Anda di halaman 1dari 12

Bab 20

MENENTUKAN DAN
MENGGUNAKAN
MATERIALITAS
Apa itu materialitas?

Materialitas yaitu salah saji dalam


laporan keuangan melebihi jumlah yang
secara umum diperkirakan wajar dan
dapat mempengaruhi keputusan
ekonomis pemakai laporan
Overall Materiality dan Specific
Materiality

• Overall Materiality Materialitas untuk laporan


keuangan secara keseluruhan
• Specific Materiality Materialitas pada tingkat jenis
transaksi tertentu, atau saldo akun tertentu, atau
pengungkapan tertentu
Sifat Salah Saji

Situasi yang terkait dengan salah saji,


dapat menyebabkan auditor
mengevaluasi salah saji itu sebagai
material sekalipun besarnya (atau angka
salah saji) dibawah materialitas.
Performance Materiality
appropriately low level
accumulation of uncorrected and unidentifed
misstatements
lebih rendah dari overall atau specific materiality

Tujuannya :
 Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall
materiality atau specific materiality dapat
dideteksi; dan
 Menyediakan suatu margin atau penyangga
( buffer ) untk salah saji yang tidak terdeteksi
Bagaimana Menetukan Materialitas

Pembahasan barikut ini menjelaskan bagaimana menentukan besarnya overall materiality dan specific materiality, dan cara menggunakannya.
1. Overall Materiality
Overall materialitydidasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuhan pemakai laporan keuangan. Auditor dapat mengasumsikan hal-hal
berikut mengenai pemakai laporan keuangan:
– a. Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi.
– b. Mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan kuangan dengan cukup cermat.
– c. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas (dan mengabaikan yang tidak material).
– d. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgement, dan pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari.
– e. Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi dalam laporan keuangan.
Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya mrnggunakan suatu acuan, ambang batas, threshold atau benchmark.Dari
acuan ini dan besarnya persentase didasarkan pada kearifan professional.Sebagai contoh, dalam bisnis yang dikelola oleh pemiliknya, pemilik
mengambil sebagian besar dari keuntungan perusahaan sebagai remunerasinya. Oleh karena itu, masuk akal jika auditor menggunakan laba
sebelum remunerasi dan pajak sebagai acuan atau benchmark
BUTIR PERTIMBANGAN
Demi konsistensi, kantor-kantor akuntan public (KAP) menetapkan
petunjuk bagi KAP (firm-wide guidelines) tentang bagaimana
materialitas ditentukan pada awalnya (misalnya suatu persentase
tertentu), termasuk acuannya untuk benchmarks (misalnya laba
sebelum pajak). Namun, acuan yang sebenarnya digunakan
tergantung pada kearifan professional dengan memperhatikan siklus
khusus ([articular circumtances) yang tidak lain adalah alat untuk
menangani risiko salah saji yang material dengandenga “menangkap”
salah saji yang besarannya di bawah ambang batas tertentu.
Pertimbangan dalam Memilih
Acuan yang Tepat

1. Pemakai: tentukan siapa yang kemungkinan besar pemakai laporan keuangan.ini dapat terdiri atas pemilik entitas (bersama pemegang saham
lainnya). TCWG, lembaga keuangan, pemilik waralaba, penyandang dana utama, pegawai, pelanggan, kreditur, dan lembaga Negara.
2. Ekspektasi pemakai tertentu: tentukan ekspektasi pemakai tertentu, seperti:
a Pengukuran atau diclousure untuk hal hal seperti related-party transactions, renumerasi manajemen, dan ketaatan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang sensitive.
b. Pengungkapan yang khas untuk industry tertentu (industry-spesific disclousures) seperti beban eksplorasi dalam bidang pertambangan, dan
beban penelitian danpengembangan sdalam perusahaan informasi teknologi atau farmasi.
c. Peristiwa penting (seperti merger, akuisisi, restrukturasasi, tuntutan hukum terhadap perusahaan, dan lain-lain) atau contingencies.
d. Adanya pelanggaran terhadap perjanjian, kontrak, dan perikatan hukum lainnya, jika kesalahan yang kecil tidak dikoreksi bermakna adanyya
pelanggaran semacam itu, dampak terhadap laporan keuangan bias signifikan dan (yang terburuk) dapat berdampak pada ketidak tepatan
penggunaan going concern assumption dalam penyusunan laporan keuangan.
3. Unsur laporan keuangan yang relevan: apa unsur laporan keuangan yang terpenting atau yang penting-penting dalam laporan keuangan,
yang menjadi perhatian atau minat pemakai laporan keuangan (asset, kewajiban, ekuitas, laba, dan beban)?
4. Sifat entitas:pertimbangan sifat entitas, misalnya dalam tahap life cyrcle, di mana entitas ini berbeda (bertumbuh “senja” atau mature, atau
menurun, atau “sekarat”). Bagaimana keadaan industrinya di mana entitas ini berada. Bagaimana lingkungan ekonomi dimana entitas ini
beroperasi?
5. Apakah perlu adjustments?:apakah adjustmentsdiperlukan untuk “menormalkan” acuan atau benchmarkbase? Misalnya, laba dari
kegiatan yang masih berlanjut (income from continuing operations) dapat di adjust untuk:
a. Pendapatan atau beban luar biasa atau yang tidak berulang (non-recurring); dan
b. Bonus kepada manajemen, yang didasarkan atas laba sebelum bons atau yang dibayarkan sekadar untuk menurunkan laba yang ditahan
perusahaan.
6. Fokus utama para pemakai: apa informasi dalam laporan keuangan yang menarik perhatian utama pemakai? Contoh pemakai menaruh
minat pada:
a. Mengevaluasi kinerja keuangan, maka focus mereka adalah pada laba, pendapatan, atau asset neto; dan
b. Sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, maka focus mereka adalah pada sifat dan luasnya/dalamnya pendapatan dan
beban.
7. Pembelanjaan entitas: bagaimana entitas dibelanjai? Jika sekadar dari utang (dan bukan modal ekuitas), pemakai akan menekankan pada
asset yang dijadikan agunan dan klaim kreditur terhadp laba entitas.
8. udah merubah-ubah (volatile):seberapa mudah berubahnya/tidak stabilnya acuan yang diusulkan? Contoh, acuan berdasarkan angka lapa
umumnya merupakan acuan yang tepat. Namun, jika entitas beropesai mendekati break-even atau hasil usaha berfluktuasi dangan hebat,
angka laba mungkin bukan acuan yang tepat untuk menentukan materialitas.
9. Acuan alternatif: apakah ada alternatif untuk acuan yang diusulkan? Apakah alternatif ini tepat untuk situasi yang dihadapi? Acuan
alternative bias berupa current assets, net working capital, total assets, total revenues, gross profit, total equity, dan cash flow from
operations.
Performance Materiality
Overall materiality dan specific materiality diterapkan dalam hubungan dengan kebutuhan pemakai laporan
keuangan.Performance materiality ditetapkan dalam jumlah yang lebih rendah. Akibatnya, auditor melaksanakan
lebih banyak pekerjaan audit (salah saji yang lebih kecil akan teridentifikasi) dan risiko audit ditekan ke tingkat
rendah yang dapat diterima. Jika audit direncanakan hanya untuk mendeteksi salah saji material, yang atau
berdiri sendiri, tidak akan adda pelung membuat kesalahan (no margin of error). Padahal peluang ini diperlukan
untuk mengidentifikasi dan memperhitungkan salah saji yang immaterial yang mungkin ada.Dan jika
dijumlahkan, salah saji yang masing-masingnya immaterial secara tergabung dapat menyebabkan laporan
keuangan laporan keuangan disalahsajikan secara material.Performance materialitydirancang untuk:
a. Memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materialitydapat dideteksi; dan
b. Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi. Penyangga ini
adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi dan overall materiality
atauspecific materiality.
Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Resiko
Menentukan berbagai tingkat materialitas merupakan unsur kunci dalam proses
perencanaan. Penentuan tingkat materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri
sendiri atau terpisah dari tahap-tahap lain, melainkan proses yang
berkesinambungan dari satu htahap ke tahap selanjutnya sampai akhir audit.
Istilah bahasa inggrisnya, “it is not a discrete phase of an audit, but rather a
continual an iteritatve process’.
Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit
Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur
audit. Gunakan materialitas untuk:
a. Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures)
b. Menetukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing, dan apakh harus menggunakan teknik
sampling
c. Membantu menentukan banyaknya sampel
d. Mengevaluasi representative sampling errors (RSE) untuk menentukan salah saji yang mungkin ada. RSE
adalah salah sampling yang mewakili seluruh populasi
e. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan (agregat of totall errors) pada tingkat akun sampai ke tingkat
laporan keuangan.
f. Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi
(uncorrected misstatements) yang ada dalam saldo awal retained earniings
g. Menilai hasil prosedur audit.

Anda mungkin juga menyukai