Anda di halaman 1dari 23

SISTEM KERANGKA DAN KERJA OTOT MANUSIA

Beban otot statis dan otot dinamis.

Disusun Oleh :
Faik Hotul Hikmah (142110101152)
Purwita Dwi Arysca Pratiwi (152110101066)
Inneke Ayuning Wulandari (152110101081)
Stefhanie Aprilia Kusuma (162110101012)
Diana Novitasari (162110101015)
Sistem Otot Rangka Manusia
Part 1
• Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk
Part 2 alat gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh.
• Berdasarkan jenis kontraksinya, otot dapat dibagi atas 3 golongan,
yakni otot jantung, otot rangka (motorik), dan otot polos (otonom).
Part 3 • Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :
1. kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek
2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan
Part 4 kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi.
3. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula
Part 5 setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot
disebut dalam keadaan relaksasi
A. Tulang, Ligamen, dan Tendon
Part 1
Tulang sangat berperan
Part 2 1. Sebagai penyongkong struktur tubuh dan pembentukan formasi
rangka tubuh.
2. Sebagai pelindung organ-organ internal tubuh, seperti otak yang
Part 3 berada dalam tengkorak, jantung dan paru-paru yang berda dalam
tulang dada/rusuk, dan sebagainya.
3. Untuk pergerakan bersama-sama dengan otot, terutama tulang-
Part 4
tulang panjang pada lengan dan kaki.

Part 5
 Jenis tulang diantaranya:
Part 1 1. Tulang panjang (seperti pada lengan dan kaki) yang bekerja
seperti tuas sehingga bisa digunakan untuk menggerakkan
tubuh.
Part 2 2. Tulang pendek (seperti pada pergelangan tangan dan kaki) yang
memiliki kekuatan lebih besar dari tulang panjang namun
Part 3 dengan gerakan terbatas,
3. Tulang pipih (seperti pada tengkorak) untuk perliindungan
organ tubuh, serta
Part 4 4. Tulang dengan bentuk tidak beraturan (seperti tulang belakang).
 Ligemen merupakan jaringan yang menghubungkan antara dua
buah tulang dan berfungsi untuk mempertahankan stabilitas sendi.
Part 5
Otot –otot terhubung pada tulang tendon. Tendon berfungsi untuk
meneruskan gaya dan otot.
B. Otot Rangka
Part 1
 Otot rangka dibentuk oleh kumpulan serat otot (muscle fiber),
jaringan ikat, dan saraf. Serat otot berbentuk panjang dan bulat
Part 2 dengan diameter sekitar 10-100 mikrometer (µm) dan
berisikan elemen kontraksi gerak yang disebut myofibril
Part 3 (diameter 1-2 µm).

 Setiap myofibril memiliki ribuan filament myosin dan actin,


Part 4 yang merupakan molekul protein yang bertanggung jawab
untuk kontraksi otot.

Part 5
Berdasarkan aktivitas geraknya, otot rangka dapat kelompokkan
seperti berikut ini:
Part 1 1. Otot sinergis, yakni otot yang bekerja bersama-sama sesuai
dengan arah yang diinginkan.
Part 2 2. Otot antagonis, yakni otot yang bekerja berlawanan terhadap
otot sinergis.
3. Otot fleksor, yakni otot yang bekerja dengan
Part 3 membengkokkan sendi.
4. Otot ekstensor, yakni otot yang bekerja dengan meluruskan
Part 4 kembali sendi ke posisi awal.
5. Otot abductor, yakni otot yang bekerja dengan menggerakkan
anggota tubuh menjauhi garis tengah tubuh.
Part 5 6. Otot adductor, yaitu otot yang menggerakkan anggota tubuh
mendekati garis tengah tubuh.
Secara ringkas, mekanisme kontraksi otot dapat digambarkan
Part 1 sebagai berikut:
1. Sel saraf (neuron) mengirimkan pesan (implus) melalui serabut
Part 2 saraf mototrik yang diterima oleh cabang saraf motorik pada
otot (neuron muscular junction).
2. Impuls kemudian diteruskan ke serabut otot dalam kelompok
Part 3 mototr unit.
3. Sarkolema (membrane otot) terpolarisasi dan melepaskan
Part 4 sejumlah ion kalsium kepada myofibrils.
4. Ion kalsium memicu proses mengikatnya filament myosin pada
filament actin yang menghasilkan kontraksi.
Part 5 5. Kalsium dipompakan kembali ke dalam membrane otot seiring
dengan lepasnya ikatan myosin dan actin.
C. Gangguan pada sistem otot-rangka
Part 1  Cedera pada otot-rangka yang diakibatkan oleh pembebanan tiba-tiba
biasanya terjadi pada saat melakukan kerja berat yang tidak biasa
dilakukan. Misalnya, mengangkat benda yang sangat berat sambil
Part 2 membungkuk. Bentuk-bentuk cedera yang dapat terjadi berupa hal-
hal berikut:
Part 3 1. Fraktur atau retak/patah tulang, biasanya pada belakang yang
disebut juga fraktur kompresi.
2. Dislokasi sendi, yang mengakibatkan gangguan fungsional gerak
Part 4 dan menimbulkan rasa sakit. Dislokasi sendi biasanya diiringi
kerusakan struktur ligamen di sekitar sendi.
Part 5 3. Otot tertarik atau terkilir akibat gerakan mengentak atau aktivitas
berat yang berlebihan. Kadang-kadang terjadi robekan mikroskopis
pada jaringan otot sehingga menimbulkan perdarahan dalam dan
nyeri pada otot.
 Kelainan otot-rangka dalam jangka panjang diakibatkan oleh
Part 1 pembeban yang berlebih secara berulang-ulang. Berbagai istilah
digunakan untuk penamaannya, seperti: musculoskeletal disorders
Part 2 (MSDs), repetitive strain injuries (RSI) atau cumulative trauma
disorders (CTD), yang pada intinya mengacu pada kelainan yang
terjadi pada jaringan tubuh, seperti otot, saraf, tendon, ligamen,
Part 3 atau sendi tulang belakang akibat pembebanan yang terus
menerus, istilah yang dipakai adalah MSDs.
Part 4
 Berdasarkan jenisnya, gangguan MSDs dapat dibagi atas 4
kelompok, yaitu 1) gangguan pada tendon, 2) gangguan pada
Part 5 sendi, 3) gangguan pada jaringan saraf, dan 4) gangguan pada
jaringan neurovaskuler.
D. Faktor risiko gangguan pada sistem otot-
Part 1 rangka
Terdapat 7 faktor risiko utama gangguan pada system otot-rangka,
Part 2 diantaranya sebagai berikut:
1. Tekanan yang disebabkan oleh posisi kerja (postural stress)
2. Kerja yang menggunakan kekuatan otot secara berlebih (forceful
Part 3 exertions)
3. Gerakan yang dilakukan secara berulang (repetitive exertions)
4. Sikap kerja menahan sesuatu secara statis (sustained/static exertions)
Part 4 5. Tekanan kontak mekanis setempat (localized mechanical contact
stresses)
6. Getaran (vibration)
Part 5 7. Suhu dingin (cold temperature)
Survei Keluhan Otot-Rangka
Part 1
 Survei keluhan otot rangka ditujukan untuk mendapatkanumpan
balik langsung dari pekerja tentang keluhan-keluhan yang
Part 2 dirasakan berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan.
 Hasil survey dapat digunakan untuk hal-hal berikut :
Part 3 1. Indikasi awal untuk menentukan pekerjaan yang tidak
ergonomis.
2. Memilih unit kerja yang menjadi prioritas studi ergonomic.
Part 4 3. Mengetahui secara umum tingkat permasalahan ergonomic di
suatu perusahaan.
Part 5 4. Indikator keberhasilan program ergonomi.
5. Langkah antisipasi dalam meminimalisasi risiko kelainan pada
otot-rangka (MSDs).
Part 1  Salah satu kuesioner yang sering digunakan oleh industri adalah
kuesioner NORDIC. Kuesioner ini menggambarkan secara
lengkap bagian-bagian tubuh secara lengkap yang mungkin
Part 2 dikeluhkan oleh pekerja. Namun pengisiannya sebaiknya
dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan umum yang melingkupi
usia, jenis kelamin, tinggi tubuh, berat badan, tangan yang
Part 3
dominan (kanan atau kiri), lama menangani pekerjaan, lama jam
kerja dsb.
Part 4

Part 5
Part 1

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5
Part 1
Kerja Otot Statis dan Dinamis
Dalam upaya mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh
Part 2 manusia, maka para ahli ergonomi membedakan kerja otot
menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Kerja Statis : Cirinya adalah otot berkontraksi lama
Part 3 sehingga aliran darah kejaringan otot terbatas menyebabkan
kebutuhan oksigen dan pembuangan sisa metabolism
Part 4 menjadi tidak efektif. Kerja statis mempercepat habisnya
adenosin triphoshat dan Creatin phospat. Kerja statis
memerlukan waktu istirahat lebih lama ( Bridger 1995 ).
Part 5 Menurut Tjandra ( 1998 ) pembagian otot skeletal
berdasarkan lokasinya terdiri dari atas : otot leher, bahu,
pinggang, dada, lengan atas bawah, paha dan betis.
 Otot terdiri dari serat otot yang bekerja dengan cara kontrasi yang
Part 1 dilakukan dengan cara statis ( menetap ) dan dinamis ( ritmis,
berirama ). Pada kerja otot secara statis suatu otot menetap
berkontraksi untuk suatu periode waktu secara kontinyu, maka
Part 2 panjang otot akan menjadi tetap, sehingga energi yang dibutuhkan
tidak dapat diperhitungkan berdasarkan besarnya kekuatan.
Part 3
 Otot-otot yang berkontraksi statis tidak mendapat glukosa dan
oksigen dari darah, sehingga harus menggunakan cadangan-
Part 4 cadangan yang ada. Sisa-sisa metabolisme tidak dapat diangkut
keluar melainkan tertimbun. Hal ini mengakibatkan rasa nyeri dan
lelah pada otot. Rasanyeri dan kelelahan ini memaksa untuk
Part 5 menghentikan kerja otot statis.
2. Kerja Dinamis

Part 1 Cirinya adalah otot bekerja secara kontraksi dan relaksasi dengan ritmik
dari otot, sehingga oksigen yang diperlukan dan sisa metabolism yang harus
dibuang menjadi efektif.
Part 2
Kerja otot secara dinamis terjadi pengerutan dan pengenduran otot terjadi
silih berganti, energi kerja yang merupakan hasil perkalian antara selisih
Part 3 panjang otot sebelum dan sesudah kontraksi dengan besarnya kekuatan.
Pada kerja otot dinamis terjadi pemompaan peredaran darah keluar, disertai
Part 4 kerutan yang merupakan kesempatan bagi darah untuk mentransfer oksigen
ke otot sehingga kaya akan tenaga dan sisa-sisa metabolisma dibuang
segera. Sebaliknya, kerja otot dinamis dengan irama yang tepat dapat lama,
Part 5 berkelanjutan tanpa mengalami kelelahan otot. Sehingga secara fisiologis
terbukti bahwa kerja otot statis kurang efisien dari pada kerja otot dinamis
karena lebih cepat menimbulkan kelelahan.
Studi Kasus
Part 1
 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Part 2 Musculoskeletal Disorders (MSDs) di bagian Finishing Unit
Coasting PT Pura Barutama Kudus.
Part 3
 Sumber : Safitri, A dan Eko Prasetyo.2017. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Musculoskeletal
Part 4 Disorders (MSDs) di bagian Finishing Unit Coasting PT Pura
Barutama Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat.2(5):6-14.
Part 5
Kejadian MSDs diketahui bagian tubuh yang paling banyak
dikeluhkan pekerja yaitu pada bagian tubuh dengan presentase leher
Part 1 bagian atas (5%), bahu kanan (5%), punggung (5%), lengan atas kiri
(5%), lengan atas kanan (5%). Keluhan MSDs pada bagian tersebut
adalah bagian tubuh yang sering timbul pada pekerja yang
Part 2
pekerjaannya lebih banyak dilakukan dengan posisi berdiri dan
mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga
Part 3 menyebabkan timbulnya MSDs.

A. Massa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya


Part 4
seseorang bekerja di suatu perusahaan. Terkait dengan itu,
MSDs merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu
Part 5 lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin lama
waktu bekerja atau melakukan pekerjaan yang menoton maka
semakin besar tingkat risiko MSDs pada pekerja, terutama bagi
pekerja yang menggunakan kekuatan yang tinggi.
B. Postur kerja,
Part 1
seperti postur punggung terlalu membungkuk dan leher terlalu
menduduk menyebabkan nyeri otot pada leher, bahu punggung dan
Part 2 pinggang. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
maka semakin tinggi pula risiko keluhan otot skeletal. Pekerjaan
Part 3 dengan beban yang berat mengakibatkan pengerakan tenaga yang
berlebihan dan postur tubuh yang salah seperti membungkuk dan
membawa beban merupakan risiko terjadinya keluhan
Part 4 musculoskeletal dan kelelahan dini.

Part 5
Analisis Studi Kasus:
Part 1
1. What (Apa yang terjadi?) : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) di tempat kerja.
Part 2
2. Who (Siapa yang mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs) ?)
Sampel 26 orang terdiri dari kelompok kasus 13 orang dan kelompok
Part 3 kontrol 13 orang di bagian Finishing Unit Coating PT. Pura
Barutama Kudus.
3. Where (Dimana lingkungan kerja nya?) : Bagian Finishing Unit
Part 4 Coating PT. Pura Barutama Kudus.
4. When (Kapan waktu terjadinya ?) : Maret 2017
Part 5
5. Why (Mengapa bisa pekerja mengalami MSDs?) : Karena
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu postur kerja dan masa kerja.
Part 1 Terjadi pada pekerja yang pekerjaannya lebih banyak dilakukan
dengan posisi berdiri dan mempunyai siklus pengulangan pendek
dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya MSDs dan juga terjadi
Part 2 pada pekerja yang semakin lama waktu bekerja atau melakukan
pekerjaan yang menoton maka semakin besar tingkat risiko MSDs
pada pekerja, terutama bagi pekerja yang menggunakan kekuatan
Part 3 yang tinggi.
6. How (Bagaimana agar meminimalisir pekerja mengalami MSDs?)
Bagi perusahaan, meningkatkan upaya pencegahan paparan yang
Part 4 berlebihan dari risiko MSDs dengan memberlakukan sistem
pengorganisasian kerja, pemberian pelatihan cara pengangkatan
Part 5 dan postur kerja yang baik dan benar, memasang poster besar yang
berkaitan dengan prosedur pengangkatan dan postur kerja yang
baik dan benar kepada seluruh pekerja, serta melakukan
pengawasan agar program berjalan sesuai peraturan.
Part 1 Daftar Pustaka

Part 2 Kuswana S. Wowo. 2015. Ergonomi dan K3 (Kesehatan Keselamatn Kerja).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
 Depkes, 2014. penyakit akibat kerja. jakarta
 Ramlan. 2013. Desertasi . Universitas Airlangga. Surabaya. [online]. tersedia.
Part 3 http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/526/gdlhub-gdl-s2-2013-ramlandjam-26282-
16.-bab.-a.pdf diakses pada tanggal 8 Maret 2018.
 Perhimpunan Ergonomi Indonesia. 2016. Instrumen Survei Gangguan Otot Rangka.
Part 4 [Online]. tersedia http://www.pei.or.id/images/dokumen/instrumen-survei-
keluhan.pdf diakses pada tanggal 9 Maret 2018.
 Yassierli, dan Hardianto Iridiastadi. 2015. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Part 5  Safitri, A dan Eko Prasetyo.2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) di bagian Finishing Unit Coasting PT
Pura Barutama Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat.2(5):6-14.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai