Pembimbing : Dr. Moch. Iwan Kurniawan . Sp.M Anatomi Tear Film
lapisan ini menghambat penguapan dan
membentuk sawar kedap air saat palpebra ditutup
Lapisan ini mengandung oksigen, elektrolit dan
banyak protein seperti growth factors, yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dan menyediakan lingkungan yang cocok untuk epitel permukaan
Fungsi lapisan ini sebagai surfaktan yang
membantu air mata membasahi epitel kornea yang bersifat hidrofobik Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes Schirmer
■ Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan
memasukkan strip Schirmer kedalam konjungtiva inferior. .Bagian yang basah diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.
■ Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal, kurang
dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal. 2. Tear film break-up time
■ Tear film Break-Up Time mengukur stabilitas film air
mata. Dengan fluorescein yang ditanamkan, Tear Film Break-Up Time adalah selang waktu setelah pasien berkedip sampai muncul kekeringan air mata.
■ Pasien diminta untuk tidak berkedip setelah
diberikan fluorescein 5 μL tanpa anestesi. Pasien dikatakan mata kering jika daerah kering muncul sebelum 10 detik. 3. Tes Ferning
■ Sebuah tes sederhana dan murah untuk
meneliti mukus konjungtiva dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan parut (pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva difus), arborisasi berkurang atau hilang. 4. Sitologi Impresi
■ Sitologi impresi adalah cara menghitung
densitas sel goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel
goblet paling tinggi di kuadran infra-nasal
■ Hilangnya sel goblet ditemukan pada kasus
keratokonjungtivitis sicc, trachoma,
pemphigoid mata cicatrix, sindrom stevens
johnson, dan avitaminosis A..
5. Uji Clearance Flourescein ■ Untuk menguji kombinasi sekresi air mata dan drainase, uji clearance fluorescein dapat dilakukan sebagai modifikasi uji Schirmer. Basahnya strip dan hilangnya warna kedua strip diukur setiap interval 10 menit.
■ Nilai 3 mm atau lebih pada interval 10
menit pertama adalah standar untuk normal. Pada interval 20 menit, jika pewarna tidak bisa dideteksi, maka clearance itu normal. 6. Pewarnaan Rose bengal ■ Rose bengal akan muncul di daerah kornea atau konjungtiva yang
kekurangan lapisan musin . Rose bengal adalah alat yang penting
dalam mengevaluasi mata kering, tapi lebih baik digunakan
sebagai tambahan karena kurangnya sensitivitas dan spesifisitas
■ Penting untuk dicatat bahwa Rose bengal bersifat toxic terhadap
epitel kornea. Rose Bengal tanpa anestesi dapat menyebabkan
ketidaknyamanan saat digunakan dan karena itu kurang umum
digunakan dibandingkan fluorescein.
7. Pewarnaan Lissamine Green
■ Lissamine green (LG) adalah pewarna lain yang
mirip dengan rose bengal yang mewarnai
permukaan bola mata. Kedua jenis pewarna ini
memiliki pewarnaan yang serupa .
■ Tapi tidak seperti rose bengal, lissamine green
tidk bersifat toxic untuk epitel kornea, dan
ditoleransi lebih baik dibanding rose bengal
8. Uji Kadar Lisozim Air 9. Osmolalitas Air Mata Mata ■ Penurunan konsentrasi lisozim air mata ■ Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan umumnya terjadi pad awal perjalanan pada keratokonjungtivitis sicca dan sindrom Sjorgen dan berguna untuk pemakaian kontak lens dan diduga mendiagnosis penyakit ini. sebagai akibat berkurangnya sensitivitas kornea. ■ Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum ■ Laporan-laporan menyebutkan bahwa adalah pengujian secara spektrofotometri. hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal. 10. Lactoferrin
■ Lactoferrin dalam cairan air mata
akan rendah pada pasien dengan
hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak
penguji dapat dibeli dipasaran.
11. Meibografi / meiboskopi
■ Morfologi dan densitas kelenjar meibom dapat
dianalisis dengan menggunakan meibography /
meiboscopy untuk membantu mendiagnosis
disfungsi kelenjar meibom.
■ Meiboscopy adalah visualisasi dari kelenjar
meibomian oleh transilluminasi kelopak mata.
Meibography menyiratkan dokumentasi fotografi.
12. Meibometri
■ Disfungsi kelenjar meibom dapat didiagnosis
dengan meibometry. Lipid pada daerah bawah central lid margin diletakkan diatas plastik, dan jumlah yang diambil dibaca oleh densitometri optik. Ini memberikan ukuran tidak langsung dari tingkat steady state dari lipid meibomian. 13. Termometer permukaan okular (Ocular surface thermographer) ■ Penggunaan perangkat untuk mengukur suhu film air mata yang disebut Ocular Surface Thermographer (Tomey Corporation) telah terbukti cukup sensitif dan spesifik saat membandingkan pasien mata kering dengan kontrol yang sehat.
■ Termometer permukaan okuler menunjukkan
hasil yang menjanjikan dalam mendiagnosis mata kering, walaupun penggunaannya mungkin terbatas karena biaya. TERIMA KASIH