Anda di halaman 1dari 152

RADIOLOGI

- Mutiara Lirendra 406162115


- Suharlyn Putri 406162038
- Andre Salim 406171026
- Rafika Kurnia 406172007
EDH
Definisi
• Epidural hematoma (EDH) didefinisikan
sebagai adanya penumpukan darah
diantara dura dan tabula interna dari tulang
tengkorak
• Hematom masif akibat pecahnya a.
meningea media atau sinus venosus/

Sastrodiningrat, A. Gofar., 2012 . Neurosurgery Lecture Notes.


Evans, Randolph W., 1996. Neurology and Trauma.
Etiopatogenesis
Contact Injury

Fraktur Scalp

Cedera arteri Cedera vena Ruptur Sinus


meningea media diploica Venosus

Darah masuk ke
Epidural
ruang epidural 
Hematom
menumpuk
Sastrodiningrat, A. Gofar., 2012 . Neurosurgery Lecture Notes.
Evans, Randolph W., 1996. Neurology and Trauma.
Marion, Donald W. 1999. Traumatic Brain Injury.
Menekan jaras
Hemiparese
Herniasi Uncus kortikospinal
Kontralateral
Asendens

Trias
• Lucid Interval (+)
• Dilatasi pupil ipsilateral
• Hemiparese kontralateral
- Penurunan kesadaran
- Pupil anisokor

Sastrodiningrat, A. Gofar., 2012 . Neurosurgery Lecture Notes


Selladurai, Ben. dan Reilly, P., 2007. Initial Management of Head Injury A Comprehensive Guide.
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Polos Kepala
– (+) Fraktur Tulang
• Head CT-Scan
– (+) Gambaran hiperdens berbentuk bikonveks, batas tegas
– Midline terdorong ke sisi kontralateral
– (+) Garis fraktur
• MRI
– (+) Massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi
durameter
– (+) Batas fraktur
Danhert, W., 1993. Radiology Review Manual.
Markam, S., 2005. Kapita Selekta Neurologi.
Mardjono, M. dan Sidharta, P., 2003. Neurologi Klinis Dasar.
Fraktur Linier

Foto Polos Kepala

Gambaran Hiperdens
berbentuk bikonveks

Head CT-Scan
Gambaran Hiperintens
berbentuk bikonveks

MRI
SDH
Penimbunan darah di dalam rongga subdural (di
antara durameter dan arakhnoid)

Sering terjadi akibat robeknya bridging veins yang


terletak antara cortex serebri dan sinus venosus ,
namun dapat juga akibat laserasi pembuluh arteri
pada permukaan otak.

Paling sering terjadi pada permukaan lateral


hemisferium dan bagian temporal (sesuai dengan
distribusi bridging veins)
• Gejala timbul segera <72 jam setelah trauma

AKUT
KLASIFIKASI
• Terjadi pada cedera kepala cukup berat
• Gambaran ct-scan  LESI HIPERDENS

• 4-21 hari sesudah trauma


• Awalnya pasien mengalami periode tidak sadar  perbaikan status neurologi
bertahap  jangka waktu tertentu status neurologis memburuk  penngkatan
TIK  sindrom herniasi dan menekan batang otak
SUB AKUT • Gambaran CT-Scan  LESI ISODENS ATAU HIPODENS

• 21 hari setelah trauma bahkan lebih


• Gejala dapat muncul berminggu mingu ataupun bulan setelah trauma  HATI-
HATI  hematoma lama kelamaan bisa menjadi besar  penekanan dan herniasi
KRONIK • Gambaran CT San  LESI HIPODENS
KLASIFIKASI BERDASARKAN
KETERLIBATAN JARINGAN OTAK KARENA
TRAUMA
• Simple Sub Dural Hematom
• Tidak disertai cedera parenkim otak
SDH
Sederhana

• Complicated Sub Dural Hematom


• Disertai laserasi parenkim otak, perdarahan intraserebral
• > 70% berhubungan dengan SDH akut yang disebabkan
SDH trauma contrecup, dan paling banyak terletak pada lobus
Kompleks temporal dan lobus frontal
ETIOLOGI
 TRAUMA
- Trauma Kapitis
- Trauma tempat lain pada badan yang mengakibatkan terjadinya
geseran atau putaran otak terhadap duramater (JATUH TERDUDUK)
- Trauma leher  Guncangan pada badan
 NON TRAUMA
- Pecahnya aneurysma atau malfomasi PD di dalam ruangan subdural
- Gangguan pembekuan darah dan keganasan maupun perdarah dari
tumor
- Orang tua
- Alkoholik
- Gangguan hati
- Penggunaan antikoagulan
 Pada penderita dengan benturan trauma yang ringan tidak
akan kehilangan kesadaran pada waktu terjadinya trauma.
SDH dan lesi massa intrakranial lainnya yang dapat membesar
hendaklah dicurigai bila ditemukan penurunan kesadaran
setelah kejadian trauma.

 Gejala yang timbul tidak khas dan merupakan manisfestasi


dari peninggian tekanan intrakranial seperti:
sakit kepala
mual
muntah
vertigo
papil edema
diplopia akibat kelumpuhan n. III
epilepsi, anisokor pupil, dan defisit neurologis lainnya, kadang
kala dengan riwayat trauma yang tidak jelas, sering diduga
tumor otak.
HASIL CT SCAN
 SDH Akut
Perdarahan subdural akut pada CT-scan kepala (non
kontras) tampak sebagai suatu massa hiperdens
(putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit
sepanjang bagian dalam (inner table) tengkorak dan
paling banyak terdapat pada konveksitas otak di
daerah parietal.

Subdural hematom berbentuk cekung dan terbatasi


oleh garis sutura.

Jarang sekali, subdural hematom berbentuk lensa


seperti epidural hematom dan biasanya unilateral.
 SDH Sub Akut

Di dalam fase subakut perdarahan subdural menjadi


isodens terhadap jaringan otak sehingga lebih sulit dilihat
pada gambaran CT. Oleh karena itu pemeriksaan CT
dengan kontras atau MRI sering dipergunakan pada kasus
perdarahan subdural dalam waktu 48 – 72 jam setelah
trauma kapitis. Pada gambaran T1-weighted MRI lesi
subakut akan tampak hiperdens.

Pada pemeriksaan CT dengan kontras, vena-vena kortikal


akan tampak jelas dipermukaan otak dan membatasi
subdural hematoma dan jaringan otak.
 SDH KRONIK

Pada fase kronik lesi subdural menjadi hipodens dan


sangat mudah dilihat pada gambaran CT tanpa kontras.

Sekitar 20% subdural hematom kronik bersifat bilateral


dan dapat mencegah terjadi pergeseran garis tengah.
Seringkali, hematoma subdural kronis muncul sebagai lesi
heterogen padat yang mengindikasikan terjadinya
perdarahan berulang dengan tingkat cairan antara
komponen akut (hyperdense) dan kronis (hipodense).
 MRI

MRI dapat membantu mendiagnosis bilateral


subdural hematom kronik karena pergeseran
garis tengah yang kurang jelas pada CT-scan.
SAH
• Perdarahan Subarakhnoid merupakan
gangguan mekanikal system vaskuler pada
intracranial yang menyebabkan masuknya
darah ke dalam ruang subarachnoid.
• Perdarahan subarachnoid secara spontan
sering berkaitan dengan pecahnya aneurisma
(85%). kerusakan dinding arteri pada otak.
Dalam banyak kasus PSA merupakan kaitan
dari pendarahan aneurisma.
• Gejala prodromal : nyeri kepala hebat dan perakut, hanya 10%,
90% tanpa keluhan sakit kepala.
• Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak sadar
sebentar, sedikit delirium sampai koma.
• Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk, tanda kernig
ada.
• Fundus okuli : 10% penderita mengalami edema papil beberapa
jam setelah pendarahan. Sering terdapat pedarahan subarachnoid
karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior, atau
arteri karotis interna
• Gejala-gejala neurologik fokal : bergantung pada lokasi lesi.
• Gangguan fungsi saraf otonom : demam setelah 24 jam, demam
ringan karena rangsangan meningen, dan demam tinggi bila pada
hipotalamus. Begitu pun muntah,berkeringat,menggigil, dan
takikardi, adanya hubungan dengan hipotalamus
• Gambaran CT Scan Perdarahan Subarakhnoid
Menggambarkan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam
ruang subarachnoid. Tampak area linear berdensitas tinggi yang
multipel pada sulkus serebri. Hiperdens di sisterna basalis, fisura sylvii,
fisura interhemisfer, dan sulkus kortikalis
ICH
• Perdarahan pada parenkim otak
• Dapat melalui sistem ventrikular atau permukaan kortikal
• Non traumatic ICH menyebabkan 10-15% stroke
• Pertama Akibat ruptur dari pembuluh darah akibat hipertensi
aterosklerosis hipertensi amyloud hypertension
• Kedua akibat koagulopati, malformasi vaskular, tumor
• Dapat menyebabkan aneurisma yang berbarengan dengan SAH
• Dapat terjadi di putamen, talamus, pons, cerebellum, dan perlu
dilihat juga pada fisura sylvii, sisterna basalis
• Tanda & gejala : TIA like symptom sebagai impending haemorrage,
kemudian muncul gejala saat sedang aktivias, penurunan
kesadaran, defisit neurologis sesuai dengan lokasi perdarahannya
• Pemeriksaan : CT non contrast tampak hyperdens blood pada
parenkim, bisa tampak spot sign
PNEUMOTORAX
• Adanya udara di rongga pleura
• Dibedakan :
1. Pneumotoraks spontan
2. Udara lingkungan luar masuk ke rongga paru
3. Masuknya udara melalui mediastinum
4. Udara berasal dari subdiafragma karena
adanya robekan lambung
• Gambaran radiologi
1. Avascular pattern -> rongga pleura sangat translusen dengan tak
tampak gambaran pembuluh darah paru. Tampak garis putih tegas
membatasi pleura visceral yang membatasi paru yg kilpas.
2. Pleural line
3. Paru-paru berwarna abu-abu bila masih berisi udara. Bila kolaps
lengkap pneumotoraks ini menekan pulmo sampai sekecil-kecilnya
sehingga merupakan gambaran suatu bulat opaque kecil di daerah
hilus.
4. Jantung terdorong ke arah berlawanan (kontralateral), spatium
intercostal melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
5. Jika luas menekan jaringan paru ke arah hilus/ paru menjadi
kolaps ke arah hilus
Gambar Thoraks Normal True Pneumothorax Line
Garis Pleura Viceral
Pada Pneumothorax
Gambar 7. Erect Projection

Adanya sudut deep


costophrenic pada
posisi telentang
mungkin satu-satunya
tanda pneumotoraks

Gambar 8. Supine Projection


Gambar. Deep Sulcus Sign
Dalam posisi terlentang, udara dalam pneumotoraks yang relatif besar
dapat mengumpul di anterior dan inferior dada dan menggusur sulkus
kostofrenikus inferior, sementara pada saat yang sama menghasilkan
peningkatan lucency sulkus (panah hitam). Ini disebut tanda sulcus
mendalam dan merupakan tanda dari pneumotoraks pada radiografi
terlentang. Perhatikan bagaimana jauh lebih rendah sulkus kostofrenikus
kiri muncul dari sulcus kanan (panah putih).
Beberapa kemungkinan yang mengarah
pada kesalahan diagnosa pneumothoraks :
1. Pada beberapa penyakit
seperti :
• Bullous desease of the lung
• Kista yang besar di paru
• Emboli paru yang dapat
menyebabkan kurangnya
perfusi menyebabkan
menurunnya pembuluh darah
yang terlihat di bagian tertentu
pada paru

Gambar. Penyakit Bullosa


2. Lipatan Kulit

Sebuah lipatan kulit dapat meniru garis pleura;


biasanya, pasien asimtomatik

Gambar . A. Lipatan kulit meniru


pneumotoraks dan B. true pneumotoraks
3. Mengira bahwa perbatasan medial
scapula merupakan pneumothoraks

Gambar. Tepi Scapula Mirip Dengan


Pneumothoraks
Tipe Pneumotoraks :

Gambar. Simple Pneumothoraks dengan Gambar 17. Tension Pneumothoraks


tidak ada pergeseran
Ada pneumothorax sisi kiri besar (panah
putih) dengan tidak ada pergeseran dari
jantung atau trakea ke kanan. Ada
emfisema subkutan terlihat di wilayah bahu
kiri (panah hitam).
Tanda Tension Pneumotoraks Berdasarkan Gambar
:
• paru kiri benar-benar dikompresi (panah).
• trakea terdorong ke kanan (panah)
• Jantung tergeser ke sisi kontralateral - perhatikan
batas jantung kanan terdorong ke kanan (garis
merah)
• hemidiafragma kiri tertekan (garis oranye)
PNEUMONIA
• Radang paru dengan etiologi
- bakteri, virus, protozoa, bahan kimia, lesi
kanker, dan radiasi ion
• Gambaran radiologis :
1. Air Space Pneumonia
2. Bronkopneumoni
3. Pneumonia Interstitial
• Air space pneumonia
- Disebabkan pneumokokus -> eksudat yg menyebar melalui kanal
komunikasi. Menyebar sapai ke perifer paru dan tampak distriusi
non segmental.
- Tampak infiltrat di parenkim paru perifer yg semiopak, homogen
tipis seperti awan, batras tegas, nagian perifer lebih opak, di bagian
sentral.
- Konsolidasi parenkim paru tanpa melibatkan jalan udara -> air
bronkogram
- Tampak pelebaran dinding bronkiolus, tidak ada volum loss

• Bronkopneumonia
- Tampak infiltrat peribronkial yang semiopak dan inhomogen di
daerah hilus yang menyebabkan batas jantung menghilang
(silhoutte sign)

• Pneumonia Interstitiel
- Ditandai dengan pola linear atau retikuler pada parenkim paru.
- Pada tahap akhirm, dijumpai penebalan jaringan interstitiel sebagai
densitas noduler kecil.
`
EFUSI PLEURA
• Cairan yang berlebihan/penambahan volume
cairan di rongga pleura
• Penyebab : infeksi, tumor, metastase, sistemik
(hambatan aliran getah bening, ginjal,
penyakit hati, gagal jantung), trauma
• Macam cairan pleura : transudat, eksudat,
cairan getah bening, dan darah
• Gambaran radiologis
- Tampak perselubungan semiopak, homogen,
menutupi paru bawah yang relatif radioopak
dengan aras cekung, berjalan dari lateral atas ke
medial bawah (meniscus sign) -> garis lengkung,
bagian perifer lebih tinggi dari bagian sentral
berbentuk konkaf.
- Sinus costofrenikus tumpul.
- Mendorong mediastinum ke kontralateral, paru
terdorong ke arah sentral atau hilus
ATELEKTASIS
• Kolapsnya paru atau ekspansi paru tak
lengkap. Sering disebabkan obstruksi bronkus
dan kompresi pada jaringan paru.
• Etiologi : bronkus tersumbat, tekanan
ekstrapulmoner, paresis gerakan napas.
• Gejala : hipotensi, takikardi, nyeri pada daerah
yg terekna, sianosis
• Gambaran radiologi :
1. Pengurangan volume bagian paru sehingga
timbul bayangan lebih suram (densitas tinggi)
2. Pergeseran fisura melebar
3. Pergeseran ke arah atelektasis
4. Elevasi hemidiafragma
5. Sela iga menyempit
6. Pergeseran hilus
7. Hiperaerasi kompensatori terhadap parenkim
paru sekitar.
ILEUS OBSTRUKTIFUS
• Berasal dari kata eileos = tergulung. Hambatan pasase usus yang
disebabkan obstruksi lumen usus ataui gangguan peristaltik usus.
• Dibedakan menjadi
1. Small bowel obstructive
Bisa disebabkan : hernia inkarserata, adhesi, invaginasi/intususepsi,
benda asing, volvulus, atresia, radang kronis
2. Large bowel obstructive
Bisa disebabkan :karsinoma rektosigmid, volvulus, divertikulitis, striktur
rektum

Tanda & Gejala :


1. Small bowel obstructive : mual-muntah, tidak bisa BAB dan
flatus, kembung, nyeri abdomen yg tidak bisa ditunjuk
PF : distensi, DC+ DS+, BU meningkat, metalik sound+, hipertimpani,
NT- defans-
2. Large bowel obstructive : kembung, tidak bisa BAB dan flatus
PF : distensi, BU meningkat, bisa terdapat DS+ DC+
• Usus Halus : letak di sentral, plika sirkularis, diameter < 3cm
• Usus besar : letak di perifer, diamater < 6 cm, incisura dan haustra,
plika semilunaris

• Gambaran Radiologi
1. Small bowel obstructive
- Dilatasi usus halus (pelebaran lumen) > 3cm dengan letak di sentral
tampak gambaran valvula conniventes
- Tampak udara di usus halus meningkat
- Tampak gambaran coil spring dan herring bone
- Multiple air fluid level
- Step ladder sign

2. Large bowel obstructive


- Dilatasi usus besar (kolon) pelebaran lumen > 6 cm dengan letak di
perifer
- Tampak gambaran haustra
- Multiple air fluid level
Small bowel obstructive ec susp massa

AP LLD
Small bowel obstructive
• Jenis Foto : Supine & LLD
• Deskripsi :
– Jumlah udara meningkat
– Distribusi udara tidak normal
– Terdapat gambaran coil spring
yang membentuk herring bone
appearance
– Terdapat gambaran air fluid level
yang membentuk step ladder
pattern
AP
Small bowel obstructive

• Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan


(sumbatan paling distal di iliocecal junction)
dan kolaps usus dibagian distal sumbatan.
• Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi
memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk
gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus
yang sirkular menyerupai kostanya.
• Tampak gambaran air fluid level yang
pendek-pendek yang berbentuk seperti
tangga disebut juga step ladder appearance
karena cairan transudasi berada dalam usus
halus yang mengalami distensi
Large bowel obstructive
Large bowel obstructive
Large bowel obstructive

• Tampak dilatasi usus di


proksimal sumbatan (sumbatan
di kolon) dan kolaps usus di
bagian distal sumbatan.
menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra
dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta dan gambaran
penebalan usus besar yang juga
distensi tampak pada tepi
abdomen.
ILEUS PARALITIK
• Gangguan peristaltis/ parese
• Tanda gejala : kembung, tidak bisa BAB dan
flatus
• PF distensi, BU menurun, NT-, defans-
• Jenis Foto : Supine
• Deskripsi :
– Jumlah udara meningkat
– Distribusi udara tidak normal
• Jenis Foto : LLD
• Deskripsi :
– Jumlah udara meningkat
– Distribusi udara tidak normal
– Terdapat gambaran air fluid level yang membentuk
line up
Colon in loop
• Pemeriksaan radiografi dari colon dengan
menggunakan bahan kontras (barium)

• Terbagi menjadi :
– Kontras tunggal
• Kontras yang digunakan hanya barium
– Kontras ganda
• positive contrast: barium
• negative contrast: air or CO2
Colon in loop
indikasi
• polyps
• colorectal cancer
• diverticular disease
Persiapan

• Pasien mengonsumsi makanan konsistensi lunak, rendah


serat,
• Minum air sebanyak mungkin
• Pemberian pencahar.
• Jam 20.00 makan malam terakhir
• Jam 22.00 konsumsi MgSO dan mulai puasa
• Tidak boleh merokok
Single contrast Procedure
• Pasien diposisikan supine, dibuat foto pendahuluan.
• Kemudian miring kearah kiri dengan lutut kanan fleksi dan diletakkan di
depan lutut kiri.
• Irrigator dipasang, volume barium sulfat 400 ml of 100% w/v barium
added to 1600 ml of water (2000 ml total)
• Rectal tube dipolesi Vaseline, dimasukkan melalui anal kedalam rectum.
• Klem irrigator dibuka, barium akan mengalir masuk ke dalam rectum.
• Dikontrol dengan fluoroscopy
• Bila pengisian barium sulfat telah mencapai ileo-caecal, klem ditutup
kembali, dibuat foto full filling dari colon.
• Barium dikeluarkan
• Dibuat foto post evacuasi.
• left lateral view of rectum
• LPO of mid sigmoid
• RPO of rectosigmoid junction
• RPO of descending colon and splenic flexure barium flows
through the transverse colon and into the ascending colon,
• LPO of hepatic flexure
• AP views of transverse colon the contrast should continue
to flow until it reaches the cecum and the ileocaecal valve
• AP and/or oblique views of the ascending colon, caecum,
and possibly the terminal ileum
double contrast Procedure
• Metode satu tahap
– Dibuat foto pendahuluan : abdomen posisi AP
– Prosedur pemasukan bahan kontras positif sama dengan
metode kontras tunggal
– Klem selang irigator dibuka bahan kontras(+) akan mengalir 400
ml masuk ke dalam rektum dikontrol dengan fluoroscopy
– Bila kontras media positif telah mencapai colon transversum
klem ditutup,meja diposisikan horizontal,lalu pompakan udara
dengan menggunakan reguler sphygnomomanometer bulb.
– Dengan memposisikan pasien
– Foto-foto dibuat dengan posisi-posisi
double contrast Procedure
• Metode dua tahap
– Prosedua awal pemasukan bahan kontras positi f dan
pengambilan foto sama dengan metode satu tahap
– Bila bahan kontras telah mencapai ileo caecal, klem
selang irigator di tutup,kemudian di buat foto “full
filling” dengan posisi pasien supine
– Kemudian pasien evacuasi
– Setelah colon kosong,pompakan udara melalui anus,
sampai terjadi distensi usus
– dibuat foto post evacuasi dengan posisi pasien supine.
• sigmoid colon • splenic flexure,
– LPO – erect RPO
– RPO – proximal descending colon,
– prone erect RPO
• rectum • caecum
– prone – LPO
– lateral – prone
• hepatic flexure, • rectum,
– erect LPO – tip out supine
• distal ascending colon, – right lateral
– erect LPO

• mid transverse colon,


– erect or supine
FOTO PENDAHULUAN
FOTO PENDAHULUAN
OMD (Oesophagus, Maag, Duodenum)
• suatu pemeriksaan radiografik esofagus, maag
dan duodenum dengan menggunakan kontras
• Dibagi menjadi pemeriksaan :
– Single contrast
– double contrast
OMD
• Indikasi
– Gastritis
– Divertikula
– Neoplasma
– Ulcers
Persiapan
• Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan ( kooperatif )
• 2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah
serat
• pasien puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan
• Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat –
obatan steroid
• diberikan zat laxative.
• Tidak boleh merokok
Prosedur pmeriksaan single contrast
• Dibuat foto polos abdomen
• Pasien diberi media kontras 1 gelas
• Pasien diinstruksikan minum 2 – 3 teguk media
contrast, dilakukan manipulasi agar seluruh
mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat
foto yang diperlukan
• pasien minum sisa barium untuk melihat
pengisian penuh dari duodenum.
• Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan
meja dapat disudutkan sehingga seluruh aspek
oesophagus, lambung dan duodenum terlihat
Prosedur pmeriksaan double contrast
• Setelah minum media kontras positif, pasien
diberi bubuk carbonat dsb untuk
menghasilkan efek gas
• Pasien diposisikan dan diinstruksikan untuk
berguling – guling 4 – 5 putaran sehingga
seluruh mukosa terlapisi.
• Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi
sesuai
• Proyeksi :
– PA
– Lateral erect
– LPO
– RAO
– AP
esofagografi
• merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi
struktur dan abnormalias fungsi esofagus
dengan cara memasukkan bahan kontras
esofagografi
Indikasi
• Achalasia
• Anatomic Anomalies
• Foreign Bodies
• Carcinoma
• Dysphagia
• Esophagitis
• Refluks
• Spasme oesophagus.
Teknik Pemeriksaan
• Pasien diberikan Barium Sulfat, instruksikan
untuk minum beberapa teguk
• Pengambilan gambar radiografi dilakukan
pada daerah-daerah yang dicurigai ada
kelainan dengan posisi:
– AP/PA,
– Lateral,
– RAO
– LAO
AP RAO
Appendikografi
• Teknik pemeriksaan radiologi untuk melihat
appediks dengan menggunakan kontras media
positif barium sulfat .

• Indikasi : appendisitis
• Kontraindikasi : perforasi appendiks
Persiapan Appendikografi
• Malam hari 12 jam sebelum pemeriksaan
pasien minum barium sulfat yang diencerkan
1:1
• Setelah itu puasa sampai pemeriksaan
dilakukan
• Proyeksi :
– PA/AP
– RPO
Urethrografi
Persiapan
• Informed consent
• Tidak perlu perubahan diet dan aktivitas
• Mengganti pakaian dengan pakaian khusus
Cara Pemeriksaan
• Uretra yang akan diperiksa di bersohkan dengan antiseptik.
Kateter flexible dimasukkan ke dalam ujung penis/OUE
sedalam 1-2 cm
• Kontras (urografin) 150-200 ml dimasukkan melalui kateter,
sampai VU.
• Foto diambil saat pengisian kontras dengan posisi AP, Oblik
kanan dan kiri
IVP
Persiapan
• Pemeriksaan ureum kreatinin
• Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk
membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
• Pasien tidak diberi minum mulai jam 22:00 malam sebelum
pemeriksaan untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
• Keesokan harinya pasien puasa, mengurangi bicara dan merokok
• Pada pasien bayi dan anak diberi minum yang mengandung
karbonat untuk mendistensikan lambung dengan gas
• Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement
• Skintest intrakutan
Pelaksanaan
• Pasien diminta mengosongkan kandung kemih
• Dilakukan foto BNO
• Injeksi kontras IV
• Diambil foto pada menit ke 5,15,30 dan 45
• Menit ke 5: menilai nefrogram dan sistema
pelvococalices (SPC)
• Menit ke 15: menilai SPC dengan kedua ureter
• Menit ke 30: menilai ureterovesico junction
• Menit ke 45: menilai VU
Micturating Cystourethrografi (MCU)
Prosedur
• Under aceptic conditions, catheterize the urinary bladder with
patient in supine position
• Push the diluted contrast medium slowly under fluoroscopic
guidance
• Ask the patient to inform you when he has urge to micturate
• Ask the patient to micturate in a urine receiver in an erect oblique
position
• Spot images are taken during micturation in right and left oblique
projection and any reflux is recorded
• Finally, a full length view of the abdomen is taken to demonstrate
any undetected reflux of the contrast medium that might have
occurred in the kidneys and to record the post micturition residue
Bipolar urethrocystography
Persiapan Pasien
• tidak ada persiapan khusus
• vesica urinaria dikosongkan semaksimal mungkin
Prosedur
• Uretrocystografi bipolar menggunakan 2 arah pemasukan media kontras
yaitu cystografi secara antegrade melalui kateter cystotomi dan uretrografi
secara retograde yaitu melalui uretra. Kontras yang dimasukkan ke dalam
vesica urinaria melalui kateter cystostomy yaitu 200 cc, sedangkan untuk
pemasukan kontras kedalam uretra yaitu kontras yang ada pada spuit
sebanyak 20 cc didorong secara perlahan melalui meatus uretra eksterna,
tetapi kontras hanya mengisi uretra sebanyak 8 cc. pada pemeriksaan
bipola uretrocystografi, saat pemasukan kontras kedalam vesica urinaria
pasien disuruh mengejan jika vesica urinaria terasa penuh. Untuk
pemasukan media kontras kedalam uretra pasien juga disuruh mengejan
kemudian pasien difoto dan media kontras tetap didorong sampai terasa
berat untuk mengetahui daerah sumbatan.
AP
RPO
Lateral
Invaginasi / Intususepsi
• Masuknya segmen usus proksimal (kearah oral) kerongga
lumen usus yang lebih distal (kearah anal) sehingga
menimbulkan gejala obstruksi berlanjut strangulasi usus.

• Sering pada anak usia 6 bulan – 2 tahun.


Invaginasi / Intususepsi
• Menurut jenisnya
invaginasi berupa :
– Enteric
– Colic
– Enterocolic
• Ileocaecal
• Ileocolical
• ileo-ileo caecal
Invaginasi / Intususepsi
TRIAS intususepsi
1. Nyeri perut / kolik abdomen
akut bersifat intermiten
2. Defekasi feses campur lendir
atau darah (currant jelly
stool)
3. Terdapat massa pada palpasi
perut atau muntah warna
hijau
Invaginasi / Intususepsi
Foto polos abdomen
• Tanda-tanda obstruksi mekanik usus halus
bagian distal, kadang-kadang tampak sebagai
bayangan meyerupai sosis dibagian tengah
abdomen.

• Multipel air fluid level dan tidak ada bayangan


udara pada bagian distal usus.

• Bayangan masa tubular pada abdomen yang


merupakan bayangan dari usus yang masuk ke
lumen usus yang lain
Invaginasi / Intususepsi
Foto polos abdomen
• Jaringan lunak yang berbentuk sosis di tengah-
tengah foto.

• opasitas jaringan lunak yang besar di kuadran


kanan atas yang tampaK menonjol ke dalam
suatu intralumen (mgkn kolon transversum).

Absence of gas in the


right iliac fossa and
upper quadran.
Invaginasi / Intususepsi
Barium enema (colon in loop)
• Colon In loop berfungsi sebagai:
– Diagnosis : cupping sign, letak invaginasi

– Jika barium dapat melewati tempat obstruksi, mungkin akan diperoleh suatu
coil spring appearance yang merupakan diagnostik untuk intususepsi.

– Terapi : Reposisi dengan tekanan hidrostatik yang tinggi untuk mendorong


usus yang masuk ke arah proksimal, bila belum ada tanda obstruksi dan
kejadian < 24 jam.

• A contrast enema remains the gold standard, demonstrating the


intussusception as an occluding mass prolapsing into the lumen, giving
the "coiled spring” appearance (barium in the lumen of the
intussusceptum and in the intraluminal space). The main absolute
contraindication for an enema is perforation, which needs to be treated
surgically.
Cupping Sign

The meniscus sign at enema examination is analogous to the meniscus sign at plain
radiography and is produced by the rounded apex of the intussusceptum protruding
into the column of contrast material
(b) Image from a barium enema
study performed after partial
reduction of the
intussusception shows the
coiled spring sign.
The coiled spring sign is produced
when the edematous mucosal
folds of the returning limb of the
intussusceptum are outlined by
contrast material in the lumen of
the colon

Coiled Spring Apearance


Invaginasi / Intususepsi
Ultrasonografi (USG)
• Pada scan transversal (potongan melintang) dari invaginasi, gambaran khas
“target’s appearance” atau gambaran seperti kue donat.

• The doughnut is formed by concentric alternating echogenic and hypoechogenic


bands. The echogenic bands are formed by mucosa and muscularis whereas the
submucosa is responsible for the hypoechoic bands.
Invaginasi / Intususepsi
Ultrasonografi (USG)

The crescent is formed by mesentery which is dragged into the


intussusception. It is naturally located only on one side of the
bowel and therefore forms a crescent which is echogenic.

There is a crescent sign in the left upper quadrant. This crescent


sign is not really crescent shaped, but it represents the
intussusceptum protruding into a large gas filled pocket. Note that
the direction of the crescent always points in the direction of
normal colon transit (superiorly if found in the ascending colon,
right to left if found in the transverse colon, and inferiorly if found
in the descending colon).
Invaginasi / Intususepsi
CT Scan
• Gambaran terbaik adalah apa yang disebut sebagai “gambaran usus-dalam-
usus”, di mana lapisan usus yang banyak membentuk cincin konsentris (CT setara
dengan target sign pada ultrasonografi) ketika dicitrakan dari sudut kanan ke
lumen, dan gambaran jaringan lunak seperti sosis ketika dicitrakan longitudinal.

There is a bowel related mass with layers of soft tissue and fat in the right side of the
abdomen (arrow). The initial diagnosis of intussusception was made using ultrasound.
(B) Coronal reconstruction showing the intussusception in longitudinal section
Achalasia
• ketidakmampuan dari lower esophageal sphincter (cincin otot antara esofagus
bagian bawah dan lambung) untuk membuka dan membiarkan makanan lewat ke
dalam lambung. Kegagalan relaksasi batas esofagogastrik pada proses menelan ini
menimbulkan obstruksi fungsional esofagus yang menyebabkan dilatasi bagian
proksimal esofagus tanpa adanya gerak peristaltik.

• Most frequently seen in age 30 to 70 with no gender predilection.


• In most cases, achalasia is idiopathic;
however, an identical appearance is seen in
patients with Chagas disease.
Achalasia
Achalasia can be divided into primary and
secondary (pseudoachalasia):
• primary achalasia is a smooth muscle motility
disorder of the esophagus.
• secondary achalasia is abnormal stricturing of
the gastroesophageal junction, such as tumor
compression or Chagas disease.
Achalasia
Gejala klinis
• Disfagia pada makanan padat dan cair
• regurgitasi
• rasa nyeri (chest pain) atau tidak enak di
daerah retrosternal
Achalasia
Patfis
• Peristalsis in the distal smooth muscle segment of
the oesophagus may be lost due to an abnormality of
the Auerbach plexus (responsible for smooth muscle
relaxation), resulting in weak, uncoordinated
contractions that are uncoordinated and therefore
non-propulsive. The abnormality may also occur in
the vagus nerve or its dorsal motor nucleus.
• The lower oesophageal sphincter eventually fails to
relax, either partially or completely, with elevated
pressures demonstrated manometrically
Achalasia
Foto Polos Thorax

The oesophagus is grossly dilated, There is a large air-filled


tubular structure that represents the dilated esophagus (white
arrows). There are two air fluid levels projected at the level of
the posterior third rib. The gastric bubble is however present.
Achalasia
Barium enema
• Pada pemeriksaan kontras tunggal (SC) esofagus, pasien diminta minum
suspensibarium sulfat kental. Dengan fluoroskopi, kontras tersebut diikuti
sewaktumenyelusuri esofagus sampai tercapai persambungan esofagogastrik
kemudiandibuat potret isi penuh

• barium meal pada achalasia sangat khas, tampak esophagus membesar,


dan meruncing perlahan ke bawah. Esofagus distal memiliki segmen yang sempit
dan gambar menyerupai paruh (burung bird’s beak sign / rat – tail sign).
Achalasia
Barium enema
• Setelah menelan
volume tetap dari
barium, radiografi
berurutan diambil pada
1, 2, dan 5menit. Tiga
panel menunjukkan
kurangnya
pengosongan dengan
kolom tetap daribarium
bertahan di 5 menit.
Achalasia
CT Scan

• CT scan of the chest demonstrates a markedly dilated esophagus


containing barium, debris and a fluid level
Hyaline Membrane Disease (HMD)
• hyaline membrane disease (HMD) juga dikenali sebagai
respiratory distress syndrome (RDS) adalah gangguan respirasi
terutama pada bayi prematur akibat kurangnya surfaktan
sehingga mengakibatkan kolapsnya alveoli

• penyebab utama dari HMD adalah Defisiensi surfaktan


(penurunan produksi dan sekresi)

• Immature type II pneumocytes cannot


produce surfactant. The lack of surfactant increases the
surface tension in alveoli causing collapse. Patients have
a decreased lecithin: sphingomyelin ratio. Damaged cells,
necrotic cells, and mucus line the alveoli.
Hyaline Membrane Disease (HMD)
• Tanda gangguan pernafasan mulai tampak 6-8
jam pertama setelah kelahiran dan gejala yang
karakteristik mulai terlihat pada umur 24-72
jam
• Gejala klinis;
– dispnea atau hiperpnea
– sianosis karena saturasi O2 yang menurun
– retraksi suprasternal
– retraksi interkostal dan expiratory grunting.
Hyaline Membrane Disease (HMD)
Klasifikasi
• Stadium 1: pola retikulogranular (ground
glass appearance.
• Stadium 2: stadium 1 + air bronchogram
• Stadium 3: stadium 2 + batas jantung - paru
kabur
• Stadium 4: stadium 3 + white lung
appearance
Hyaline Membrane Disease (HMD)

Diffuse ground-glass appearance to both


Preterm neonate with complete opacification lungs with multiple air bronchograms
of both hemithoraces. (black arrows). An orogastric tube and
umbilical venous catheter are present.
Hyaline Membrane Disease (HMD)
Intraluminal mass colon
• Tumbuhnya jaringan baru abnormal pada usus
halus yang dapat bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna)
Benigna Maligna Gejala klinis
Leiomyoma 30-35% adenocarcinoma: 30-50% • Kolik abdomen
adenoma: 25% carcinoid tumour: 25-30% intermiten
Lipoma 15% leiomyosarcoma: 10%
Haemangioma 10% lymphoma: 15-20% • Mual dan muntah
• melena
Intraluminal mass colon
Adenocarcinoma
• Stenotic lesion in the duodenum
as a result of an
adenocarcinoma (yellow arrow).
• Not possible to separate from
the pancreas (red arrow).
• Pre-stenotic dilatation of the
duodenum.
Sindrom Aspirasi Mekonium
• Gangguan nafas pada bayi aterm maupun
post-term yang diakibatkan oleh terhisapnya
cairan amnion yang bercampur dengan
mekonial ke dalam saluran pernafasan bayi.
Sindrom Aspirasi Mekonium
Frontal chest shows large
• increased lung volumes
hyperinflated lungs with flattened
hemidiaphragms
• asymmetric patchy pulmonary opacities
may be 'rope like’

Anda mungkin juga menyukai