Anda di halaman 1dari 86

MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI 02

Sistem Sistem
kegiatan Jaringan (jalan)

sitem
pergerakan

SistemKelembagaan
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

PENGERTIAN JARINGAN TRANSPORTASI


Defenisi Jaringan: suatu konsep
matematis yang dapat digunakan
untuk menerangkan secara kuan-
titatif suatu sistem yang mem-
JALAN punyai karakteristik ruang
REL
UDARA Transportasi Adalah: suatu kegiatan untuk memindah-
kan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat
lain dan termasuk di dalamnya sarana dan prasarana
AIR yang digunakan untuk memindahkannya

Transportasi
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

• Manusia sebagai pihak yang membutuhkan


1
• Barang yang dibutuhkan
2
• Kendaraan sebagai alat angkut (sarana transportasi)
3
• Lintasan sebagai prasarana angkutan yang dapat berupa Jalan raya, rel, alur
4 pelayaran di sungai dan laut serta bandar udara.

5 • Organisasi atau pengelola angkutan.

Jaringan Transportasi
Jaringan transportasi terdiri dari simpul (node) dan ruas-ruas (link)

Simpul-simpul tersebut mewakili suatu titik tertentu pada ruang dan Ruas adalah garis-
garis yang menghubungkan titik-titik
Pada kondisi tertentu untuk tujuan analisa maka, terkadang ruas-ruas tersebut arahnya
perlu ditunjukkan dalam bentuk busur berarah

Terdapat cara lain dalam menunjukkan suatu jaringan transportasi yaitu cara Matriks
hubungan dan cara matriks simpul-ruas atau simpul busur
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Contoh Jaringan dalam bentuk grafis:  Simpul (node) dapat mencer-


minkan persimpangan, kota
dan fasilitas-fasilitas tetap
1
2
lainnya seperti terminal kereta
(stasion), pelabuhan dan
6 3 bandar udara
 Ruas (link) mencerminkan ruas
Busur (satu jalan antar persimpangan atau
arah) Ruas (dua ruas jalan antar kota, jalan rel
arah) antar kota maupun antar stasiun,
alur penerbangan antara bandara
5 4
yang satu dengan bandara
lainnya serta pelabuhan laut yang
satu dengan pelabuhan laut
lainnya.
 Untuk mengefesienkan pergerakan yang terjadi di dalam jaringan transportasi
maka, sistem jaringan perlu didesain secara terhirarki sesuai dengan besarnya
arus lalu-lintas yang melalui jaringan tersebut
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

JARINGAN JARINGAN
JARINGAN RADIAL POLA
GRID HEXAGONAL

JARINGAN
MODIFIKASI
RADIAL
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Konsep Fungsi Klasifikasi Jalan Hirarki Pergerakan dan Komponennya


Ada enam (6) pergerakan dalam hubungannya dengan konsep fungsi klasifikasi jalan
yaitu, pergerakan utama, transisi, distribusi, koleksi dan pergerakan akses ke
terminal:

Rumah/ terminal/ kantor Hubungan Fungsi Klasifikasi Jalan


Desa Desa
Jalan
lokal Jalan
Akses

Jalan bebas
hambatan Kecamatan
Jalan
kolektor

Ibukota Ibukota
Propinsi Propinsi
Jalan
Arteri

Ibukota
Gambar Hirarki pergerakan kendaraan di jalan Kabupaten

Gambar Garis Perjalanan (Desire lines)


MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Jalan lokal

Desa Desa

Jalan
kolektor
Kecamatan
Ibukota Propinsi Ibukota Propinsi
Jalan
kolektor

Jalan arteri Jalan arteri

Ibukota Kabupaten

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam konsep dasar hirarki
sistem jaringan jalan antara lain adalah: jarak antar simpang, penentuan
jaringan yang baik dan efesien
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Intermediate Roads traffic &


Clearly serve traffic Theoritical balance between traffic Clearly serve
movement and land service adjacent Land
100 % 100 %
Service only a
Network function Access only for
Land service

% traffic % Land
Function Land service Function
T L
Traffic Function Function

No network
function No Access
Arterials Kollektor Local Street

Road Type

Gambar Klasifikasi jalan sesuai fungsinya sebagai Media


arus lalu lintas dan pelayanan daerah.

Dengan demikian setidaknya terdapat dua pertimbangan dasar dalam


menentukan fungsi klasifikasi jalan dan jaringan jalan yaitu, aksesibilitas
dan mobilitas
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Gambar Sistem Klasifikasi peran fungsional Jalan menurut pergerakan dan Akses
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Karakteristik Pergerakan di Setiap Kelas Jalan

Klasifikasi jaringan jalan Ped. Trips Local traffic District Long distance and through
juga sangat ditentukan And access distribution Traffic
distribution
traffic
distribution
oleh karakteristik per-
1,0
gerakan (lalu lintas) yg
menggunakan jaringan
Proportion of
jalan tersebut. Perjala- Trips (Tij) Pedes. Streets
And
with journey
nan jarak jauh yang sifat Distance, (d) Access Roads

pergerakannya memer- Local


0,5 distribution
lukan kecepatan yang
tinggi perlu dipisahkan
dengan perjalanan lokal District
Distribution
jarak pendek yang tipi-
Primary
kal penggunannya akan Distribution
(A) (L) (D) (P)
memerlukan kemudahan
dan keselamatan dalam 0 dA dL dD
Journey distance, d

aksesnya ke lingkungan
sekitar
Gambar Karakteristik Pergerakan Pada Masing-
masing Kelas Jalan
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02
Sistem Jaringan Jalan yang Ada di Indonesia
Jalan dan Peranannya
Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu-lintas (UU No.38/2004)

Ruang Pengawasan Jalan


Ruang Milik Jalan
Batas Batis
Ruang Manfaat Jalan pinggir
pinggir Bahu
Bahu
Jalan Jalan

Jalur Lalu-lintas Halaman


Jalur Jalur rumah
pejalan pejalan
Gambar Bagian-bagian (unsur) Jalan
Bagian-bagian jalan adalah:
 Ruang manfaat jalan (RUMAJA). Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,dan ambang pengamannya serta
bangunan utilitas.
 Ruang Milik Jalan (RUMIJA). Meliputi Daerah Manfaat Jalan dan sejalur tanah tertentu di luar Daerah
Manfaat Jalan
 Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA). Merupakan sejalur tanah tertentu di luar Daerah Milik Jalan yang
ada dibawah pengawasan pembina jalan
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02
Sistem Jaringan Jalan
 Sistem Jaringan Jalan Primer meliputi:
 Jalan Arteri Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
kota jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan yang menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua yang berada di bawah pengaruhnya.
 Jalan Kolektor Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua lainnya atau ruas yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang ketiga yang ada di bawah pengaruhnya.
 Jalan Lokal Primer, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua
dengan persil serta ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang yang ada di bawah pengaruhnya sampai persil.

 Sistem Jaringan Jalan Sekunder meliputi:


 Jalan Arteri Sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
 Jalan Kolektor Sekunder, yaitu ruas jalan menghubungkan kawasan-kawasan sekunder
kedua, yang satu dengan lainnya, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder ketiga.
 Jalan Lokal Sekunder, yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02
Jalan Arteri F1
Kota Primer Kawasa
Kota n
Jenjang
Jenjang Primer
I
I

Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Arteri/ Jalan Arteri


Primer Primer Sekunder

Jalan Kolektor Jalan Arteri


Kota F12 Sekunder F21
Primer Kota
Kawasa
Jenjang Jenjang Kawasa
II n n
II
Sekund Sekunde
er rI

Jalan Kolektor Primer Jalan Arteri Sekunder


Jalan Kolektor Jalan Sekunder
Primer

Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor


Jalan Lokal Primer Kota Sekunder F22
Kota F22
Jenjang Jenjang Kawasan Kawasan
III III Sekunde Sekunde
r II r II
Jalan Lokal Primer Jalan Lokal
Sekunder
Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor
Sekunder

Kota di F23
Jalan Jenjang II Jalan Kawasan
Lokal Lokal Sekunder
Primer Sekunder III

Jalan Lokal Primer Jalan Lokal


Sekunder

PERSIL Perumah
an

Gambar Sistem Jaringan Jalan Primer Gambar Sistem Jaringan Jalan Sekunder
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status/Wewenang Pembinaan

Jalan dapat dikelompokkan berdasarkan status pembinaannya yaitu:


 Jalan Nasional, Jalan Nasional dibawah pembinaan Pemerintah Pusat (Menteri
Pemukiman dan Prasarana Wilayah atau Pejabat yang ditunjuk)

 Jalan Propinsi, Jalan Propinsi dibawah pembinaan Pemda Tingkat I atau


Instansi yang ditunjuk

 JalanKabupaten/Kotamadya/Kota, Jalan Kabupaten/Kotamadya (Kota) dibawah


pembinaan Pemda Tingkat II/ Kota atau Instansi yang ditunjuk

 Jalan Desa, Jalan Desa dibawah pembinaan Pemerintah Desa/Kelurahan

 Jalan Khusus, Jalan Khusus dibawah pembinaan Pejabat atau orang yang ditunjuk
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

• Jalan Arteri primer


Ruas Jalan yang termasuk • Jalan kolektor primer yang menghubungkan
ke dalam klasifikasi jalan ibukota propinsi
nasional adalah: • Jalan lainnya yang mempunyai nilai
strategis terhadap kepentingan nasional

• Jalan kolektor primer yang menghubungkan


ibukota propinsi dengan ibukota
kabupaten/kotamadya (kota).
Yang termasuk dalam • Jalan kolektor primer yang menghubungkan
klasifikasi Jalan Propinsi ibukota kabupaten/kota dengan ibukota
kabupaten/kota lainnya.
• Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis
ditinjau dari segi kepentingan propinsi.
• Jalan yang ada di dalam Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, kecuali yang ditetapkan sebagai jalan
nasional.
MATA KULIAH DASAR-DASAR TRANSPORTASI

POKOK BAHASAN: JARINGAN TRANSPORTASI


02

 Jalan kolektor primer yang tidak termasuk ke


dalam baik jalan nasional maupun jalan
propinsi.
Jalan Kabupaten/
 Jalan lokal primer
Kotamadya/Kota
 Jalan sekunder yang tidak masuk ke dalam baik
jalan nasional maupun jalan propinsi.
 Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis
ditinjau dari segi kepentingan kabupaten atau
kotamadya/kota.
Angkutan massal
• Angkutan masal pada umumnya merupakan
angkutan umum
• Defenisi angkutan umum adalah sistim
transportasi yang dapat dipergunakan oleh
umum dengan syarat-syarat tertentu
– Misalnya ; bis kota , Trans Jakarta , kereta api , bis
antar kota dll
Angkutan umum berdasarkan sifat operasinya dapat
dibagi dua jenis :

• Demand fix ; Angkutan umum yang harus beroperasi pada


waktu yang telah ditentukan, ada atau tidaknya penumpang.:
trns jakarta

• Demand Responsif ; angktan umum yang beroperasi sesuai


dengan demand yang ada : angkot , bis kota.

• Para transit : angkutan umum yang tidak punya jadwal dan


rute yang pasti
– Misalnya Taxi, Ojek, .
Rekayasa transportasi massal
• Bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang angkutan masal dan kebutuhannya
serta operasionalnya untuk dapat dikelola dan
direncanakan sarana dan prasarana
penunjangnya dengan baik
• Umumnya merupakan angkutan umum
diperkotaan
Hubungan sistem kota dengan angkutan umum

• Kota berkembang apabila suatu wilayah


berkembang pesat penduduknya maupun
industrinya dll..
• Angkutan umum merupakan suatu kebutuhan
untuk dapat menghidupkan kota tersebut.
Penduduk kota sebagai pengguna transportasi
massal
• Penduduk kota dibagi dua kelompok
– Kelompok Choice
Kelompok masyarakat yang mempungai pilihan untuk
melakukan pergerakan dalam memnuhi kebutuhannya
dan umumnya punya kendaraan pribadi
– Kelompok captive
Kelompok masyarakat yang hanya punya satu pilihan
dalam mobilisasi
Pelaku Perjalanan

Trip Maker

Transit-captive Modal Choice

Private Modes Public Modes


(Choice Riders)
Sistim Jaringan Angkutan Umum
• Jaringan terdiri dari ;
– Rute/trayek
– Terminal/Interchange
– Stopan/halte
• Proses terbentukknya jaringan adalah evaluative
dan/atau simultan
• Jaringan dipengaruhi oleh jenis kendaraan dan
rencana operasi
• Untuk menentukan jaringan memungkinkan perlu
trial and error atau simulasi
Prosedur Perencanaan

• Lihat pola pergerakan dan prasarana yang ada


• Rancang alternatif jaringan dan rencana
operasi
• Lakukan evaluasi dan iterasi sampai
equilibrium
Aspek Perencanaan Sarana angkutan Umum

• Aspek fisik
 perencanaan Prasarana :
Jalan, Terminal , halte dll
• Aspek Manajerial/operasional
 Organisasi, Kapasitas, jadual, dll
Faktor yang berpengaruh perencanaan rute

• Persentase daerah yang dapat dilayani oleh


sistim angkutan umum
• Jumlah pergantian lintasan (transfer) yang
diperlukan dalam pergerakan penumpang dari
asal ke tujuan
• Pengaturan frekwensi
• Jarak halte/stopan/shelter
Karakteristik
Pola Aktivitas /
Sosial Ekonomi
Tata Ruang Kota
Penduduk

Kebutuhan
Perjalanan

Jumlah dan Pola Jumlah dan Pola


Perjalanan Perjalanan
dengan Angkutan dengan Angkutan
Umum Pribadi

Interaksi antar
Pole & Konfigurasi Besar dan Sistim
rute & Moda Kapasitas Rute
Struktur Jaringan Tarif
Angkutan

Jumlah dan operasi Junlah dan pola


Angkutan Umum di operasional kendaraan
Jaringan Jalan Pribadi di Jaringan Jalan

Kebutuhan sisitm
jaringan terminal dan
fasilitas Penunjang
Lainnya
Pemindahan Penumpang

Load Factor

Variasi Frekuensi

Jumlah Armada Yang Beroperasi


Tabel Indikator Kualitas Pelayanan Angkutan Umum
.

No. Kriteria Ukuran


1. Waktu Menunggu :
- Rata-rata 5 – 10 menit
- Maksimum 10 – 20 menit
2. Jarak jalan kaki ke shelter :
- Wilayah padat 300 – 500 m
- Wilayah kurang padat 500 – 1000 m
3. Jumlah penggantian moda :
- Rata-rata 0 – 1 kali
- Maksimum 3 kali
4. Waktu perjalanan :
- Rata – rata 1 – 1,50 jam
- Maksimum 2 – 3 jam
5. Kecepatan perjalanan :
- Daerah padat dan mix traffic 10 – 12 km/jam
- Dengan lajur khusus bus 15 – 18 km/jam
- Daerah kurang padat 25 km/jam
6. Biaya perjalanan :
- Dari pendapatan rumah tangga 10 %
Sumber : Iskandar Abubakar Dkk, Dirjen Hubdar, 1996
SEKIAN TERIMA KASIH
SAMPAI JUMPA
PADA KULIAH-3
KULIAH-3
ANALISIS
TRANSPORTASI
Land Use - Transportation

Land Use Trips

Land Value Transportation


Needs

Transportation
Accessibility
Facility
Kenapa “transportasi” harus
direncanakan ?
1. Adanya peningkatan aktivitas interaksi
manusia.
2. Terbatasnya jaringan jalan dan moda
transportasi.
3. Kebutuhan aksebilitas, efektivitas, efisiensi
dan kenyamanan perjalanan, serta
keselamatan perjalanan.
4. Aspek sumber daya energi dan lingkungan.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Peningkatan Aktivitas Manusia
Kondisi ini dimulai dari
perubahan dan
perkembangan tata guna
lahan.
Kebutuhan transportasi
menjadi berhubungan
langsung dengan
penyebaran dan intensitas
tata guna lahan

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Terbatasnya Jaringan Jalan
Pertambahan jaringan
jalan dalam aspek
kuantitas maupun
kualitas tidak akan
dapat mengikuti
pertumbuhan aktivitas
manusia.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Kebutuhan perjalanan yang efektif,
efisien, aman & nyaman
Perjalanan orang/barang
harus memiliki standar
kualitas dan kuantitas untuk
mencapai kondisi yang
ketersediaan, aman, lancar,
nyaman dan ekonomis.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Aspek Sumber Daya Energi dan
Lingkungan
Menipisnya persediaan
sumber BBM, meningkatnya
harga minyak dunia dan
memburuknya kualitas
lingkungan telah menjadi
problem global.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Konsumsi BBM antar Moda
Kebutuhan BBM Berbagai
Industri
Avtur
8.87%
Energy Share Outlook for
2005 Biodiesel 2015 2025
0.96%

Transportation (Indonesia)
Biodiesel
0.00% Bioetanol
Bioetanol Biodiesel
3.48%
0.00% Avtur 4.00% Avtur
CNG 11.12% 11.59%
CNG
Minyak 0.37%
0.00% Bioetanol
Solar 10.26%
Minyak
18.44%
Solar CNG
18.08% 1.35% Premium
Premium Premium
57.34%
72.68% 65.99%
Minyak
Solar
15.46%

2025
Bioetanol
5.35% Biodiesel
Briket Batubara 2.89%
Avtur
0.05% 6.05%
CNG
0.71%
Gas Bumi
1.81% Premium
Kayu Bakar 29.91%
0.03% LPG
12.04%

Minyak Tanah
Minyak Solar 0.55%
11.23%
Listrik
28.63% Minyak Nabati
Murni
Minyak Diesel 0.15%
Minyak Bakar 0.02%
0.58%
Tujuan Perencanaan Transportasi
Mencegah masalah transportasi di masa depan
(kemacetan, tundaan, kecelakaan)
Problem Solving untuk masalah transportasi
Melayani kebutuhan transportasi
Mempersiapkan kebijakan transportasi masa
depan
Menoptimalkan sumber daya untuk
pencapaian tujuan transportasi.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Posisi Perencanaan Transportasi dalam
Kebijakan Transportasi

Penentuan Kebijakan
Pengembangan Transportasi

Ekonomi Transportasi Perencanaan Sistem Hukum Transportasi Bidang Transportasi


Transportasi Lainnya

Perancangan Sarana Perancangan Prasarana Perancangan Operasi


dan Pengendalian

- Mekanikal - Mekanika Tanah - Penelitian Operasi


- Elektrikal - Mekanika Fluida - Statistik
- Thermodinamika - Analisis Struktur - Administrasi Bisnis

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Signifikasi Perencanaan Transportasi

• Adanya kesenjangan antara “harapan” dengan “kondisi


sekarang” dalam kinerja suatu sistem transportasi yang
menjadi masalah transportasi.
• Perlunya alternatif kebijakan solusi untuk pencapaian
“harapan”.
• Peran model (model fisik, model matematis dan model
grafis) sebagai alat bantu pendekat untuk menjawab
kesenjangan dalam sistem transportasi.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Klasifikasi Perencanaan Transportasi
• PERENCANAAN JANGKA PENDEK : Perencanaan
Operasional (denah persimpangan, penyeberangan
jalan, lokasi parkir, dll.).
• PERENCANAAN JANGKA MENENGAH : Perencanaan
Taktis (manajemen lalu lintas, organisasi angkutan
umum, dll.)
• PERENCANAAN JANGKA PANJANG : Perencanaan
Strategis (struktur dan kapasitas jaringan jalan,
keterkaitan transportasi dan tata guna lahan, dll.)

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Lingkup Perencanaan
• STUDI PERENCANAAN PRASARANA TRANSPORTASI :
masterplan pengembangan jaringan dan terminal, disain
trase jalan, dll.
• STUDI KEBIJAKAN TRANSPORTASI : sistem sirkulasi lalu
lintas, strategi pelayanan angkutan umum, dll.
• STUDI PERENCANAAN TRANSPORTASI YANG KOMPREHENSIF
: studi kebutuhan prasarana, studi pengembangan sistem
transportasi regional dan nasional.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Tahapan Perencanaan Transportasi
• Formulasi Tujuan, Sasaran dan Lingkup
Perencanaan.
• Prediksi Kondisi di Masa yang Akan Datang.
• Analisis Prediksi Kondisi di Masa yang Akan
Datang.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Model Perencanaan Transportasi
 Definisi Model
 Peranan Model dalam Perencanaan
Transportasi
 Konsep Pemodelan dalam Transportasi
 Model Tata Guna Lahan

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Definisi Model
• Model adalah representasi ringkas dari kondisi riil
dan berwujud suatu bentuk rancangan yang dapat
menjelaskan atau mewakili kondisi riil tersebut
untuk suatu tujuan tertentu (Black, 1981)
• Model adalah suatu kerangka utama atau
formulasi informasi atau data tentang kondisi
nyata yang dikumpulkan untuk mempelajari atau
menganalisis sistem nyata teresebut (Gordon,
1978)

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Peranan Model dalam
Perencanaan Transportasi
 Model sebagai alat bantu (media) untuk memahami
cara kerja sistem (Tamin, 1997)
 Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya
perkiraan terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari
langkah-langkah/alternatif yang diambil dalam proses
perencanaan dan pemecahan masalah pada masa yang
akan datang.
 Untuk memudahkan menggambarkan dan
menganalisis realita

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Konsep Pemodelan

• Model Fisik : model miniatur bersekala atau


prototipe suatu kondisi tertentu.
• Model Foto : model berbentuk gambar.
• Model Diagram : model deskripsi diagram.
• Model Matematika : model hubungan
fungsional kuantitatif.

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
INTERAKSI SPASIAL TATA GUNA LAHAN – SISTEM
TRANSPORTASI

• Pendekatan hubungan tata guna lahan dan sistem transportasi


didekati secara kuantitatif dengan pemodelan sistem.
• Tujuan model adalah memperkirakan besarnya pergerakan
menggunakan moda tertentu pada segmen jaringan transportasi.
• Model transportasi didasarkan konsep pelaku perjalanan dalam
melakukan rangkaian keputusan dalam melakukan perjalanan,
memilih tujuan, memilih jenis moda dan memilih rute.
• Model yang digunakan sebagai model kebutuhan transportasi
bertahap (sequential transport demand model)

Perkuliahan 1 - Perencanaan
Transportasi
Land Use - Transportation

Land Use Trips

Land Value Transportation


Needs

Transportation
Accessibility
Facility
Land Use
PEMILIHAN MODA
1
Variasi Four-Step Model

G-MS G G G

D D-MS MS D

A A D MS

G:Trip Generation
MS : Modal Split
A A
D : Trip Distribution Trip End / Trip Interchange /
Pre Distribution Model Post Distribution Model
A : Trip Assignment
Model Pemilihan Moda:

Terkait dengan perilaku pelaku perjalanan


dalam memilih moda perjalanannya

Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam


Model Pemilihan Moda :
pelaku perjalanan yang diharapkan akan
menggunakan tiap-tiap moda yang tersedia
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
moda (sebagai variabel bebas dalam
Model Pemilihan Moda):

Karakteristik sistem transportasi (misalnya durasi


waktu mengemudi, tingkat pelayanan , biaya )

Karakteristik perjalanan (misalnya jarak


perjalanan, waktu perjalanan)

Karakteristik pelaku perjalanan (misalnya


pendapatan keluarga, jumlah kepemilikan
kendaraan, kepadatan daerah pemukiman)
Pelaku Perjalanan

Trip Maker

Transit-captive Modal Choice

Private Modes Public Modes


(Choice Riders)
Transit-captive subgroup :
Orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap
kendaraan pribadi dan mobilitas mereka sangat
tergantung pada sistem angkutan umum
(diidentifikasi pada basis zona sebagai
persentase dari Bangkitan perjalanan)

Choice Riders subgroup :


Orang-orang yang akhirnya memilih untuk
menggunakan sistem angkutan umum, dalam
kompetisinya dengan kendaraan pribadi di dalam
Model Pemilihan Moda

The total ridership of public transit =


Transit captive + Choice Riders
Moda Transportasi dan pemilihan
Sarana (moda)
Persamaan regresi Bangkitan Perjalanan untuk
Trip End Model :

T (auto) = a + b1 (Pop) + b2 (Auto) ,

where :
T : Trips (by mode) produced per household
Pop : Number of population
Auto : Auto ownership
Postdistribution
(trip-interchange) model

Trip-interchange models digunakan


setelah tahapan Distribusi Perjalanan

Model ini digunakan di wilayah yang


memiliki sistem angkutan umum yang
bervariasi di setiap pasang O-D-nya.
Sehingga pelaku perjalanan perlu tau
terlebih dahulu tujuan perjalanannya
baru dapat menentukan pilihan modanya.
Modal Split Models :

The Simple Diversion-Curve Model

Model yang telah dikalibrasi ini menggunakan


Kurva Logit Bentuk-S yang menggambarkan
persentase orang memilih angkutan umum.
Example of Diversion Curve
The Multinomial Logit Model

Multinomial Logit Model (untuk pemilihan


moda) menghitung proporsi perjalanan yang
akan memilih moda K :

p (K) = eU K

Σe Ux
x

where
p (K) : Probabilitas menggunakan moda - K
UK : Utilitas moda K
Ux : Utilitas moda x
Fungsi Utilitas dan Disutilitas

Fungsi Utilitas merupakan ukuran derajat


kepuasan orang yang diperoleh dalam memilih
suatu pilihan (dalam hal ini pilihan moda)

Fungsi Disutilitas menggambarkan biaya yang


terkait dengan pilihan moda tertentu.
Contoh fungsi utilitas :

U private auto = 6.2 + 2.4 X1-PA + 3.5 X2-PA


U local bus = 3.4 + 3.1 X1-LB + 2.9 X3-LB
U express bus = 4.3 + 2.9 X1-EB + 3.2 X3-EB

dimana :
X1 : Cost
X2 : Convenience
X3 : Level of service, associated with a mode
PA : Private Auto
LB : Local Bus
EB : Express Bus
Example of Multinomial Logit Model

A calibrated study resulted in the following utility


function :

UK = aK – 0.25 X1 – 0.032 X2 - 0.015 X3 - 0.002 X4

where :
X1 : Access plus egress time (minutes)
X2 : Waiting time (minutes)
X3 : Line-haul time (minutes)
X4 : Out-of-pocket cost (cents)
aK : Mode-spesific constant
During the target year, 5000 person-trips/day interchange
between i and j will have a choice between private
automobile (A) and a local bus system (B).
The target year service attributes of the two competing
modes have been estimated to be :

Attribute X1 X2 X3 X4
Automobile 5 0 20 100

Local Bus 10 15 40 50

Assuming that the calibrated mode-spesific constant are -


0.12 for the automobile mode and -0.56 for the bus mode,
apply the Logit model to estimate the target year market
share of the two modes.
Solution :

UA = 0.12 - 0.25 (5) - 0.032 (0) - 0.015 (20) - 0.002 (100) = - 0.745

UB = - 0.56 - 0.25 (10) - 0.032 (15) - 0.015 (40) - 0.002 (50) = - 1.990

p (A) = e -0.745 = 0.78


e -0.745 + e -1.990
p (B) = e -1.990 = 0.22
e -0.745 + e -1.990

The market share of each mode is :

Qij (A) = (0.78) (5000) = 3900 trips/day


Qij (B) = (0.22) (5000) = 1100 trips/day

Anda mungkin juga menyukai