6 kab/kota dan sudah
ada yang mulai melaksanakan
 Kab/kota yang melakukan Deteksi Dini
Hepatitis B dan C (DDHBC) pada bumil dan
kelompok berisiko
• BHP, Reagen berupa RDT, HBIG dan
pemeriksaan dipenuhi dari pusat
• Pemeriksaan konfirmasi HBsAg dan Anti
HCV dilaksanakan di BBLK Surabaya
• Penanggung jawab Hepatitis Kab/Kota ???
 Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi dan
atau advokasi tentang diare dan tifoid
 Kab/kota yang melakukan Layanan Rehidrasi
Oral Aktif (LROA):
- 4 kab/kota yang telah menerima LROA Kit
belum melaporkan pelaks.nya (Bondowoso,
Lumajang, Jombang dan Ponorogo)
- Kab/kota dianggap telah melaks LROA Kit
apabila 60% fasyankes nya sudah melak-
sanakan LROA (ada RR nya)
 Peningkatan pelayanan P2 Diare melalui upaya
peningkatan konsumsi zinc dan oralit sebagai
pengobatan yang murah dan efektif untuk diare
pada bayi dan balita
 difasilitasi oleh MI (Micronutrient Initiative)
 10 kabupaten/kota (Pacitan, Ponorogo, Ngawi,
Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember,
Lumajang, Bangkalan dan Pamekasan)
DANA DEKON :
 Advokasi dan Sosialisasi tentang Deteksi Dini
Hepatitis B dan C (DDHBC)
- Pelaksanaan Sosialisasi di 11 Kab/Kota
- Pertemuan Perencanaan & Evaluasi Hepatitis
- Peringatan Hepatitis Day
 Pelaksanaan DDHBC pada Ibu Hamil dan
Kelompok Berisiko
 Pengembangan ke 11 kab/kota
 % kab/kota yang melakukan deteksi dini hep B pada
bumil
- Mohon dikembangkan lebih lanjut melalui dana APBD
II (perencanaan RDT, HBIG dan jejaring berikut RR
nya)
 % orang yang terdeteksi dg HBsAg positif yang
mendapatkan akses perawatan/upaya lanjutan
• pemeriksaan konfirmasi; merujuk hasil konfirmasi pd
layanan lanjutan; perlu mengetahui faskes yg mampu
melakukan tatalaksana Hep B; dapat
dipertimbangkan pengembangan faskes yg mampu
melakukan tatalaksana Hep B pd RS yang mampu
melakukan pengobatan ARV
 % Orang dengan Hepatitis C mendapatkan akses
perawatan/ layanan lanjutan
• termasuk pemeriksaan konfirmasi; lalu merujuk hasil
konfirmasi pd layanan lanjutan; perlu mengetahui
faskes yg mampu melakukan tatalaksana Hep C;
dapat dipertimbangkan pengembangan faskes yg
mampu melakukan tatalaksana Hep C pd RS yang
mampu melakukan pengobatan ARV
 % Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi dan atau advokasi
tentang diare, Tifoid dan Hep A & E
• Agar dibedakan antara advokasi dan Sosialisasi; pengambil
kebijakan, masy umum, kelompok populasi berisiko, nakes; media
yg digunakan; frekwensi
 % kab/kota yg melakukan Layanan Rehidrasi Oral Aktif
(LROA):
• Bimtek, implementasi LROA, RR, peningkatan kapasitas
kader/masy.
 % kab/kota yang melaksanakan SKD KLB
• SOP kab/kota dan puskes; pelatihan petugas;

PROVINSI = DANA DEKON 2017 ???


 % kab/kota yang melakukan kegiatan surveilans Tifoid
pada kelompok masyarakat paling berisiko
• dikoordinir ol BBTKL/BTKL; persiapan & pemilihan kab/kota
dibicarakan dg Dinkes; jejaring kerja/kemitraan; Bimtek; Monev,
laporan hasil disampaikan ke Dinkes
 % kelompok anak sekolah yang melakukan upaya
pencegahan demam Tifoid
• Penyuluhan ke sekolah – sekolah ttg demam Tifoid dan upaya
pencegahan, melalui UKS, Pramuka atau kegiatan ekstra
kurikuler lain; RR; Evaluasi impact
1. Sosialisasi Permenkes 53 Tahun 2015 Tentang
Penanggulangan Hepatitis Virus di Indonesia
2. Intensifikasi upaya advokasi dan sosialisasi
3. Perluasan Kab/kota Pelaksana Det Dini Hep B &
C
4. Kolaborasi Kegiatan dengan Program Terkait
5. Penguatan Jejaring Kerja & Kemitraan
6. Catch up immunization Hepatitis B untuk kelompok
populasi berisiko
10. Peningkatan Akses Layanan Tatalaksana Hepatitis (SDM,
faskes, diagnostik dan obat murah), akses obat murah
(Penyiapan SDM, Penyiapan jejaring layanan, Diagnostik
pendukung)

Anda mungkin juga menyukai