Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

SPACE OCCUPYING LESION SUSP MENINGIOMA


KHANDAR YOSUA
112016332
I. IDENTITAS PASIEN

 Diambil secara : autoanamnesis


 Nama : Ny. R
 Umur : 46 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Status perkawinan : Sudah menikah
 Pekerjaan : IRT
 Alamat :-
 Dikirim oleh :-
 No. CM :-
RINGKASAN

 Subyektif
 Pasien datang dengan keluhan baal wajah sebelah kanan pada tahun 2009. Keluhan pertama kali dirasakan tahun 2003 saat hamil anak
terahkir, tetapi setelah melahirkan sudah menghilang. Disertai telinga berdengung, nyeri kepala, dan kelopak mata yang sulit dibuka. Pasien
direncanakan untuk dilakukan operasi di RS PON, keluhan saat ini sudah tidak begitu dirasakan
 Obyektif
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : CM
 GCS : E4V5M6 (15)
 Tekanan darah : 120/90 mmHg
 Nadi : 78 x/ menit
 Suhu : 36.0 oC
 Respirasi : 20 x/menit
Status Neurologis :
 N.III, IV, VI: pupil bulat, ditengah, isokor 1mm/1mm, RCL -/-, RTCL -/-
 NVIII: weber lateralisasi kanan. Rinne (+/+)
Motorik :
 Atas :5/5
 Bawah : 5/5
 Refleks fisiologis refleks patologis : (-)

++ ++
++ ++
++ ++
+ +
 Hasil MRI: .
 (19/06/2009)
 Extraaxial tumor didaerah parasellar kanan yang invasi kedalam sella dan CPA cistern kanan serta menekan brainstem ke
kiri. juga tampak mastoiditis kanan. meningioma?
 (26/01/2018)
 Massa extra axial, menyengat pasca kontras pada CPA dextra dan fossa temporal dextra
 (03/03/2018)
 Stenosis a.carotis interna kanan mulai segmen petrous sampai segmen communicating. sugestif ec penekanan massa (a.carotis di
segmen petrous sampai communicating terdesak massa, dan di segmen cavernous dilingkupi massa)
 penyempitan ringan bagian mid posterior communicating artery
 a.basilaris terdorong ke kiri dengan kaliber normal
 tidak tampak stenosis, aneurisma maupun AVM pada sistem arteri lainnya pada MRA saat ini
VI. DIAGNOSIS
 Diagnosa Klinik : tinnitus, gangguan pendengaran, RCL -/-, RCTL -/-, hemiparese wajah dextra, penglihatan
menurun dextra
 Diagnosa Topik : cerebellopontine angle + sinus cavernosus
 Diagnosa Etiologik : SOL neoplasma
 Diagnosa Patologik : Desak ruang intrakranial
 VII. TATALAKSANA
 Rujuk faskes tingkat III  Rencana tatalaksana lebih lanjut

 VIII. PROGNOSIS
 Ad Vitam : Bonam
 Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
 Space occupying lesion dapat terjadi pada otak maupun pada medula spinalis. Untuk bagian otak, ada beberapa hal
yang dapat menjadi penyebabnya, yaitu Tumor, Perdarahan, Herniasi Otak, Abses, Edema, dan yang terakhir Tumor
Medula spinalis.
TUMOR OTAK

 Etiopatogenesis
 Bawaan
 Degenerasi atau perubahan neoplasmatik
 Radiasi
 Virus
 Substansia substansia karsinogenik
 Epidemiologi
 Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang tengkorak adalah sebagai berikut: (1) glioma (41%), (2) meningioma
(17%), (3) adenoma hipofisis 13%,(4) neurilemoma 12%, (5) neoplasma metastatik dan (6) neoplasma pembuluh
darah serebral. Urutan yang berlaku untuk proses neoplasmatik di dalam ruang kanalis spinalis berbeda dengan
urutan di atas. Di situ adalah sebagai berikut: (1) neurilemoma, (2) meningioma, (3) glioma, (4) sarkoma,
(5)hemangioma, dan (6)kordoma
MANIFESTASI KLINIS

 Gangguan kesadaran akibat tekanan intracranial yang meninggi


 Gejala umum akibat tekanan intra kranial yang meinggi
 Sakit kepala, muntah, kejang fokal, gangguan mental, perasaan abnormal di kepala

 Tanda tanda lokalisatorik yang menyesatkan


 Kelumpuhan saraf otak, refleks patologik yang positif pada kedua sisi, gangguan mental, gangguan endokrin,
ensefalomalasia
MANIFESTASI KLINIS

 Tanda –tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal


 Lobus frontalis
 Daerah presentral
 Lobus temporalis
 Lobus parietalis
 Lobus oksipitalis
 Korpus kalosum
MANIFESTASI KLINIS

 Tanda-tanda diagnostik fisik pada tumor intrakranial


 Papiledema
 Pada anak kepala membesar
 Hipertensi intracranial
 Irama dan frekuensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Foto polos tengkorak/rontgen kepala


 Neurofisiologi
 Ct-scan/MRI
 MRS
PENATALAKSANAAN

 Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan terapi operatif, terapi konservatif, radioterapi,
kemoterapi, immunoterapi
Condition Value (%) level of Functional Capacity

100% No complaints; no evidence of disease


Able to carry on
Able to carry on normal activity; minor signs
PROGNOSIS normal activity and
to work; no special
90%
or symptoms of disease
care needed Normal activity with effort; some signs or
80%
symptoms of disease

Cares for self; unable to carry on normal


Unable to work; able 70%
activity or to do active work
to live at home and
care for most Requires occasional assistance but is able to
60%
personal needs; care for most personal needs
varying amount of
assistance needed Requires considerable assistance and frequent
50%
medical care

40% Disabled; requires special care and assistance


Unable to care for Severely disabled; hospital admission indicated
self; requires 30%
although death not imminent
equivalent of
institutional or Very sick; hospital admission necessary; active
20%
hospital care; diseases supportive treatment necessary
may be progressing
rapidly 10% Moribund; fatal processes progressing rapidly

0% Dead
MENINGIOMA

istilah yang diciptakan oleh Harvey Cushing, mengacu pada satu set tumor yang muncul bersebelahan dengan
meninges. Meningioma dapat terjadi intrakranial atau di dalam kanal tulang belakang. Mereka diduga muncul dari sel
cap arachnoidal, yang berada di lapisan arachnoid yang menutupi permukaan otak.
 iritasi
 kompresi
 gejala stereotip
 Vaskular
 Lain lain
JENIS JENIS TUMOR

 Gliomas
 Astrositoma
 WHO Grade I,II,III,IV

 Oligodendroglioma
 Epyndymoma
 Medulloblatoma
 Ganglioglioma
 Schwannoma
 Chordoma
ABSES OTAK

 Abses otak adalah infeksi suppuratif fokal di dalam parenkim otak.


 Meskipun jarang, ini adalah salah satu proses suprakatif intrakranial yang paling umum
 Pathogenesis:
 Penyebaran situs berdekatan
 Penyebaran hematogen
 Cedera kepala
Sebagian besar abses otak disebabkan oleh bakteri.
Presentasi klasik abses otak digambarkan sebagai trias demam, sakit kepala, dan defisit neurologis fokal, tetapi kombinasi temuan
ini terlihat pada kurang dari 50% pasien dengan abses otak.
 Diagnosis abses otak dilakukan dengan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) dan
biopsi stereotactic
 Suatu pendekatan yang menggabungkan manajemen medis dan bedah dianjurkan pada kebanyakan kasus abses
otak. Drainase abses memainkan peran terapeutik penting serta diagnostik.
TRAUMA KAPITIS

 Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun
permanen.
 Hematoma Epidural (EDH)
 Hemtoma epidural adalah perdarahan yang terjadi pada lapisan antara tulang tengkorak dan duramater

 Hematoma Subdural
 Hematom subdural adalah perdarahan yang terjadi di antara duramater- arachnoid, akibat robeknya “bridging vein” (vena jembatan).

 Perdarahan Subarachnoid
 SAH ialah terjadinya ekstravasasi darah, biasanya darah arteri ke dalam ruang subarachnoid.
PENATALAKSANAAN TRAUMA KAPITIS

 Survei primer, gunanya untuk menstabilkan kondisi pasien, meliputi tindakan sbb:
 Airway
 Breathing
 Circulation
 Disability
Survei sekunder > lab dan

Anda mungkin juga menyukai