SEKSI P2PM
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
DISAMPAIKAN PADA:
PERTEMUAN PENGELOLA P2 DIARE
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN
PACITAN, 14 FEBRUARI 2017
P2 HEPATITIS untuk Hepatitis virus yang
ditularkan secara parenteral meliputi
Hepatitis B dan C
P2 ISP untuk kelompok penyakit saluran
cerna yang ditularkan secara orofecal
antara lain Hepatitis A, E, Diare, Tifoid,
dll sesuai perkembangan situasi penyakit
menimbulkan dampak kesmas secara
luas
LATAR BELAKANG
KEBIJAKAN
EVALUASI KEGIATAN
RENCANA PENGEMBANGAN
KEGIATAN 2017
Hepatitis Indonesia endemis, Hepatitis A & E sering
muncul sebagai KLB; Hepatitis B & C dapat menjadi
kronis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
serius
Indonesia Negara Pelopor Dikeluarkannya Resolusi
63.18 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Hepatitis Secara
Komprehensif & Co-sponsor Resolusi Hepatitis Ke-2
(67.R6) Tahun 2014 Ttg Perlunya Upaya Konkret dalam
pengendalian Hepatitis
Hasil Riskesdas Biomedis (2013) :
o HBsAg (+) : 7,1%
o Anti HCV (+) : 1,01%.
KRONIS
14 JUTA
KOMPLIKASI
1,4 JUTA
MENINGGAL
14.000/TH
PREVALENSI HBsAg dan HBC DARAH
DONOR
UTD PMI SELURUH INDONESIA TAHUN
2008-2014
5.33
5.00
3.90
4.00
3.40 3.33
3.23 3.18
2.94 3.00
3.00 2.68
2.56 2.55
2.21 2.23 2.16 2.39
2.03
1.92 1.92 1.61 1.93
2.00 1.70
1.65 1.61
1.39
1.00
-
Jakpus Jakut Jakbar Jaksel Jaktim DKI
* Sumber data: laporan Pelaksanaan Kegiatan DDHB Tahun 2013 & 2014, Ditjen PP & PL, Kemenkes
HBsAg (+) PADA BUMIL DAN NAKES DARI HASIL DETEKSI DINI HEPATITIS B
PADA 12 PROPINSI YANG MULAI MELAKSANAKAN DDHB TAHUN 2014
9.00
8.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.37
4.24
4.08
3.76
3.76
3.61
3.50
4.00
3.33
3.03
2.80
2.78
2.76
2.67
2.65
2.56
3.00
2.43
2.42
1.79
1.79
1.73
1.66
1.57
2.00
1.46
0.80
0.79
1.00
0.00
Sumbar Jambi Jateng Jatim Sulsel Kalbar Sumut Bengkulu Papua NTB Jabar Sulut Total
Barat
Bumil Nakes
* Sumber data: laporan Pelaksanaan Kegiatan DDHB Tahun 2014, Ditjen PP & PL, Kemenkes
* Sumber data: Surveilans Hepatitis B & C Pada Kelompok Penasun Tahun 2014, Ditjen PP & PL, Kemenkes
40.00
34.00
35.00
30.00
25.00
20.00
20.00
15.00
10.67
10.40
7.60
7.39
10.00
6.00
5.60
5.20
4.40
4.40
3.94
4.00
4.00
2.80
5.00
0.00
DKI Jakarta Jawa Timur Bali Papua Kepulauan Riau
63.20
60.00
47.23
50.00
40.00
30.00
20.00
5.80
10.00
3.60
1.60
1.60
1.60
1.30
0.79
0.40
0.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
DKI Jakarta Jawa Timur Bali Papua Kepulauan Riau
3.60
3.50
3.20
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.40
0.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
DKI Jakarta Jawa Timur Bali Papua Kepulauan Riau
Others
22%
Neonatal
38%
Pneumonia
14%
Diarrhea
18%
WHO,2006
29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun
29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun
Meningitis/
Encephalitis,
Meningitis, Diare
9.3 Diare 13.3
8.8
17,4
NEC; 10,7
* Penyakit diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi
* Penyebab utama kematian akibat diare
adalah tata laksana yang tidak tepat
baik di rumah maupun di sarana
kesehatan.
* Untuk menurunkan kematian karena
diare perlu tata laksana yang cepat dan
tepat
Banyak penderita Diare dapat
diselamatkan dengan melakukan :
- Penanganan yang efektif di Rumah
Tangga
- Tatalaksana yang tepat di Sarana
Kesehatan
26
INCIDENCE RATE
28
PENY-CARA BESARAN SPESIFIC DX DINI &
PROMOTIF
PENULARAN MASALAH PREVENTIF PROTECTION TATALAKSA
NA
FECAL ORAL -MASY DG
HIEGIENE
HEP A SANITASI, LINGK IPP dg SKD KLB IMM HEP A PD OBATI
SOSIALISASI PX SCR
BURUK
BERKALA
POP RISTI; GEJALA
HEP E -SETIAP BALITA KIE PD POK RISTI
3-4 KALI/TAHUN (PHBS KUALITAS
SAAT KLB
TERKENA DIARE CTPS AIR & MAK
-180/100.000 PENULARAN,
PEND TERKENA PENCEGAHAN) REHIDRASI
DIARE TYPHOID LROA (ORALIT) & ZINC
EMTCT 95% bayi baru lahir HBO<24 jam; 95% bumil lakukan
DDHB; 95% bayi yg lahir dari bumil HBsAg pos diberikan HBO
Setiaptahun terdapat 5 juta bumil, HBsAg
reaktif pada bumil rata – rata 3% maka
setiap tahun terdapat sebanyak 150.000
orang yang 95% potensial mengalami
Hepatitis kronis
ELIMINASI INSIDENS HEPATITIS B
• E-MTCT hep B, HIV & Sifilis 2020
>90% bayi baru lahir mendapatkan HBO <24 jam
setelah kelahirannya
>90% bumil ditawarkan untuk Deteksi Dini Hep B
pada Bumil; >90% bumil melakukan DDHB; >90%
bumil dg HBsAg reaktif bayi mendapatkan HBIg dan
HBO < 24 jam
• >90% populasi berisiko melakukan DDHB;
>90% yg pos melakukan layanan lanjutan;
>90%nya melakukan, pengobatan, vakinasi dan
perilaku hidup bersih dan sehat
ELIMINASI HEPATITIS B & C TAHUN
2030
>90% risti didiagnosa; >90% dirujuk ke
yankes; >90% yg dirujuk diobati; >90%
yang diobati sembuh
>90% Risti melakukan PHBS
Menurunnya insidens Hepatitis C
sebesar 50% pada 2020
TUJUAN PENGENDALIAN &
PENCEGAHAN
TUJUAN UMUM
Melaksanakan kegiatan pengendalian Hepatitis,
secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
• Mencegah terjadinya penularan
• Menurunkan angka kesakitan dan kematian
• Meningkatkan kualitas hidup orang dengan
hepatitis
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi tentang Hepatitis
sebesar 90% pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
Deteksi Dini Hepatitis B dan C pada kelompok
populasi berisiko sebesar 80% pada tahun
2019.
3. Meningkatnya Propinsi yang melaksanakan
pengamatan Hepatitis pada kelompok paling
bersiko sebesar 100% pada tahun 2019
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi sebesar 90%
pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang mempunyai
LROA menjadi 90% pada tahun 2019.
3. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
SKD KLB sebesar 90% pada tahun 2019
4. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
kegiatan pencegahan Tifoid sebesar 30% pada
tahun 2019
5. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
pengamatan Tifoid pada populasi berisiko
sebesar 30% pada tahun 2019
N INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
O
ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN
2020, ELIMINASI HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang melakukan 3 10 20 40 80 90
sosialisasi dan atau advokasi ttg
hepatitis.
2 Jumlah Propinsi yang melakukan 7 14 21 28 34 34
kegiatan surveilans Sentinel
Hepatitis pada populasi beresiko
3 % Kab/kota yang melakukan 3 10 20 40 80 90
deteksi dini hep B pada bumil
4 % Kab/kota yang melakukan NA 10 20 40 80 90
deteksi dini hep B dan C pada
populasi beresiko
5 % orang yang terdeteksi dg NA 2,5 5 10 20 30
HBsAg positif yang mendapatkan
akses perawatan/upaya lanjutan
6 % Orang Dengan Hep C NA 5 10 20 40 60
mendapatkan akses
N INDIKATOR 201 2015 2016 201 2018 201
O 4 7 9
a. Menurunnya angka kematian balita akibat diare sebesar 50% dari
kondisi saat ini
b. Menurunnya angka kesakitan demam tifoid pada anak sekolah
sebesar 30% dari kondisi saat ini
1 % Kab/kota yang NA 10 20 40 80 90
melaksanakan sosialisasi dan
atau advokasi tentang diare,
Tifoid dan Hep A & E
2 % Kab/kota yg melakukan NA 10 20 40 80 90
Layanan Rehidrasi Oral aktif
3 % Kab/kota yang NA 10 20 40 80 90
melaksanakan SKD KLB
4 % Kab/kota yang melakukan NA 2,5 5 10 20 30
kegiatan surveilans Tifoid pada
kelompok masyarakat paling
berisiko
5. % kelompok anak sekolah yang NA 2,5 5 10 20 30
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
1 % Kab/kota yang Sosialisasi dan atau advokasi dilakukan pada masyarakat dan atau Jumlah kab/kota yang
melaksanakan pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan. melaksanakan sosialisasi
advokasi dan atau Suatu kab/kota melakukan sosialisasi apabila kab/kota paling tidak dan atau advokasi
sosialisasi dalam 1 tahun melakukan kegiatan : tentang diare dibagi
pengendalian diare Sosialisasi dan atau advokasi tentang diare ke masyarakat dan jumlah kab/kota yang
atau pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan ada di Indonesia dikali
a. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara langsung dengan 100 %
melakukan penyuluhan atau diseminasi atau
b. Dengan radio spot, running text di TV, TV spot, talk shw, leaflet,
poster, baliho/spanduk dll media
c. Materi yang disampaikan tentang diare, cara penularan,
pencegahan, tatalaksana diare yang dapat dilakukan
2 % kab/kota yang LAYANAN REHIDRASI ORAL adalah merupakan salah satu layanan Jumlah kab/kota dengan
mempunyai yang ada di puskesmas, pustu, posyandu, poskesdes yang LROA, dibagi jumlah
layanan rehidrasi memberikan: 1) layanan rehidrasi oral pada masyarakat/balita yang kab/kota yg ada di
oral aktif mengalami diare, 2) memberikan konseling rehidrasi, 3)memberikan Indonesia, dikalikan
penyuluhan tg diare, upaya pencegahan dan pertolongannya. 100%
LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF adalah layanan rehidrasi oral
yang PALING TIDAK memberikan layanan 2 layanan yaitu 1. layanan
rehidrasi oral dan
2) atau 3)
KAB/KOTA LROA aktif, apabila di kab/kota tersebut paling tidak
terdapat 60% dari jumlah puskesmas + pustu + posyandu/poskesdes
melakukan LROA
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
3 % Kab/kota yang Yaitu prosentase kab/kota yang menerima data data diare Jumlah kab/kota yg
melaksanakan secara tepat waktu. KAB/KOTA MAMPU melakukan SKD Menerima data diare
SKD KLB diare KLB Diare adalah Kab/kota 90% Puskesmas yg ada secara tepat waktu,
diwilayahnya mengirimkan data diare secara tepat waktu. dibagi jumlah kab/kota
KETERANGAN: yg ada di Indonesia,
1. SKD KLB, adalah merupakan Sistem Keswaspadaan Dini, dikalikan 100%
untuk mencegah terjadinya KLB, mencegah meluasnya KLB
yang terjadi, dan mengurangi akibat terjadinya KLB.
2. SKD KLB dilakukan dg melakukan analisa data atau
informasi terkait dg penyakit sebagai indikator awal akan
terjadinyan KLB
3. Kab/Kota yg menerima data dari Puskesmas yg ada
diwilayah, dianalisa sebagai early warning dalam memantau
ada tidaknya SKD KLB diare.
1. Review dan memperkuat aspek
2. Advokasi, sosialisasi, KIE
3. Melaksanakan deteksi dini Hepatitis
4. Pemberian perlindungan khusus
5. Tatalaksana penyakit
6. SKD dan penanggulangan KLB
7. Pengamatan penyakit
8. Penguatan SDM
9. Pengelolaan logistik
10. Monev
EVALUASI
KEGIATAN
JAWA TIMUR
2015 - 2016
Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau
advokasi tentang hepatitis:
• Kegiatan baru, sosialisasi dilaksanakan pada saat
ada pertemuan diare
• Perlu advokasi @ kab/kota ke stake holder
pentingnya pemutusan rantai penularan hepatitis
B secara vertikal
Kab/Kota yang melakukan kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B (DDHB)
• Dana Dekon hanya Kota Surabaya
BHP, HBIG dan pemeriksaan dipenuhi dari pusat
Karena dibintang maka pelaksanaan DDHB hanya
sebentar juga reagen di BBLK expired akibatnya
ada penumpukan HBIG
Pemeriks lanjutan RS Dr Soetomo t’kendala alat
RR perlu ditingkatkan
PERHITUNGAN :
- Alokasi : 22.000 sampel
- Realisasi : 6.989 sampel
- Capaian : 31,77%
Mahasiswa
Kesehatan 7,87%
Ibu Hamil
32,20%
Napza Suntik
1,79%
Petugas Kesehatan
SAMPEL 154,05%
22.000
Waria 9,39%
Penderita
Keluarga
IMS 1,99%
penderita
ODHA Hepatitis
1,32% 10,88%
HASIL REAKTIF :
- Sampel : 6.989 sampel
- Reaktif : 211 sampel
- Capaian : 3,02%
HASIL REAKTIF :
SASARAN SAMPEL REAKTIF %
Bumil 2834 91 3,21
Nakes 3389 92 2,71
Keluarga 176 13 7,39
Mahasiswa 426 6 1,41
IMS 34 2 5,88
Waria 51 1 1,96
LSL 24 3 12,50
WPS 30 1 3,33
ODHA 16 2 12,50
Penasun 9 0,00
6989 211 3,02
Kab/Kota yang melakukan kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B (DDHB)
• ANC Terpadu (Kab Ngawi, Kab Magetan)
Hanya sebatas pengadaan RDT saja
HBIG belum teranggarkan sehingga harapan pe-
mutusan rantai penularan secara vertikal sulit
karena HBIg harus dibeli secara mandiri dan
harganya cukup mahal
RR ???
Alur ???
Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi
dan atau advokasi tentang diare dan tifoid
Kab/kota yang melakukan Layanan
Rehidrasi Oral Aktif (LROA):
- Dana Dekon : 4 Kab/Kota dapat alokasi
LROA Kit (Bondowoso, Lumajang,
Jombang dan Ponorogo)
Kab/kota yang melaksanakan SKD KLB
- ???
Tidak semua kab/kota melaporkan RR P2 Diare dan
Tifoid, sehingga data tahun 2015 yang disajikan oleh
Seksi P2 Dinkes Provinsi Jawa Timur tidak bisa
menggambarkan keadaan Jatim yang sebenarnya
50
0
Bangkalan
177
Banyuwangi
101
Batu / k
47
Blitar
90
Blitar/k
0
Bojonegoro
47
Bondowoso
147
Gresik
126
Jember
116
Jombang
91
Kediri
84
Kediri/k
80
Lamongan
Lumajang
114114
Madiun
Madiun/k 67
176
Magetan
83
Malang
66
Malang/k
84
Mojokerto
228
Mojokerto/k
101
Nganjuk
82
Ngawi
30
Pacitan
79
Pamekasan
60
Pasuruan
56
Pasuruan/k
183
Ponorogo
110
Probolinggo
94
Probolinggo/k
54
Sampang
Sidoarjo
148 150
Situbondo
110
Sumenep
66
Surabaya/k
82
Trenggalek
0
Tuban
77
Tulung Agung
87
RATA-RATA PROV
97
250.00
235.91
199.70
200.00
173.98
150.00
128.85
124.91
110.97 113.34
97.79 100.01
100.00 100.00 100.00 98.38
100.00 96.89 95.01
91.26 93.37
87.13 89.56
86.20
83.19 83.84 84.30 83.13 85.41
79.78 79.35
75.64 76.60 76.64
71.47
31.71
100.00 88.55
Banyuwangi
Batu / k
100.00
Blitar
105.57 107.97
Blitar/k
0.00
Bojonegoro
204.06
Bondowoso
87.79
Gresik
113.29
Jember
101.46
Jombang
Kediri
91.85
Kediri/k
79.03 80.12
Lamongan
44.15
Lumajang
Madiun
0.000.00
Madiun/k
336.02
Magetan
138.84
Malang
159.28
Malang/k
63.12
Mojokerto
73.89
Mojokerto/k
110.71
Nganjuk
246.70
Ngawi
71.67
Pacitan
Pamekasan
1.130.00
Pasuruan
248.33
Pasuruan/k
97.67
Ponorogo
71.44
Probolinggo
222.02
Probolinggo/k
143.10
Sampang
47.21
Sidoarjo
83.93
Situbondo
139.42
Sumenep
108.45
Surabaya/k
165.02
Trenggalek
0.00
Tuban
37.75
Tulung Agung
153.87
Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi
tentang hepatitis:
• Kegiatan baru, sosialisasi dilaksanakan pada saat ada
pertemuan diare
Kab/kota yang melakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C
(DDHBC) pada bumil dan kelompok berisiko
• Dana Dekon 2016, pengembangan ke 8 kab/kota
(Surabaya, Sidoarjo, Kab/Kota Mojokerto, Kab/Kota
Malang, Lamongan, Gresik dan Sidoarjo)
• Pertemuan Peningk Kapasitas Petugas Pelaksana
DDHBC sudah dilaksanakan di 6 kab/kota dan sudah
ada yang mulai melaksanakan
Kab/kota yang melakukan Deteksi Dini
Hepatitis B dan C (DDHBC) pada bumil dan
kelompok berisiko
• BHP, Reagen berupa RDT, HBIG dan
pemeriksaan dipenuhi dari pusat
• Pemeriksaan konfirmasi HBsAg dan Anti
HCV dilaksanakan di BBLK Surabaya
• Penanggung jawab Hepatitis Kab/Kota ???
Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi dan
atau advokasi tentang diare dan tifoid
Kab/kota yang melakukan Layanan Rehidrasi
Oral Aktif (LROA):
- 4 kab/kota yang telah menerima LROA Kit
belum melaporkan pelaks.nya (Bondowoso,
Lumajang, Jombang dan Ponorogo)
- Kab/kota dianggap telah melaks LROA Kit
apabila 60% fasyankes nya sudah melak-
sanakan LROA (ada RR nya)
Peningkatan pelayanan P2 Diare melalui upaya
peningkatan konsumsi zinc dan oralit sebagai
pengobatan yang murah dan efektif untuk diare
pada bayi dan balita
difasilitasi oleh MI (Micronutrient Initiative)
10 kabupaten/kota (Pacitan, Ponorogo, Ngawi,
Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Jember,
Lumajang, Bangkalan dan Pamekasan)
DANA DEKON :
Advokasi dan Sosialisasi tentang Deteksi Dini
Hepatitis B dan C (DDHBC)
- Pelaksanaan Sosialisasi di 11 Kab/Kota
- Pertemuan Perencanaan & Evaluasi Hepatitis
- Peringatan Hepatitis Day
Pelaksanaan DDHBC pada Ibu Hamil dan
Kelompok Berisiko
Pengembangan ke 11 kab/kota
% kab/kota yang melakukan deteksi dini hep B pada
bumil
- Mohon dikembangkan lebih lanjut melalui dana APBD
II (perencanaan RDT, HBIG dan jejaring berikut RR
nya)
% orang yang terdeteksi dg HBsAg positif yang
mendapatkan akses perawatan/upaya lanjutan
• pemeriksaan konfirmasi; merujuk hasil konfirmasi pd
layanan lanjutan; perlu mengetahui faskes yg mampu
melakukan tatalaksana Hep B; dapat
dipertimbangkan pengembangan faskes yg mampu
melakukan tatalaksana Hep B pd RS yang mampu
melakukan pengobatan ARV
% Orang dengan Hepatitis C mendapatkan akses
perawatan/ layanan lanjutan
• termasuk pemeriksaan konfirmasi; lalu merujuk hasil
konfirmasi pd layanan lanjutan; perlu mengetahui
faskes yg mampu melakukan tatalaksana Hep C;
dapat dipertimbangkan pengembangan faskes yg
mampu melakukan tatalaksana Hep C pd RS yang
mampu melakukan pengobatan ARV
% Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi dan atau advokasi
tentang diare, Tifoid dan Hep A & E
• Agar dibedakan antara advokasi dan Sosialisasi; pengambil
kebijakan, masy umum, kelompok populasi berisiko, nakes; media
yg digunakan; frekwensi
% kab/kota yg melakukan Layanan Rehidrasi Oral Aktif
(LROA):
• Bimtek, implementasi LROA, RR, peningkatan kapasitas
kader/masy.
% kab/kota yang melaksanakan SKD KLB
• SOP kab/kota dan puskes; pelatihan petugas;