Disusun Oleh:
Raisha Triasari
N 111 17 136
Pembimbing Klinik :
dr. Imtihanah Amri, M.Kes, Sp. An
PENDAHULUAN
Hidung
Merupakan jalan utama pada pernapasan normal jika tidak ada obstruksi oleh
polip atau infeksi saluran napas atas.
Faring
Faring meluas dari bagian belakang hidung turun ke kartilago krikoid berlanjut
sampai esofagus. Bagian atas atau nasofaring dipisahkan dengan orofaring
dibawahnya oleh jaringan palutum mole.
Trakea
Adalah sebuah struktur berbentuk tubulus yang mulai setinggi servikal 6
columna vertebralis pada level kartilago tiroid, mendatar pada posterior,
panjang 10-15 cm, didukung oleh 16-20 tulang rawan yang bercabang menjadi
dua atau bifurkasio menjadi brongkus kanan dan kiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi Jalan Nafas
Intubasi Endotrakeal
Bertujuan untuk membersihkan saluran tracheobronchial, mempertahankan
jalan napas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah
pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Intubasi endotrakeal
diindikasikan pada berbagai keadaan saat sakit ataupun pada prosedur medis
untuk mempertahankan jalan napas seseorang, pernapasan, dan oksigenasi
darah.
Laryngeal Mask Airway
Penggunaan LMA meningkat untuk menggantikan pemakaian face mask dan
ETT selama pemberian anestesi, untuk memfasilitasi ventilasi dan
pemasangan ETT pada pasien dengan jalan napas yang sulit, dan untuk
membantu ventilasi selama bronchoscopy fiberoptic, juga pemasangan
bronkoskop.
TINJAUAN PUSTAKA
Laryngeal Mask Airway (LMA)
LMA telah digunakan secara luas untuk mengisi celah antara intubasi ET dan
pemakaian face mask.
LMA di insersi secara blind ke dalam faring dan membentuk suatu sekat
bertekanan rendah sekeliling pintu masuk laring.
LMA adalah alat supra glotis airway, didesain untuk memberikan dan
menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan dan
memungkinkan ventilasi kendali pada mode level tekanan positif.
Alat ini tersedia dalam 8 ukuran untuk neonatus, infant, anak kecil, anak
besar, kecil, dewasa normal dan besar.
LMA terdiri dari pipa dengan lubang yang besar, di akhir bagian proksimal
dihubungkan dengan sirkuit napas dengan konektor berukuran 15 mm, dan
pada bagian distal terdapat balon berbentuk elips yang dapat dikembangkan
lewat pipa.
TINJAUAN PUSTAKA
Laryngeal Mask Airway (LMA)
1 Neonatus/Bayi hingga 5 Kg 4
1½ Infant 5-10 Kg 7
2 Bayi/Anak-anak 10-20 Kg 10
2½ Anak-anak 20-30 Kg 14
3 Anak-anak 30-50 Kg 20
4 Dewasa 50-70 Kg 30
5 Dewasa 70-100 Kg 40
6 Dewasa Lebih dari 100 Kg 50
LMA memberikan alternatif untuk ventilasi selain face mask atau ETT.
Kontraindikasi untuk LMA adalah pasien dengan kelainan faring (misalnya
abses), sumbatan faring, lambung yang penuh (misalnya kehamilan, hernia
hiatal), atau komplians paru rendah (misalnya penyakit restriksi jalan napas)
yang memerlukan tekanan inspirasi puncak lebih besar dari 30 cm H2O.
Bagian-bagian LMA
TINJAUAN PUSTAKA
Laryngeal Mask Airway (LMA)
Classic LMA
Merupakan suatu peralatan yang digunakan pada airway management yang
dapat digunakan ulang dan digunakan sebagai alternatif baik itu untuk
ventilasi facemask maupun intubasi ET. Jika LMA dimasukkan dengan tepat
maka tip LMA berada diatas sfingter esofagus, cuff samping berada di fossa
pyriformis, dan cuff bagian atas berlawanan dengan dasar lidah. Posisi seperti
ini akan menyebabkan ventilasi efektif dengan inflasi minimal dari lambung.
LMA Fastrach (Intubating LMA)
ILMA tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan patologi esofagus
bagian atas karena pernah dilaporkan kejadian perforasi esofagus.
Intubasi pada ILMA bersifat “blind intubation technique”. Nyeri tenggorok dan
suara serak biasanya ringan, namun lebihsering terjadi pada pemakaian ILMA
dibandingkan cLMA. ILMA memegang peranan penting dalam manajemen
kesulitan intubasi yang tidak terduga.
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis LMA
LMA Proseal
Memiliki 2 design yang menawarkan keuntungan lebih dibandingkan LMA
standar selama melakukan ventilasi tekanan positif. Pertama, tekanan seal
jalan nafas lebih baik yang berhubungan dengan rendahnya tekanan pada
mukosa. Kedua, LMA Proseal terdapat pemisahan antara saluran pernapasan
dengan saluran gastrointestinal, dengan penyatuan drainage tube yang
mengalirkan gas-gas esofagus atau memfasilitasi suatu jalur tubeorogastric
untuk dekompresi lambung.
LMA Fastrach (Intubating LMA)
Bentuk dan ukuran mask nya hampir menyerupai cLMA, dengan airway tube
terdapat gulungan kawat yang menyebabkan fleksibilitasnya meningkat yang
memungkinkan posisi proximal end menjauhi lapang bedah tanpa
menyebabkan pergeseran mask. Berguna pada pembedahan kepala dan leher,
maxillo facial dan THT. fLMA memberikan perlindungan yang baik terhadap
laring dari sekresi dan darah yang ada diatas fLMA.
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis LMA
(a) (b)
(c) (d)
Indikasi
- Sebagai alternative dari ventilasi face mask atau intubasi ET untuk airway
management. LMA bukanlah suatu penggantian ET, ketika pemakaian ET
menjadi suatu indikasi.
- Pada penatalaksanaan difficult airway yang diketahui atau yang tidak
diperkirakan.
- Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang tidak
sadarkan diri.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Anastesi LMA
Kontraindikasi
- Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung (penggunaan pada
emergency adalah pengecualian).
- Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem pernafasan, karena
seal yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan mengalami kebocoran
pada tekanan inspirasi tinggi dan akan terjadi pengembangan lambung.
Tekanan inspirasi puncak harus dijaga kurang dari 20 cm H2O untuk
meminimalisir kebocoran cuff dan pengembangan lambung.
- Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik jangka
waktu lama.
- Pasien-pasien dengan refleks jalan nafas atas yang intack karena insersi
dapat memicu terjadinya laryngospasm.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Anastesi LMA
Efek Samping
- Efek samping yang paling sering ditemukan adalah nyeri tenggorok, dengan
insidensi 10% dan sering berhubungan dengan over inflasi cuff LMA. Efek
samping yang utama adalah aspirasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Anastesi LMA
Pemasangan LMA
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Anastesi LMA
Teknik Ekstubasi
- Pada akhir pembedahan, cLMA tetap pada posisinya sampai pasien bangun
dan mampu untuk membuka mulut sesuai perintah, dimana refleks proteksi
jalan napas telah normal pulih kembali.
- Melakukan penghisapan pada faring secara umum tidak diperlukan dan
malah dapat menstimuli dan meningkatkan komplikasi jalan nafas seperti
laryngospasm.
- Saat pasien dapat membuka mulut mereka, cLMA dapat ditarik.
- Kebanyakan sekresi akan terjadi pada saat–saat ini dan adanya sekresi
tambahan atau darah dapat dihisap saat cLMA ditarik jika pasien tidak
dapat menelansekret tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Anastesi LMA
Nama An. N
Umur 10 tahun
Alamat Jln. Malotara
Agama Hindu
Ruangan Kenari
Tanggal Pemeriksaan 30 Januari 2018
Nomor Rekam Medis 803597
TINJAUAN KASUS
Anamnesis
Status Generalisata
- Kesadaran : Compos mentis (GCS E4 V5 M6)
- Berat badan : 21 kg
- Status gizi : Gizi baik
- Pernafasan : 24 kali/menit
- Nadi : 96 kali/menit
- TD : 90/70 mmHg
- Suhu : 36o C
TINJAUAN KASUS
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
- Airway bebas
- Gurgling/snoring/crowing: (-/-/-), potrusi mandibular (-), buka mulut 5
cm, jarak mentohyoid 4 cm, jarak hyothyoid 4 cm, leher pendek (-), gerak
leher bebas, tonsil (T1-T1), faring hiperemis (-).
- frekuensi pernapasan 24 kali/menit, suara pernapasan : bronkovesikular
(+/+), suara pernapasan tambahan ronchi (-/-),wheezing (-/-), skor
Mallampati score 1, massa (-), gigi ompong (-), gigi palsu (-).
B2 (Blood)
- Akral hangat, ekstremitas atas (+/+) dan ekstremitas bawah (+/+), tekanan
darah 90/70 mmHg, denyut nadi 96 kali/menit, bunyi jantung S1/S2 murni
regular.
TINJAUAN KASUS
Pemeriksaan Fisik
B3 (Brain)
- Kesadaran composmentis, pupil isokor 2mm/2mm, refleks cahaya (+/+),
anemis (-/-), ikterik (-/-).
B4 (Bladder)
- BAK (+) spontan.
B5 (Bowel)
- Abdomen tampak datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani (+) diseluruh
kuadran abdomen, nyeri tekan (-).
B6 (Back & Bone)
- Edema (-), akral dingin (-).
TINJAUAN KASUS
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Kerja
- Fraktur os Tibia-Fibula.
Tindakan
- Open Reduction Internal Fixation (ORIF).
Kesan Anestesi
- Anak perempuan berumur 10 tahun dengan diagnosis fraktur os tibia-fibula
sinistra pro ORIF dan PS ASA I.
Penatalaksanaan
- Rencana operasi ORIF.
TINJAUAN KASUS
Di Ruangan
- IBS RSU Anutapura. Surat persetujuan tindakan operasi (+), surat
persetujuan tindakan anestesi (+). Puasa selama 8 jam pre operasi.
Kesimpulan
- Diagnosis Pre Operatif : Fraktur os Tibia-Fibula pro ORIF
- Status Operatif : ASA I, Mallampati I
- Jenis Anastesi : General Anestesi
TINJAUAN KASUS
Laporan Anestesi
Penatalaksanaan Anestesi
- Jenis Pembedahan : ORIF Tibia-Fibula Sinistra
- Jenis Anestesi : General Anestesi
- Teknik Anestesi : General Anestesi dengan teknik LMA nomor 2,5
- Mulai Anestesi : 31 Januari 2018, pukul 14.05 WITA
- Mulai Operasi : 31 Januari 2018, pukul 14.10 WITA
- Premedikasi : Midazolam 3mg, Fentanil 30 mg, Ondansentron 4 mg,
Dexametason 5mg
- Induksi : Propofol 1000 mg, Sevoflurance 2 vol %
- Medikasi Tambahan : Ketolorac 30 mg
TINJAUAN KASUS
Preinduksi
Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien, pada kasus ini digunakan laryngeal mask airway
T Tubes
ukuran 2,5
T Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk
I Introducer pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan. Pada pasien ini tidak digunakan
introducel atau stilet.
Komponen STATICS
TINJAUAN KASUS
Intra Operatif
Berat Badan: 21 Kg
Estimated Blood Volume (EBV): BBx 65cc/kgBBm; 21 kg x 65 cc = 1.365 cc
Jumlah Perdarahan: ± 200 cc
% Perdarahan: 200 cc / 1.365 cc x 100% = 14,65%
Cairan masuk
- Pre operatif : Kristaloid RL 150 ml
- Durante operatif : Kristaloid RL 400 ml
- Total input cairan : Kristaloid RL 450 ml
Cairan keluar durante operatif
- Perdarahan : ± 200 cc
- Urin dan total output cairan : (-) dan ± 200 cc
TINJAUAN KASUS
Pemberian Cairan
Perhitungan Cairan
- Cairan Maintenance (M) : 21 kg x 35 = 735 = 30,6 cc/jam
- Cairan Defisit Pengganti Puasa : 8 x 30,6 = 244,8 ml; 244,8 ml – 150 = 94,8 ml
- Stress Operasi Sedang : 4 ml x 21 kg = 84 cc/jam
- Cairan Defisit Darah selama Operasi : 200 ml x 3 = 600 ml
- Untuk mengganti kehilangan darah 200 ml diperlukan 600 ml cairan kristaloid.
- Total kebutahan cairan selama 2 jam 5 menit operasi: 30,6 + 94,8 + 84 + 600 = 809 ml.
TINJAUAN KASUS
Post Operatif
Pasien, An. N, 10 tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi ORIF pada
tanggal 31 Januari 2019 dengan diagnosis pre operatif Tibia-Fibula Sinistra pro ORIF.
Pada anamnesis didapatkan riwayat fraktur tibia-fibula sinistra, dan pasien tidak memiliki
riwayat menjalani operasi dan anestesi sebelumnya. Sebelumnya telah dilakukan
informed consent terhadap orang tua pasien terkait tindakan yang diberikan beserta
konsekuensinya.
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan hematologi rutin untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan perdarahan serta dilakukan juga pemeriksaan uji
imunoserologi HbsAg.
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan tekanan darah 90/70 mmHg; nadi
96x/menit; respirasi 24x/menit; suhu 36OC. Dari pemeriksaan laboratorium hematologi,
WBC 13 g/dL, RGB 3,9 g/dL, HGB 11,3 g/dL, HCT 32 %, GDS 110 mg/dL, dan HbsAg (non
reaktif).
Pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit berat, alergi, dan dapat berkomunikasi serta
beraktivitas dengan normal.
PEMBAHASAN
I. Pasien normal dan sehat fisik dan mental
II. Pasien dengan penyakit sistemik ringan dan tidak ada keterbatasan
fungsional.
III. Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan
keterbatasan fungsi.
IV. Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam hidup dan
menyebabkan ketidakmampuan fungsi.
V. Pasien yang tidak dapat hidup/bertahan dalam 24 jam dengan atau tanpa
operasi.
VI. Pasien mati otak yang organ tubuhnya dapat diambil.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini, pemeriksaan fisik ataupun laboratorium tidak menunjukkan adanya
gangguan yang dapat menjadi kontraindikasi dilakukannya tindakan.
Indikasi dilakukan general anestesi adalah karena pada kasus ini diperlukan hilangnya
kesadaran, rasa sakit, amnesia dan mencegah resiko aspirasi dengan menggunakan
premedikasi. Teknik anestesinya dengan pemasangan LMA nomor 2,5.
Selama operasi juga perlu dimonitoring kebutuhan cairan, dimana perkiraan berat badan
pasien adalah 21kg, maka estimated blood volume = 21kg x 65cc = 1.365 cc (estimated
blood volume pada perempuan 65cc/kgBB).
Pada pasien ini didapatkan EBV sekitar 14,65% sehingga tidak dilakukan pemberian
transfusi darah.
Total kebutuhan cairan durante operasi adalah 809 ml.
Selama operasi pasien diberikan obat golongan analgetik narkotik berupa petidin 1 mg,
propofol 30 mg, dan analgetik ketorolac 30 mg.
KESIMPULAN
Pasien An. N umur 10 tahun dengan diagnosis fraktur tibia-fibula sinistra pro ORIF
menjalani tindakan open reduction internal fixation (ORIF) dengan status fisik ASA I dan
skor mallampati 1.
Teknik anestesi yang dipilih adalah anestesi general (umum) dengan LMA, respirasi
spontan.
Anestesi general tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri
secara sentral, disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversibel.
Laryngeal Mask Airway (LMA) atau sungkup laring adalah alat bantu pernapasan
(penanganan jalan nafas) yang dimasukkan kedalam laring.
Selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi
maupun dari tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal yang
memerlukan penanganan serius.
Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung dengan baik.