ISLAM
DOSEN PENGAMPU :
1.DR.ABIDIN DJAFAR M.AG
2.ANDRI SATRIA SALEH SH.I M.SY
OLEH:SUCI NURLAILA
NIM :151 185 018
PERAN AGAMA TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
Peran agama terhadap kehidupan manusia berpengaruh dalam banyak aspek.Ada beberapa
peran agama yang dapat diperoleh manusia,antara lain :
Memberi jawaban tentang hal yang tidak dapat dijawab oleh manusia
Agama merupakan sumber tatanan hidup dan pengetahuan manusia. Banyak hal dan kejadian
yang tidak mampu dijawab dengan keterbatasan yang ada pada manusia.Misalnya pertanyaan
seperti kemana jiwa manusia setelah raganya mati? Pertanyan tersebut tentu sulit untuk dijawab
manusia.Agama memberikan jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh nalar
manusia.
Mengenalkan pada hal yang baik dan buruk Aturan-aturan dalam agama,
adalah mengatur mana hal yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan
manusia.Dengan adanya larangan dalam agama bertujuan agar manusia tidak
merugikan diri sendiri, merugikan orang lain ataupunb makhluk hidup lainnya
dalam rangka memperoleh hal yang ingin dimiliki oleh manusia.
Menjadi penyeimbang antara fisik dan jiwa manusia
Kesehatan manusia tidak hanya dilihat dari fisiknya saja, namun dari jiwa.
Agama memberikan tuntunan kepada manusia untuk dapat memperoleh
ketenangan dan kematangan jiwa ketika beribadah untuk menyeimbangkan
kebutuhan fisik dan jiwa manusia.
Peran manusia terhadap agama
Setelah kita mengetahui tentang pentingnya peranan agama bagi kehidupan manusia, maka manusia
juga mempunyai peran terhadap agama itu sendiri diantaranya adalah :
Menjadikan agama sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan pribadi, dan kehidupan sosial dalam
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Menjalankan tuntunan agama dengan mengerjakan hal-hal positif yang tidak menyimpang dari Ajaran
agama yang diyakini oleh manusia sebagai wujud ketaatan manusia terhadap perintah sang Pencipta
Alam Semesta yaitu Allah SWT
Menjaga silaturrahmi dengan sesama manusia, serta menjaga toleransi antar umat beragama, dan lain-
lain.
PEMAHAMAN TENTANG AGAMA
1. Pendekatan Antropologis
Ajaran Islam dalam melihat manusia berbeda dengan pendekatan antropologi. Ajaran Islam dalam
menjelaskan kedudukan manusia di muka bumi ini, bahwa eksistensi manusia tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Pencipta. Selain itu, agama Islam juga memposisikan
manusia sebagai pengatur (khalifah) di muka bumi. Sedangkan antropologi dalam melihat manusia dan
agama hanya sebatas sebagai bagian dari fenomena kebudayaan yang tidak terkait dengan kekuatan di
luar dirinya.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya yang berkelanjutan bagi sarjana-sarjana muslim untuk
memperkaya pendekatan antropologi ini dengan memasukkan ajaran-ajaran islam yang bersumber dari
al-Qur’an dan Hadits, guna meluruskan temuan-temuan pendekatan antropologi dengan ilmu keislaman.
2. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengamalan agama yang
bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (forma)
memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah dapat
dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya.
Dari pemaparan di atas penulis mencoba untuk merumuskan pengertian dari pendekatan filosofis. Menurut
penulis pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti,
hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Dengan kata lain,
pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa dibalik sesuatu yang
nampak.
3. Pendekatan Sosiologis
Penerapan pendekatan sosiologis Islami di antaranya misalnya bagaimana implementasi syariah dalam
masyarakat Islam. Dengan catatan bahwa peneliti harur menjauhi sikap purbasangka negatif. Cukup
banyak negara muslim yang bisa dijadikan sample dalam penelitian ini, antara lain Malaysia, Indonesia,
Pakistan, Saudi Arabia, dan Mesir. Yang dimunculkan dalam penelitian ini bukan segi-segi yang bersifat
konflik antara hukum Islam dan masyarakat, melainkan justru segi-segi positifnya.
Sosiologi agama bukan mengkaji benar atau salahnya suatu ajaran agama, tetapi yang dikaji adalah
bagaimana agama tersebut dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya. Dalam kaitan ini, dapat terjadi apa
yang ada dalam doktrin kitab suci berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan empirik. Para sosiolog
membuat kesimpulan tentang agama dari apa yang terdapat dalam masyarakat.
Jika suatu pemeluk agama terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, kesehatan,
kebersihan, dan lain sebagainya. Kaum sosiolog terkadang menyimpulkan bahwa agama dimaksud
merupakan agama untuk orang-orang yang terbelakang
4. Pendekatan Feminisme
Pendekatan feminis dalam studi agama, merupakan sebuah upaya transformasi kritis dari perspektif
teoritis yang ada dengan menggunakan gender sebagai pisau kategori analisisnya. Feminis dan studi
agama menurut para feminis religius, Sebagaimana agama, feminisme memberi perhatian pada makna
identitas dan totalitas manusia pada tingkat yang paling dalam. Dan tugas utama feminis adalah
mengindentifikasi sejauh mana terdapat persesuaian antara pandangan feminis dengan pandangan
keagamaan terhadap, kedirian, dan bagaimana menjalin hubungan baik antara keduanya.
Jika kita lihat lebih jauh dalam perkembangannya, feminisme dengan pengikut yang berbeda latar
filosofinya, pastilah berbeda dan mempunyai fanstisme masing-masing.
Oleh karenanya kita harus memulai pendefinisian feminisme yang lebih inklusif dan luas, sehingga
tidak terjadi benturan yang justru merusak. Sehingga menarik disini, dari pendefinisian diatas, dapat kita
lihat adanya kelonggaran dan kemungkinan laki-laki sebagai partner simpatik dalam persoalan feminis.
Sehingga seorang feminis tidak selamanya harus perempuan. Dan sebaliknya, masih banyak perempuan
yang dengan alasan-alasan apologetik justru setuju dengan konsep patriarki, yang sebenarnya menjadi
musuh bersama dan kritik para feminisme.
5. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan atau metode yang paling dekat dan berhubungan dengan pendekatan historis adalah
pendekatan fenomenologis. Memahami agama dalam kajian fenomenologi berarti memahami agama dari sejarah,
memahami sejarah dalam arti menurut dimensi keagamaannya.
Pendiri pendekatan fenomenologis adalah Edmund Husserl, yang memandang fenomenologi sebagai suatu
disiplin filsafat yang solid dengan tujuan membatasi dan melengkapi penjelasan psikologis murni tentang proses-
proses pikiran.kemudian pendekatan ini dipakai untuk menjelaskan bidang-bidang seni, hukum, agama, dan lain-
lain. Salah satu cara untuk memahami fenomenologi agama adalah menganggapnya sebagai reaksi terhadap
pendekatan-pendekatan historis, sosiologis, dan psikologis. Kebanyakan ahli fenomenologi menganggap semua
pendekatan semacam itu untuk mereduksi agama menjadi semata-mata aspek sejarah, atau aspek sosial atau
aspek kejiwaan.
Ada tiga tugas yang harus dipikul oleh fenomenologi agama, yakni:
1. Mencari hakikat ketuhanan
2. Menjelaskan teori wahyu
3. Meneliti tingkah laku keagamaan.
Maka dari itu pendekatan yang paling tepat dalam memahami ajaran agama adalah melalui pendekatan
fenomenologis.
SUMBER – SUMBER HUKUM ISLAM
AL QURAN
Pengertian Al qur’an
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti
mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran
adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut
para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada rasulullah dengan bahasa arab,
merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
Kedudukan Al qur’an
1. Hukum I’tiqadiah : yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal
yang berkaitan dengan akidah/keimanan.
2. Hukum Amaliah : yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah SWT, antara
manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitar.
3. Hukum Khuluqiah : yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam kehidupan, baik
sebagai makhluk individual atau makhluk sosial.
• Karakteristik Al Qur'an
1. Menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, dan masyarakat
2. Menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai rujukan dalam memecahkan suatu masalah.
3. Menerapkan apa yang menjadi ketentuan Nabi, kebiasaan beliau baik dari perkataan, perbuatan, tindakan dan
lain sebagainya.
4. Memiliki semangat keilmuan yang tinggi untuk kepentingan dunia dan akhirat
5. Mempelajari hadits serta mengamalkannya