Anda di halaman 1dari 48

A P R E SE N T A T I O N

BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL


VERTIGO
PARESE NERVUS FASIALIS
Rabu, 04 Juli 2018

Firlando Riyanda

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Bedah


Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2018
Definisi
BPPV didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi di telinga dalam
dengan gejala vertigo
posisional yang terjadi secara berulang-ulang dengan tipikal
nistagmus paroksimal
BALANCE
BALANCE
BALANCE
Cupololithiasis & Canalithiasis
ETIOLOGI
• Idiopatik (50%)
• Post trauma kepala
atau leher
• Infeksi telinga tengah
atau operasi
stapedektomi
DIAGNOSIS ANAMNESIS

• bentuk vertigonya, melayang,


goyang, berputar, tujuh keliling,
rasa naik perahu dan sebagainya.
• Keadaan yang memprovokasi,
perubahan posisi kepala,
kelelahan, ketegangan.
• Waktu, tiba-tiba, perlahan-
lahan, hilang timbul,
paroksismal, kronik progresif
atau membaik.
• Gangguan pendengaran + / -
• Riwayat penyakit dan pengobatan.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

• Manuver dix-
halpike
• Tes kalori
Manuver Dix- Halpike
Tes Kalori
Manuver Dix- Halpike
Pada pasien BPPV setelah provokasi
ditemukan nistagmus yang timbul lambat,
± 40 detik, kemudian nistagmus
menghilang kurang dari 1 menit jika
penyebabnya kanalitiasis, pada
kupololitiasis nistagmus dapat terjadi
lebih dari 1 menit
Differential
Diagnosis
• Meniere Disease
• Labirhinitis
• Migraine associated
dizziness
• Inssufisiensi
vertebrobasiler
• Hipotensi postural
1. Non Farmakologi
 Manuver epley
 Manuver Liberatory (semont)
 Latihan Brand-Daroff
Epley Manuver
FARMAKOTERAPI
• Penanganan yang cepat dan tepat
prognosis baik
• Bppv kadang recurrent
sehingga mengganggu
kualitas hidup pasien.
Parese Nervus Facialis
Definisi
• Kelumpuhan saraf fasialis
(N VII) merupakan
kelumpuhan otot-otot wajah
dimana pasien tidak atau
kurang dapat
menggerakkan otot wajah,
sehingga wajah pasien
tidak simetris.
• Hal ini tampak sekali
ketika pasien diminta untuk
menggembungkan pipi dan
mengerutkan dahi.
Anatomi Nervus Facialis

Saraf fasialis propius: yaitu saraf fasialis yang


murni untuk mempersarafi otot-otot ekspresi
wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus
bagian posterior dan stapedius di telinga
tengah.

Saraf intermediet (pars intermedius wisberg),


yaitu subdivisi saraf yang lebih tipis yang
membawa saraf aferen otonom, eferen
otonom, aferen somatis.
Anatomi Nervus Facialis

Saraf VII dibagi dalam 3 segmen, yaitu :


• Segmen labirin,
• Segmen timpani dan
• Segmen mastoid.
Etiologi

kongenital
Infeksi

Tumor

Trauma
Etiologi
Gangguan Pembuluh Darah

Idiopatik ( Bell’s Palsy )

Penyakti-penyakit tertentu
SINDROM RAMSAY HUNT

James Ramsay Hunt (1907) : SRH adalah suatu


sindrom yang terdiri dari otalgia, vesikel pada
aurikula dan parese nervus fasialis perifer.

SRH adalah suatu parese nervus VII perifer


yang disertai dengan eritem vesikuler pada
telinga dan mulut.
SINDROM RAMSAY HUNT
Angka kejadian SRH dari seluruh kejadian
paresis fasialis akut adalah 10-15%.

Pada dewasa terdapat angka kejadian sekitar


18%, anak-anak 16% dan jarang terjadi pada
anak di bawah umur kurang dari 6 tahun.

Perbandingan insidensi antara laki-laki dan


wanita 1:1.
SINDROM RAMSAY HUNT
• Penyebab SRH adalah virus varisela zoster yang
merupakan jenis virus neurotropik.
• Virus ini termasuk dalam anggota family dari
Herpesviridae dan penyebab utama dari penyakit cacar
air.
• SRH terjadi akibat reaktivasi dari infeksi virus varisela
zoster sebelumnya.
PATOGENESIS

• Cedera akson  perubahan histologik dan biokimiawi


• Tekanan pada saraf  hambatan aliran aksoplasma
• Jika cedera terjadi pada kanalis akustikus internus dengan akson yang
terputus dapat mengakibatkan kerusakan permanen lebih besar bila
dibandingkan bila cedera terjadi lebih ke distal dekat motor end plate .
Gejala dan tanda klinik yang berhubungan
dengan lokasi lesi
Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik kearah sisi mulut yang sehat, makan terkumpul di antara pipi dan
gusi. Lipatan kulit dahi menghilang. Apabila mata yang terkena tidak ditutup
atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar terus menerus.

Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)


Gejala dan tanda klinik seperti pada (1), ditambah dengan hilangnya ketajaman
pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi yang terkena
berkurang.

Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)


Gejala dan tanda klinik seperti (1) dan (2) di tambah dengan hiperakusis.
Gejala dan tanda klinik yang berhubungan
dengan lokasi lesi
Lesi ditempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda kilinik seperti pada (1),(2),(3) disertai dengan nyeri di
belakang dan didalam liang telinga, dan kegagalan lakrimal. Contohnya pada
kasus sindrom ramsay hunt.

Lesi di meatus akustikus internus


Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli akibat terlibatnya
nervus akustikus.

Lesi ditempat keluarnya saraf fasialis dari pons.


Gejala dan tanda klinik sama dengan diatas, disertai gejala dan tanda
terlibatnya saraf trigeminus, saraf akustikus dan kadang – kadang juga saraf
abdusen, saraf aksesorius dan saraf hipoglossus.
Tabel 1. Klasifikasi House-Brackmann
Tabel 1. Klasifikasi House-Brackmann
MANIFESTASI KLINIS

• Kelumpuhan Jenis Sentral


1. Bagian wajah sekitar mata dan dahi yang mendapat persarafan
dari 2 sisi tidak lumpuh. Penderita masih dapat mengangkat alis,
mengerutkan dahi, dan menutup mata.

2. Bagian bawah dari wajah lumpuh


kurang dapat mengangkat sudut mulut pada sisi yang lumpuh.
•Kelumpuhan Jenis Perifer
•Kerutan dahi menghilang
•Mata kurang dapat dipejamkan
•Plika nasolabialis mendatar
•Sudut mulut jadi lebih rendah
•Kerusakan pada nervus petrosus mayor
dapat menyebabkan kurangnya produksi
air mata
•Lesi di korda timpani dapat
menyebabkan kurangnya produksi ludah
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan :
•melakukan pemeriksaan fungsi nervus
fasialis.
•Tujuan pemeriksaan fungsi nervus fasialis
adalah untuk menentukan letak lesi dan
menentukan derajat kelumpuhannya
Uji Diagnostik

1. Pemeriksaan Saraf motorik


Pemeriksaan terhadap 10 otot utama wajah
2. Pemeriksaan Tonus
Tonus otot menentukan kesempurnaan terhadap mimik wajah
3. Gustatometri
Pemeriksaan fungsi pengecapan pada 2/3 anterior lidah
4. Pemeriksaan Salivasi
Pemeriksaan sekresi saliva
5. Schimer test atau Naso-Lacrimal reflex
Pemeriksaan fungsi serabut-serabut
sensoris pada nervus fasial

6. Pemeriksaan reflex stapedius


Pemeriksaan dengan menggunakan alat elektroakustik impedans meter.

7. Uji Audiologik
Uji hantaran udara, hantaran tulang, timpanometri, reflek stapedeus
8. Memeriksa ada tidaknya sinkinesis
komplikasi dari parese nervus
fasialis yang sering ditemui
9. Memeriksa ada tidaknya
hemispasme
Komplikasi pada penyembuhan
parese nervus fasialis
Ekspresi Wajah Penderita Parese Nervus Fasialis
Klasifikasi Parese nervus Fasialis

1. Grade I : normal
2. Grade II: disfungsi ringan
3. Grade III : disfungsi sedang
4. Grade IV : disfungsi sedang - berat
5. Grade V : disfungsi berat
6. Grade VI : total parese
Pemeriksaan Penunjang

EMG

Uji
stimulasi ENOG
maksimal
Penatalaksanaan Utama

1. Fisioterapi
2. Farmakoterapi
3. Pengobatan Psikofisikal
Penatalaksanaan Sekuele (gejala sisa)

1. Depresi
2. Nyeri
3. Perawatan Mata
END OF PRESENTATION
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai