Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA STRES TERKAIT

GENDER, FAKTOR-FAKTOR KETAHANAN


DAN KESEHATAN MENTAL PADA POPULASI
TRANSGENDER DAN GENDER-
NONCONFORMING DI MIDWESTERN U.S.
Risky Wulandari (1361050181)
Pembimbing :
dr. Hesti Anggriani Sp.KJ

KEPANITRAAN ILMU KEDOKTERAN KESEHATAN JIWA


PERIODE 22 JANUARI – 24 FEBRUARI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERISTAS KRISTEN INDONESIA
2018
Identifikasi Jurnal

Published online: 13 Sep 2017


Pendahuluan
Transgender dan Gender-nonconforming lebih mengalami
diskriminasi bila dibandingkan dengan Cisgender, dan
diskriminasi dapat dikaitkan dengan kesehatan mental
yang jelek. Cisgender

Gender-
Transgender nonconfor
ming
Pendahuluan

Gender minority
stress model
Pendahuluan
diskriminasi dalam populasi transgender

Individu Transgender dan Gender-nonconforming


Diskriminasi
Microaggression adalah penerima berbagai bentuk diskriminasi dan
pelecehan. Studi memiliki sebanyak 60 - 69% individu
transgender telah mengalami beberapa bentuk
Institusional pelecehan atau kejahatan dalam kehidupan
mereka

Ekonomi

Perawatan
kesehatan
Tujuan
Tujuan
1. Menyelidiki peran faktor penyebab dan faktor ketahanan
spesifik gender pada berbagai kondisi kesehatan mental,
termasuk depresi, kecemasan, ide bunuh diri dan usaha bunuh
diri, dengan tekanan gender dan ketahanan gender yang
telah divalidasi
2. memeriksa pengalaman individu yang tidak hanya memiliki
identitas biner yang di kategorikan sebagai individu Gender-
nonconforming
Hipotesis Penelitian
1. Adanya hubungan antara peningkatan stress dan ketahanan
mental dengan kesehatan mental
2. Adanya hubungan antara terapi hormon yang dengan
kesehatan mental yang lebih baik.
3. individu yang tidak memiliki sertifikasi gender memiliki
pengalaman stres dan status kesehatan mental yang berbeda
daripada orang-orang yang mengidentifikasi jenis kelaminnya
Metode
Prosedur
Studi ini menggunakan Survei Monkey
online. Iklan kertas untuk survei
ditempatkan di organisasi LGBT setempat
dan kantor kesehatan oleh penyedia
layanan yang melihat sejumlah besar pasien
transgender. Pasien juga diceritakan oleh
tim peneliti dengan praktik klinis. Sebuah
iklan digital didistribusikan melalui media
sosial dan listservs oleh organisasi LGBT
Nebraska. Para peserta diberi link ke survei
dan menyelesaikan survei online pada saat
pilihan mereka. Kriteria inklusi termasuk usia
19 tahun dan identifikasi diri sebagai jenis
kelamin selain kelahiran
Sampel
• N : 83 peserta
Hasil
Scale # of items Scale range α Mean SD
Distal stress 23 0-41 0.832 21.20 8.17

Diskriminasi terkait gender 5 0-5 0.731 1.58 1.55

Penolakan terkait gender 6 0-6 0.749 2.28 1.86

Gender-related victimization 6 0-6 0.806 1.87 1.84

Non-affirmation of identity 6 0-24 0.896 14.69 6.29

Proximal stress 22 0-88 0.934 50.41 18.39

Internalized transphobia 8 0-32 0.928 15.63 8.78

Negative expectations for future


9 0-36 0.899 22.24 8.03
events

Nondisclosure of identity 5 0-20 0.874 12.60 5.49

Resilience factors 13 0-52 0.871 29.69 10.19


Pride 8 0-32 0.894 18.29 7.64

Community connectedness 5 0-20 0.829 11.32 4.82


Persentase masing-masing kelompok dengan riwayat
NSSI, pemikiran bunuh diri dan usaha bunuh diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat bunuh diri
Kesimpulan
1. individu transgender mengalami lebih banyak diskriminasi
daripada individu yang cisgender
2. diskriminasi dan tekanan terkait gender menjadi faktor penting
bagi kesehatan mental
3. Tingkat bunuh diri yang lebih tinggi ditemukan dalam penelitian
ini daripada yang dilaporkan sebelumnya
4. Konsumsi hormone berperan untuk menekan keinginan bunuh
diri

Anda mungkin juga menyukai