Anda di halaman 1dari 32

Oleh :

Kelompok 7

Asvia Yunida
Eka Retriana Pratiwi
Henni Selvina
Insanul Kamil
Ita Putri Utari
Laila Maulida Sari
Nur Liya Putri
 UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
 PerMenKes No. 2 tahun 2017 tentang perubahan
penggolongan Narkotika
 UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
 PerMenKes No 3 tahun 2017 tentang perubahan
penggolongan Psikotropika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula
atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
Narkotika
Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I
”Narkotika Golongan I” adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II
”Narkotika Golongan II” adalah Narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika Golongan III.
”Narkotika Golongan III” adalah Narkotika berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan.
1. Narkotika yang berada dalam penguasaan Industri Farmasi, pedagang besar farmasi,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpan
secara khusus.
2. Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter,
dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan
berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika yang berada dalam
penguasaannya.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan secara khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan jangka waktu, bentuk, isi, dan tata cara pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
4. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan/atau ketentuan mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikenai sanksi administratif oleh Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan berupa:
a. teguran;
b. peringatan;
c. denda administratif;
d. penghentian sementara kegiatan; atau
e. pencabutan izin.
Peredaran Narkotika meliputi setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan
Narkotika, baik dalam rangka perdagangan, bukan
perdagangan maupun Pemindah tanganan, untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
1. Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat
diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
perizinan peredaran Narkotika dalam bentuk obat jadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
3. Untuk mendapatkan izin edar dari Menteri, Narkotika
dalam bentuk obat jadi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melalui pendaftaran pada Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
pendaftaran Narkotika dalam bentuk obat jadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
1. Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi,
pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang ini.
2. Industri Farmasi, pedagang besar farmasi, dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin khusus
penyaluran Narkotika dari Menteri.
1. Industri Farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. Pedagang besar farmasi tertentu;
b. Apotek;
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan
rumah sakit.
2. Pedagang besar farmasi tertentu hanya dapat menyalurkan Narkotika
kepada:
a. Pedagang besar farmasi tertentu lainnya;
b. Apotek;
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu;
d. Rumah sakit; dan lembaga ilmu pengetahuan;
3. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya
dapat menyalurkan Narkotika kepada:
a. Rumah sakit pemerintah;
b. Pusat kesehatan masyarakat; dan
c. Balai pengobatan pemerintah tertentu.

Narkotika Golongan I hanya dapat disalurkan oleh pedagang


besar farmasi tertentu kepada lembaga ilmu pengetahuan tertentu untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 114

Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual,


membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk
tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5
(lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6
(enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah
1/3 (sepertiga).
Pasal 118

Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor,


mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 144

Ancaman dengan tambahan 1/3 (sepertiga) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pelaku tindak
pidana yang dijatuhi dengan pidana mati, pidana penjara
seumur hidup, atau pidana penjara 20 (dua puluh) tahun.
 Golongan 1
1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
2. Opium mentah
3. Opium masak terdiri dari :
 a. candu
 b. jicing.
 c. jicingko
4. Tanaman koka,.
5. Daun koka,
Golongan 2 Golongan 3

 1. ALFASETILMETADOL  1. ASETILDIHIDROKODEINA
 2. DEKSTROPROPOKSIFENA
 2. ALFAMEPRODINA  3. DIHIDROKODEINA
 3. ALFAMETADOL  4. ETILMORFINA
 4. ALFAPRODINA  5. KODEINA
 5. ALFENTANIL
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digo-longkan menjadi :
a. Psikotropika golongan I;
b. Psikotropika golongan II;
c. Psikotropika golongan III;
d. Psikotropika golongan IV.
1. Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, pedagang besar
farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah.
2. Penyaluran psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh :
a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasiPemerintah, rumah sakit, dan lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya,
apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit,
dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada rumah sakit
Pemerintah, puskesmas dan balai pengobatan Pemerintah.
3. Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan
pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga
pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.
Pasal 32
 Menteri menyusun rencana kebutuhan psikotropika untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan untuk setiap tahun.
Pasal 33
 (1) Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi
Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan
mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika.
 (2) Menteri melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan pembuatan dan
penyimpanan catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 34
 Pabrik obat, pedagang besar farmasi, apotek, rumah sakit, puskesmas, lembaga
penelitian dan/atau lembaga pendidikan wajib melaporkan catatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) kepada Menteri secara berkala.
Pasal 35
 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi penyusunan rencana kebutuhan tahunan
psikotropika dan mengenai pelaporan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika
diatur oleh Menteri.
Pasal 59
1. Barang siapa menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimport,
memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika gol 1 dipidana
penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda
paling sedikit 150 juta rupiah dan paling banyak 750 juta rupiah.
2. Jika ayat satu diatas dilakukan secara terorganisir dipidana mati atau
seumur hidup atau 20 tahun dan denda 750 juta rupiah.
3. Jika dilakukan dengan korporasi denda 5 miliar rupiah.
Pasal 62
1. Barang siapa memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika
dipidana penjara paling lam 5 tahun dan denda paling banyak 100 juta
rupiah.
Pasal 64
1. Barang siapa menghalangi penderita ketergantungan untuk berobat ke
panti rehabilitasi, atau menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi tanpa
izin dipidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak 20
juta rupiah.
Pasal 65
Barang siapa tidak melapor adanya penyalah gunaan dan
kepemilikan psikotropika secara tidak sah dipidana 1 tahun
dan denda 20 juta rupiah.
Pasal 71
Barang siapa bersekongkol, bersepakat membantu,
menyuruh, turut melakukan, menganjurkan atau
mengorganisir tindak pidana psikotropika sesuai pasal 60, 61,
62, dan 63 dipidana pokok dan diatmbah sepertiganya.
Pasal 72
Barang siapa jika tindak pidana psikotropika dilakikan
dengan menggunakan anak belum cukup umur, ancaman
pidana hukuman pokok dan ditambah sepertiganya.
Semoga ilmu yang kami sampaikan berguna bagi kalian
semua.

Anda mungkin juga menyukai