Anda di halaman 1dari 26

Skizofrenia Hebefrenik

Pembimbing : dr. Hj. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ


Penyaji : Jesika Souhoka (11.2017.023)

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Jiwa


Periode 14 Mei 2018 – 16 Juni 2018
IDENTITAS PASIEN
 Nama (inisial) : An. MBO
 Tempat & tanggal lahir : Bandung, 01 Januari 2004
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan :-
 Status Perkawinan : Belum menikah
 Alamat : KP Areng RT/RW 003/009,
Wangunsari
RIWAYAT PSIKIATRIKAutoanamnesis : Jumat, 18 Mei 2018, pukul
11.00 WIB
Alloanamnesis : Nn. I (Kakak sepupu)
KELUHAN UTAMA :
Pasien berbicara sendiri sejak 2 minggu yang lalu.

RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien diantar dari sekolahnya ke
rumah dalam keadaan pingsan karena jatuh di toilet sekolah. Saat sadar, pasien mulai
berbicara sendiri (autistik). Pasien sering mengucapkan kalimat-kalimat yang sulit
untuk dimengerti. Sesekali bisa ketawa sendiri bahkan menangis dengan sendirinya.
Pasien juga menjadi lebih sering marah marah tanpa sebab disertai teriak-teriak
(agresifitas verbal). Pasien sulit tidur tiap malamnya (insomnia). Pihak keluarga
mencoba menyembuhkan pasien dengan pengobatan tradisional dan secara agama
tetapi karena pasien tidak membaik, pihak keluarga membawa pasien ke RSJ Cimahi
empat hari yang lalu. Saat ke RSJ Cimahi pasien diberi terapi untuk 2 hari dan diminta
untuk berobat jalan karena tampak lebih tenang dan nyambung diajak ngobrol setelah
meminum obat yang diberikan. Setelah obat habis keluhan pasien muncul lagi dan
memburuk sejak satu hari yang lalu sehingga dibawa lagi ke RSJ Cimahi. Selama di IGD
pasien merontak-rontak sehingga harus diikat.
Saat dianamnesis pasien tidak nyambung dalam menjawab tiap pertanyaan. Pasien
juga mengatakan sering melihat ada seorang laki laki yang disebutnya “akang dani”
berada diruang IGD (halusinasi visual). Katanya laki-laki yang dilihatnya itu
mengajak dia untuk berbicara (halusinasi auditorik), tetapi saat ditanya apa
yang dibicarakan pasien menjawab dengan hal yang lainnya. Pasien juga sering
mengatakan mencium bau amis (halusinasi olfaktorik). Pasien sering
mengatakan kalau merasa sakit hati. Pasien mengatakan akan diruqyah oleh
gurunya dengan kata-kata yang menyakitkan (waham curiga). Menurut keluarga,
beberapa hari sebelum pasien jatuh di toilet sekolah, pasien menjadi lebih pendiam
dari biasanya. Pasien cendrung melamun dan mengatakan banyak hal yang dia
ingini tapi tidak bisa tercapai. Pasien sering mengatakan memiliki cita-cita menjadi
guru, sekertaris, atau menjadi dokter. Tetapi karena keadaan ekonomi keluarga,
pasien menjadi takut putus sekolah. Saat di IGD sesekali pasien meminta untuk
dilepaskan dan meminta maaf lalu mengatakan ingin menjadi dokter.
RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
 Gangguan psikiatrik
Tidak ada masalah.
 Riwayat gangguan medik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan medik.
 Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, maupun minum
alkohol.
 Riwayat gangguan sebelumnya
Tidak ada masalah.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

Masa
 Riwayat perkembangan fisik:
Pasien dilahirkan dengan persalinan normal dan langsung menangis. Tidak ada
kelainan pada proses tumbuh kembang dari bayi sampai dewasa. Tidak ada riwayat
kejang, operasi, dan patah tulang. Namun 2 minggu yang lalu pasien memiliki
riwayat jatuh di toilet sekolah.
 Riwayat perkembangan kepribadian:

 Riwayat pendidikan :
Pasien sekarang duduk di bangku kelas dua sekolah menengah pertama.
 Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja.

 Kehidupan beragama
Pasien memeluk agama Islam. Pasien rajin beribadah.

 Kehidupan sosial dan perkawinan


Di kehidupan sosial pasien dikenal sebagai orang yang baik, berprestasi, dan disukai
orang-orang di sekitarnya. Pasien memiliki banyak teman namun lebih sering berada
dirumah dan cendrung menjadi anak yang pendiam. Saat ini pasien belum menikah.
RIWAYAT KELUARGA
 Pasien merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara.
Terdapat riwayat gangguan jiwa pada keluarga (ibu).

SITUASI KEHIDUPAN
SOSIAL SEKARANG
Pasien tinggal
bersama kakek dan
neneknya. Kehidupan
sehari-hari dibiayai
oleh kakeknya yang
bekerja sebagai buru
bangunan dan
terkadang neneknya
juga yang bekerja
sebagai buru cuci.
STATUS MENTAL : Deskripsi Umum

 Penampilan Umum
Pasien seorang anak perempuan berusia 14 tahun, berpenampilan fisik sesuai
usianya, postur tubuh normal, warna kulit kuning langsat, rambut hitam keriting,
pasien terlihat berantakan dan merontak-rontak.
 Kesadaran
Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
Kesadaran psikiatrik : Tampak tidak terganggu
 Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum
 Sikap terhadap Pemeriksa
Tidak kooperatif
 Pembicaraan
Cara berbicara : Banyak bicara, tidak jelas, emosional dan volume keras
Gangguan berbicara : Tidak ada

STATUS MENTAL : Alam Perasaan (emosi)

 Suasana perasaan (mood) : Poikilotym


 Afek ekspresi afektif
Arus : Cepat
Stabilisasi : Labil
Kedalaman : Dangkal
Skala diferensiasi : Sempit
Keserasian : Serasi
STATUS MENTAL : Gangguan Persepsi

 Halusinasi : - halusinasi visual


- halusinasi auditorik
- halusinasi olfaktorik

 Ilusi : Tidak ada

 Depersonalisasi : Tidak ada

 Derealisasi : Tidak ada


STATUS MENTAL : Sensorium dan Kognitif (Fungsi
Intelektual)

 Taraf pendidikan : SMP

 Pengetahuan umum: Tidak dapat dinilai

 Kecerdasan : Tidak dapat dinilai

 Konsentrasi : Tidak baik, perhatian pasien tidak terpusat pada pewawancara


berkali – kali pasien melirik ke hal lain.

 Orientasi : Tidak dapat dinilai

 Daya ingat : Tidak dapat dinilai


STATUS MENTAL : Proses Pikir

 Arus pikir
Produktivitas : Autistik
Kontinuitas : Asosiasi longgar (+)
Hendaya bahasa : Tidak ada

 Isi pikir
 Preokupasi : Ada
 Waham : Waham curiga
 Obsesi : Tidak ada
 Fobia : Tidak ada
STATUS MENTAL
 PENGENDALIAN IMPULS : Tidak baik

 DAYA NILAI
Daya nilai social : Tidak dilakukan
Uji daya nilai : Tidak dilakukan
Daya nilai realita : Tidak dilakukan

 TILIKAN : Derajat 1

 RELIABILITAS : Buruk
PEMERIKSAAN FISIK
 STATUS INTERNUS
Keadaan umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu badan : 360 C
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Bentuk tubuh : Normal
Sistem kardiovaskular : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Sistem respiratorius : Suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Sistem gastro-intestinal : Bising usus (+), normoperistaltik
Sistem musculo-skeletal : Deformitas (-), simetris, eutropi
Sistem urogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kesimpulan  Hasil pemeriksaan pada status internus tidak didapatkan kelainan


 STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial (I-XII) : Tidak dilakukan
Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
- Refleks fisiologis: (+) normal
- Refleks patologis : (-) negatif
Mata: Tidak ada gangguan gerak bola mata, jerky (-)
Pupil : Isokor
Oftalmoscopy : Tidak dilakukan
Motorik : Tidak dilakukan
Sensibilitas : Tidak dilakukan
Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
Fungsi luhur : Sulit dinilai
Gangguan khusus : Tidak ada

Kesimpulan  Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemui kelainan.


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Fungsi
Darah
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Sejak dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien anak perempuan berusia 14
tahun pingsan karena jatuh di toilet sekolah. Saat sadar, pasien berbicara sendiri
(autistik).
Pasien sering mengucapkan kalimat-kalimat yang sulit untuk dimengerti. Sesekali
bisa ketawa sendiri bahkan menangis dengan sendirinya. Pasien juga menjadi lebih
sering marah marah tanpa sebab disertai teriak-teriak (agresifitas verbal). Pasien
sulit tidur tiap malamnya (insomnia).
Selama di IGD pasien merontak-rontak sehingga harus diikat.

Saat dianamnesis pasien tidak nyambung dalam menjawab beberapa pertanyaan


(asosiasi longgar). Pasien juga mengatakan sering melihat ada seorang laki laki
yang disebutnya “akang dani” berada diruang IGD (halusinasi visual). Katanya
laki-laki yang dilihatnya itu mengajak dia untuk berbicara (halusinasi auditorik).
Pasien juga sering mengatakan mencium bau amis (halusinasi olfaktorik). Pasien
juga mengatakan akan diruqyah oleh gurunya dengan kata-kata yang menyakitkan
 Menurut keluarga, beberapa hari sebelum pasien jatuh, pasien cendrung melamun
dan mengatakan banyak hal yang dia ingini tapi tidak bisa tercapai. Pasien sering
mengatakan memiliki cita-cita menjadi guru, sekertaris, atau menjadi dokter. Tetapi
karena keadaan ekonomi keluarga, pasien menjadi takut putus sekolah. Saat di IGD
sesekali pasien meminta untuk dilepaskan dan meminta maaf lalu mengatakan ingin
menjadi dokter.

 Pada riwayat keluarga ditemukan gangguan yang sama pada ibu pasien sejak tahun
2000. Menurut keluarga, ibu pasien sering duduk dipojok ruangan dan berbicara
sendiri lalu setelah itu akan tiba tiba berdandan dan pergi keluar rumah. Setelah
balik kerumah ibu pasien akan terlihat seperti biasa lagi. Ibu pasien juga kadang bisa
berteriak marah-marah dengan sendirinya. Tetapi ibu pasien tidak melakukan
pengobatan.

 Dari hasil pemeriksaan status mental, didapatkan pasien memiliki halusinasi lihat,
halusinasi dengar, dan halusinasi penciuman serta waham curiga. Tilikan pasien
derajat 1.
FORMULA DIAGNOSTIK
Aksis I : Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat digolongkan
dalam
Gangguan kejiwaan  Adanya distress

Gangguan jiwa fungsional / Gangguan Mental Non-Organik 


 Faktor organik spesifik hanya ditemukan dari herediter
 Tidak ada gangguan kesadaran dan neurologi.
 Gangguan kognitif sulit dinilai tapi pasien anak yang berprestasi di sekolah.

Gangguan kejiwaan ini bukan akibat dari penggunaan zat psikoaktif.

Gangguan psikotik, dibuktikan dengan adanya :


 Halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi olfaktorik.
 Waham curiga
Working Diagnosis :
Differential
Menurut PPDGJ III, pasien ini mengalami diagnosis:
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik, karena:
F32.3 Episode
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Depresif Berat
dengan Gejala
• Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya
Psikotik
ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda.
• Adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi
 Memenuhi kriteria
olfaktorik, dan waham curiga yang tidak begitu umum diagnosis
menonjol. episode depresif
• Afek pasien dangkal dan tidak wajar disertai senyum  Adanya waham dan
sendiri, tertawa menyeringai, dan adanya ungkapan halusinasiDisingkirkan
kata yang diulang-ulang. karena memenuhi
• Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat kriteria gangguan
dibuat-buat, dan sukar untuk memahami jalan pikiran skizofrenia paranoid
pasien.
 Aksis II : Gangguan kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental
 
 Aksis III : Kondisi medis umum
Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik umum.
 
 Aksis IV : Masalah ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang membuat pasien menjadi takut putus
sekolah. Padahal pasien memiliki cita-cita yang tinggi.
 
 Aksis V :
Skala GAF 50 – 41 yaitu gejala berat dengan disertai disabilitas yang berat
EVALUASI MULTIAKSIAL

 Aksis 1 :
WD/ F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD/ F32.3 Episode Depresif Berat dengan gejala psikotik

 Aksis II : Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental

 Aksis III : Tidak ada gangguan pada kondisi medik umum

 Aksis IV : Masalah ekonomi

 Aksis V : GAF scale 50-41


 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

 DAFTAR MASALAH
Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik.
Psikologi/psikiatrik : Halusinasi auditorik, visual,
olfaktorik dan waham curiga.
Sosial/keluarga : Merasa akan putus sekolah dan
tidak bisa menggapai cita-cita yang
tinggi.
 PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka Psikoterapi
R/Risperidone tab 3 mg No.X - Suportif
S 2 dd tab ¼ - Edukasi keluarga
----------------------------------- - Religius
- Sosioterapi
R/ Zyprexa amp No. III
S imm (pro injeksi)
-----------------------------------

Pro : An. MBO


Umur : 14 tahun

Anda mungkin juga menyukai