Anda di halaman 1dari 22

BPH

PENDAHULUAN

• Benign Prostate Hyperplasia adalah proses hiperplasi masa nodul


fibromyoadenomatous pada inner zone kelenjar prostat periuretral,
sehingga jaringan prostat disekitarnya terdesak dan membentuk
kapsul palsu di sisi luar jaringan yang mengalami hiperplasi.
PATOFISIOLOGI
BPH  istilah histopatologis, yaitu adanya hiperplasia sel stroma dan sel epitel
kelenjar prostat.
Benign prostatic enlargement (BPE)  Istilah klinis Yang menggambarkan
Bertambahnya volume Prostat akibat Adanya perubahan Histopatologis yang jinak
pada Prostat (BPH).
Benign Prostatic Obstruction (BPO) Keadaan akibat dari obstruksi pada leher
kandung kemih dan uretra oleh BPH. Selanjutnya obstrusi ini dapat menimbulkan
perubahan struktur kandung kemih maupu ginjal sehingga meyebabkn komplikasi pada
saluran keih atas maupun bawah.
Banyak faktor yang berperan dalam proliferasi jinak kelenjar
prostat.
BPH umumnya tumbuh pada pria berusia tua dan memiliki testis
yang masih memproduksi testoteron.
Faktor lainnya yang berpengaruh:
- Hormon estrogen dan prolaktin
- Mikrotrauma
- Inflamasi
- Obesitas
- Aktivitas fisik
Faktor-faktor ini mempengaruhi prostat untuk menyintesis growth factor
 memacu proliferasi sel kelenjar prostat
PREVALENSI

BPH terjadi 70% pria di atas usia 60 tahun kemudian meningkat


hingga 90% pada pria di atas 80 tahun.
penelitian di RSCM tahun 1994-2013 ditemukan 3.804 kasus
dengan rata-rata umur penderita 66,61 tahun.
FAKTOR RISIKO

• Usia
• Testis yang fungsional sejak pubertas (Hormonal)
• Riwayat BPH dalam keluarga
• Aktivitas fisik yang kurang
• Diet rendah serat
• Obesitas
• Sindrom metabolik
• Inflamasi kronik kelenjar prostat
GEJALA

Keluhan yang disampaikan oleh pasien PH seringkali berupaa lower


urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas gejala obstruksi voiding
symptoms), gejala iritasi (storage symptoms) dan gejala pacsa berkemih.
Gejala obstruksi meliputi pancaran kemih lemah, dan terputus
(intermintensi), merasa tiak puas sehabis berkemih.
Gejala iritasi meliputi freuensi berkemih meningkat, urgensi,
nocturia.
Gejala pasca berkemih berup urine mentes (dribbling).
DIAGNOSIS
ANAMNESIS

Anamnesis yang perlu di sampaikan :


• Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan menganggu
• Riwayat penyakit lain pada saluran urogenital (riwayat cedera, infeksi, hematuria,
kencing batu, pembedahan saluran kemih)
• Riwayat kesehatan secara umum
• Riwayat konsumsi obat yang menimbulkan keluhan berkemih
• International Prostate
Symptom Score
dapat memandu
dan mengarahkan
adanya gejala
obstruksi akibat
pembesaran prostat.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Urologis
Ginjal : Pemeriksaan fisik ginjal untuk mengevaluasi adanya obstrusi atau tada
infeksi
Kandung kemih : Palpasi dan perkusi untuk menilai isi kandung kemih, ada atau
tidaknya tanda infeksi.

Colok dubur (Digital Rectal Examination)


Periksa pembesaran prostat, konsitensi prostat, adanya nodul pada prostat
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Urinalisis
menentukan adanya leukosituria dan hematuria. Apabila ditemukan hematuria, maka
perlu dicari penyebabnya. Bila dicurigai adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan
pemeriksaan kultur urine.

Pemeriksaan fungsi ginjal


berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan penunjang pada
saluran kemih bagian atas.

Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Agent)


PSA disistesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific. Kadar PSA dalam
serum dapat pula mengalami peningkatan pada radang da keganasan.
PENCITRAAN

• Saluran kemih bagian atas


Pencitraa saluran kemih bagian atas hanya  apabila terdapat hematuria, ISK, insufisiensi renal,
residu urine yang banyak, riwyat urotilitasis, dan riwayat pernah menjalani pembedahan saluran
urogenital

• Saluran kemih bagian bawah


Pemeriksaan uretrosistografi retrograde  apabila dicurigai ada striktur urethra

• Prostat
Pemeriksaan pencitraan prostat  pemeriksaan rutin bertujuan untuk menilai bentuk dan besar
prostat, dengan menggunakan ultrasonografi transabdominal (TAUS atau ultrasonografi
transrectal (TRUS)
TERAPI
TERAPI KONSERVATIF

• Terapi konservatif pada BPH dapat berupa watchful waiting : Pasien


tidak mendaptkan terapi apapun tetapi perkembangan penyakitnya
tetap diawasi oleh dokter. Ditujkan pada pasien BPH dengan skor IPSS
di bawah 7 (kehan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari)
• Pasie diminta untuk datang control berkala (3-6 bulan) untuk menilai
perubahan keluhan yang dirasakan
TERAPI MEDIKAMENTOSA

• Alpha Blocker
• Pengobatan dengan Alpha1 bloker bertujua menghambat kontraks otot polos
prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher kandug kemih dan uretra.
• Obat golongan ini dapat mengurangi keluhan storage symptom dan voiding
smptom.
• Terapi ini tidak mengurangi volume prostat

• 5α-‐reductase inhibitor
• Obat ini bekerja dengan menginduksi proses apoptosis sel epitel prostat yang
kemudian mengecilkan volume prostat hingga 20-30%.
TERAPI MEDIKAMENTOSA

• Antagonis Reseptor Muskarinik


• Pengobatan ini bertujuan ntuk menghambat atu mengurangi stimulasi reseptor
muskarinik sehingga akan mengurangikontraksi sel otot polos kandung kemih.
• Pengunaan anitmuskarinik terutama utuk memperbaiki gejala storage LUTS

• Phospodiesterase 5 inhibitor
• Obat golongan ini meningkatkan konsentrasi dan memperpanjang aktivitas dari
cyclic guanosine monophosphate intraseluler, sehingga dapat mengurangi tonus
otot polos detrusor, prostat, dan uretra.
TERAPI PEMEDAHAN

• Indikasi
• Retensi urine akut
• Gagal trial without cathter
• Infeksi saluran keih berulang
• Hematuria makroskopik berulang
• Batu kandung kemih
• Penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi (BPH)
• Perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas
TERAPI PEMBEDAHAN

• Transurethral Resection of the Prostate (TURP)


• Gold Standard dalam terapi BPH.

• Operasi terbuka
• Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikan (Hryntshack atau
Freyer) dan retropubic (Millin)
TERAPI LAIN-LAIN

• Trial without catherization (TwoC)


• TwoC adalah cara utuk mengevaluasi apakah pasien dapat berkemih secara
spontan setelah terjadi retensi. Setelah kateter dilepaskan, pasien kemudia
diminta dmelakukan pemeriksaan paaran urin dan sisa uri. TwoC baru dapat
dilakukan bersamaan dengan pemberia Alpha1-blocker selama minimal 3-7 hari.
• Prosedur ini dilakukan pada pasien yang mengalami retensi urni akut pertama kali
dan elum ditegakkan diagnosis secar apasti

Anda mungkin juga menyukai