Anda di halaman 1dari 36

TUTORIAL

Pembimbing : dr. Nisa Mayasari Sp.KK


Nama : Eldo Taufila Putra Utama
ANAMNESIS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : A .M
 Umur : 6 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Muntilan
KELUHAN UTAMA

 Bintil-Bintil di wajah, tangan, dan tubuh


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

2BSMRS
Pasien mengeluhkan timbul bintil-bintil di wajah bagian mulut
disertai rasa gatal terutama malam hari. Pasien berobat ke
puskesmas dan diberi salep (pasien tidak tahu nama salep)
nemun tidak membaik

1BSMRS
Bintil-bintil meluas ke tangan dan tubuh, rasa gatal tetap
terutama malam hari. Pasien kembali berobat ke puskesmas
dan di beri salep namun tidak membaik.
HMRS
Pasien mengeluhkan bintil di wajah, sekujur tubuh, dan tangan
disertai pustul dibagian dekat ketiak, gatal di malam hari.
Pasien memeriksakan diri ke RSUD Sleman
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Riwayat sakit serupa (-)


 Riwayat Alergi (-)
 Biduran = tanggal 10 januari (1 HSMRS) di tangan dan kaki.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat sakit serupa (-)


 Riwayat alergi (-)
 Hipertensi (-)
 Diabetes Mellitus (-)
 Riwayat penyakit jantung bawaan (-)
LIFEST YLE

 Mandi 2 kali sehari di WC Rumah, sumber air berasal dari


sumber air pegunungan (rumah dekat gunung)
 Handuk 1 dan dipakai bersama-sama dengan anggota
keluarga lainnya
 sikat gigi masing- masing anggota keluarga punya sendiri-
sendiri
 Sabun mandi memakai sabun betadine cair
RESUME ANAMNESIS

 Seorang anak, 6 tahun, datang dengan keluhan bintil-bintil di


wajah, tangan, dan sekujur tubuh. Bintil sewarna kulit dan
gatal pada malam harinya. Keluhan dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu.
 RPD : Alergi (-), sakit serupa (-), biduran 1HSMRS
 RPK : Atopi (-), sakit serupa (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

 Keadaan Umum : Compos Mentis, Baik


 Tekanan Darah : dalam batas normal
 Suhu : 36,3 0 C
STATUS DERMATOVENEROLOGI

Ditemukan Papul umbilicated multiple tersebar di wajah,


lengan atas, lengan bawah, tangan, dan seluruh tubuh.
Di temukan beberapa pustule pada area badan.
Krusta ditemukan di wajah dan lengan bawah
DIAGNOSIS BANDING

 Moluskum contangiosum
 Veruka
 Varisela
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Saat lesi berbentuk papul dipijat keluar masa berwarna putih


mirip butiran nasi (badan moluskum).
 Dapat dilakukan pemeriksaan PCR untuk mendeteksi virus
DIAGNOSIS

 Moluskum kontangiosum
TATALAKSANA

 Potassium Hydroxide (5-10%), di aplikasikan langsung ke


tempat lesi 2 kali sehari selama 7 hari. Kulit disekitar lesi
diberikan vaselin agar menghindari Potassium Hydroxide
mengenai kulit yang sehat.
 Pasien diminta agar menjaga kebersihan diri, tidak
bergantian memakai alat mandi (handuk), pakaian, mencegah
kontak fisik dengan orang lain.
TEORI DAN
PEMBAHASAN
DEFINISI

Moluskum kontangiosum (MK) merupakan neoplasma jinak


pada jaringan kulit dan mukosa (superficial) yang disebabkan
oleh virus moluskum kontangiosum (pox virus).
Penularan terjadi akibat kontak langsung kulit ke kulit
pasien.
ETIOLOGI

 Penyebab : Mollucum vantangiosum virus (MCV), tergolong


virus DNA genus Molluscipox.
 MCV memiliki 4 subtipe:
 MCV-1 : penyebab tersering (75-96%), hampir seluruh kasus MK pada
anak di sebabkan oleh MCV-1
 MCV-2 : menyerang terutama remaja dan dewasa secara kontak
seksual.
 MCV-3
 MCV-4
EPIDEMOLOGI

Moluskum kontangiosum paling sering terjadi dalam tiga situasi


klinis:
- Usia muda (bayi dan anak prasekolah)
- Pengidap HIV
- Dewasa muda yang aktif seksual  digolongkan ke dalam
IMS (biasanya lokasi lesi di sekitar genitalia)
PATOGENESIS

 Virus masuk melalui luka kecil, merusak epidermis lalu


masuk ke sitoplasma sel stratum spinosum dan stratum
granuloasum.
 Sel yang terinfeksi akan tumbuh lebih cepat dibanding sel
normal dan akan menembus epidermis ke atas.
GAMBARAN KLINIS

Masa inkubasi virus 1 minggu hingga 6 bulan (rata-rata 2-3


bulan).
Lesi berupa papul sferikal, konsistensi kenyal, dengan
umbilikasi di bagian central (delle). Diameter rata-rata 3-5 mm.
Berwarna putih, kuning muda, atau sewarna kulit.
Distribusi pada anak-anak biasa di badan, muka
ekstremitas, perianal, skrotum dan inguinal. Pada dewasa biasa
di tularkan pada hubungan seksusal sehingga banyak terdapat
di daerah genitalia dan perut bawah.
DIAGNOSIS

 Ditegakkan melalui manifestasi klinis yang khas (papul


umbilicated/ delle)
PENATALAKSAAN
 Beberapa sumber menganjurkan untuk tidak
melakukan terapi apapun pada MK karena bersifat
self limited.
 Sumber lain menganjurkan Active Treatment
dikarenakan alasan kosmetik dan alasan transmisi
dari pasien.

Prinsip dari tatalaksana aktif pada MK adalah


mengeluarkan badan moluskum dari lesi.
METODE MEKANIK

 Cr yotheraphy dengan cairan nitrogen


 Kuretase
 Elektrokauterisasi

Pada anak metode ini kurang dapat diterima karena tidak


nyaman dan menimbulkan efek trauma pada anak
METODE KIMIA

 Cantharidin, sering di gunakan karena aman, efektif dan tidak


nyeri saat digunakan.
penggunaanya dengan cara dioleskan pada lesi dengan cotton
swab dan dibiarkan selama 4 jam. Lalu di cuci dengan air dan
sabun. Prosedur ini dapat diulangi setiap 2-4 minggu hingga
semua lesi hilang
Perlu diperhatikan rasa nyeri dapat timbul sekitar 1-3 hari
setelah administrasi namun dapat dikurangi dengan pemberian
asetaminofen
 Potassium Hydroxide (5-10%), di aplikasikan langsung ke
tempat lesi 1-2 kali sehari selama 7 hari.
efek samping : panas/nyeri dan depigmentasi pada
lokasi pengadministrasian

 Podophyllotoxin, menyebabkan necrosis sel dengan


menghentikan mitosis. Aplikasikan pada lokasi lesi 2 kali
sehari selama 3 hari berturut-turut selama 6 minggu.
efek samping : panas, gatal, iritasi kemerahan, erosi

 Benzoyl peroxide,tretinoin, trichloroacetic acid, lactic acid,


glycolic acid, dan salicylic acid
METODE IMMUNOMODULATOR

 Bekerja dengan cara meningkatkan pelepasan sitokin local


seperti alfa-interferon yang akan menginisiasi penghancuran
dan regresi dari infeksi viral.
 Interferon-alfa, digunakan pada pasien immunocompromised
dengan lesi yang parah. Dapat diberikan secara subkutan
atau intralesi.
 Cimetidine dapat diberikan secara oral 25-40 mg/kgBB/hari.
Cukup aman, tidak nyeri dan toleransi baik.
 Imiquimod tidak digunakan lagi karena terbukti tidak efektif
TERAPI ANTIVIRAL

 Cidofofir topikal diberikan pada pasien yang


immunocompromised dengan lesi yang parah. Krim Cidofir 1-
3% diaplikasikan tiap hari selama 5 hari/ minggu, 6-8
minggu.
 Efek samping : iritasi, erosi, hipo/hiperpigmentasi pada area
tempat obat diberikan
PILIHAN TERAPI

Terapi yang digunakan tergantung pada kenyaman


dokter, umur pasien, keparahan lesi dan keinginan pasien.

Umumnya terapi yang sering digunakan ialah cr yotherapy


dengan nitrogen cair dan Cantharidin. Pasien dengan
immunokompromi dapat diberikan antiviral dengan lesi yang
parah
PROGNOSIS

 Umumnya lesi membaik tanpa komplikasi, rata-rata


membutuhkan waktu 6,5-13 bulan, namun dapat terjadi
sampai 1 tahunan.
 Pada pasien dengan dermatitis atopi, dan immunokompromi
membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk pulih
DAFTAR PUSTAKA
 Benjamin, Baraskin; dkk.2017.Molluscum Contagiosum:An
Update.DOI; 10.2174
 Basdag,Hatice:dkk.2015. Molluscum Contagiosum: To Treat or
Not to Treat? Experience with 170 Children in an Outpatient
Clinic Setting in the Northeastern United States.
DOI:10.1111/pde.12504
TERIMAKASIH
Mohon Bimbingan 

Anda mungkin juga menyukai