Anda di halaman 1dari 20

Bengkak pada Kaki Kiri yang disertai

Edema Non-Pitting dan Demam


yang Naik Turun

Aprianus M Dopong 102011156


Lusia Paramita 102013007
Felysia Margaret Giovani 102013211
Torda Febriantika 102014065
Dicky Alfian Ade Muda 102014096
Midellia Lintin 102014137
Kurnia Datu K Lethe 102014199
Andry Larzsen Manurung 102014 256

Tutor: dr. Ridwan Samiadji


Identifikasi Istilah
Tidak ada

Rumusan Masalah :
Laki-laki 45 tahun bengkak pada tungkai kiri
satu bulan yang lalu
Anamnesis RM
Pencegahan

Pemeriksaan Fisik
Penatalaksanaan
dan Penunjang

DD Patofisiologis
dan Imunologi

WD
Epidemiologi
Etiologi dan
Vektor Perantara

Mind Map
Anamnesis
Anamnesis :
• Suatu teknik wawancara terhadap pasien disertai dengan empati.
• Terdiri dari :
 Identitas
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang atau riwayat perjalanan penyakit
 Riwayat penyakit dahulu
 Anamnesis susunan sistem
 Riwayat penyakit dalam keluarga

Didalam kasus didapati bahwa:


Identitas : Seorang laki-laki berusia 45 tahun.
Keluhan utama : Bengkak pada tungkai kirinya sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh demam naik turun setiap 3 hari, BAK
dengan kencing yang berwarna putih seperti susu.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik :
 Untuk memperkuat temuan-temuan dalam anamnesis.
 Teknik pemeriksaan fisik :
 Inspeksi  Kesadaran  Kompos Mentis  Sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dimana pasien dapat
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
 Palpasi  Nyeri tekan
 Perkusi
 Auskultasi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik :
 Melihat keadaan umum pasien dibagi :
 Tampak sakit ringan
 Tampak sakit sedang
 Tampak sakit berat.
 Pemeriksaan tanda-tanda vital :
 Suhu  37,2˚C
 Tekanan darah  120/80 mmHg
 Frekuensi Pernapasan (RR)  20x/mnt
 Frekuensi Ddenyut nadi (HD)  80x/mnt
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan parasit  Sulit
 Cacing dewasa  Pembuluh getah bening atau kelenjar getah bening  Sulit dijangkau
 Mikrofilaria  Darah, cairan hidrokel, dll  Mikroskopik  Membran filtrasi

Pemeriksaan Darah Tebal  Pewarnaan Giemsa atau Wright  Pagi dan Sore
 Pemeriksaan antigen W. bancrofti  ELISA & ICT  Antibodi monoklonal  AD12 & Og4C3
 Pemeriksaan serologi antibodi  antibodi subklas IgG4
 Limfosintigrafi dengan radionuklir pada ekstremitas  Abnormalitas sistem limfatik
 Pemeriksaan USG Dopler skrotum  Pria
Cacing dewasa
 Pemeriksaan USG Dopler payudara  Wanita
 Pemeriksaan PCR  Mendeteksi DNA W. bancrofti
Differetial Diagnosis (DD)
Limfadenitis Servikal :
– Infeksi primer pada kelenjar limfe.
– Sering dijumpai pada anak anak.
– Organisme penyebab :
• Bakteri
 Tubuh  Faring, hidung, gigi, atau luka pada kulit.
• Staphylococcus aureus
– Patogen lain :
• Streptococcus grup A, Mycobaterium tuberculosis
• Mikrobakterium atipik, basil Gram negatif, Haemophilus influenzae, bakteri
anaerob, Francisella tularensis, dan Yersinia pestis.
– Pemeriksaan fisik  adanya kelenjar limfe yang padat, hangat, eritematosa dan nyeri
» demam dan peningkatan jumlah leukosit  anak-anak
– Tidak berkomplikasi  Antibiotik  Oksasilin atau cefalexin.
Working Diagnosis (WD)
• Working diagnosis adalah diagnosis utama yang terlihat dari tanda-tanda yang ada
pada pasien saat datang kepada dokter tersebut.

• Dalam skenario ini working diagnosisnya adalah filariasis limfatik


Filariasis

• Infeksi Wuchereria bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup


(stadium seksual) dan menjadi dewasa didalam kelenjar getah bening manusia
sebagai pejamu definitif.
• Menimbulkan sindroma klinis, ditandai pada awal stadium dengan limfangitis
dan limfadenitis akut, dan, kemudian oleh obstruksi limfatik dengan hidrokel
dan elefantiasis.
Etiologi
Filariasis disebabkan oleh :
 Investasi satu atau dua cacing jenis filaria

Wucheria bancrofti
 Famili Filaridae
Brugia malayi

 Bentuk langsing.
 Ditemukan di dalam sistem peredaran darah
limfe, otot, jaringan ikat atau rongga serosa pada
vertebrata.
 Cacing bentuk dewasa dapat ditemukan pada
pembuluh dan jaringan limfa pasien.

Larva filaria  Probosis nyamuk Manusia  Selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun 


Cacing dewasa di pembuluh dan kelenjar limfe Cacing betina dewasa  Mikrofilaria  Aliran
darah

Vektor :
 Di kota  nyamuk Culex quinque fasciatus
 Di desa  nyamuk Anopheles atau Aedes
Etiologi
Epidemiologi
 Dijumpai di perkotaan atau pedesaan.
 Di Indonesia  di pedesaan  penyebarannya bersifat fokal.
 Kelompok umur dewasa muda.
 Mikrofilaria meningkat :
• Umur pada anak-anak.
• Antara umur 20-30 tahun.
• Pada saat usia pertumbuhan.
• Lebih tinggi pada laki-laki dibanding wanita.
Patofisiologis
Stadium berdasarkan akibat infeksi filaria yaitu:
– Bentuk tanpa gejala
– Filariasis dengan peradangan
– Filariasis dengan penyumbatan

Bentuk Tanpa Gejala


– Pemeriksaan fisik  Pembesaran kelenjar limfe terutama daerah inguinal.
– Pemeriksaan darah  Mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya
eosinofilia.
– Cacing dewasa mati  Mikrofilaria menghilang tanpa pasien menyadari
adanya infeksi.
Patofisiologis
Filariasis Dengan Peradangan
– Infeksi primer : Limfangitis  Inflamasi eosinofil akut  Tanda : Alergik terhadap
metabolisme cacing dewasa yang hidup atau mati.
– Demam  Infeksi sekunder dan bakteri.
– Pada orang laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai dengan penebalan dan rasa
nyeri, epididimitis (cacing dewasa yang berdegenerasi) , orkitis dan pembengkakan
skrotum.
– Stadium menahun  disertai dengan elephantiasis.
– Hematuria  Mikrofilaria yang beredar dalam darah.
– Tropical pulmonary eosinophilia  Respon berlebihan imunologik terhadap infeksi
filaria.

 Kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi.


 Gejala mirip asma.
 Penyakit perut restritif (dan kadang obstruktif).
 Kadar antibodi spesifik antifilaria sangat tinggi.
 Respons pengobatan yang baik dengan terapi antifilaria (DEC).3
Patofisiologis
Filariasis Dengan Penyumbatan
– Penyumbatan saluran  Mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian luar
alat kelamin pada wanita.
– Elephantiasis pada umumnya mengenai tungkai serta alat kelamin.
– Limfedema pada filariasi bancrofti biasanya mengenai seluruh tungkai. Limfedema tungkai
ini dapat dibagi dalam 4 tingkat, yaitu:
 Tingkat 1, Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal (reversibel) bila
tungkai diangkat.
 Tingkat 2, Pitting/non pitting edema yang tidak dapat kembali normal (irreversibel)
bila tungkai diangkat.
 Tingkat 3, Edema non pitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai diangkat, kulit
menjadi tebal.
 Tingkat 4, Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit
(elephantiasis).
– Cairan hidrokel ini  Jernih, namun pada beberapa kasus bisa keruh  Hidrokel.
Penatalaksanaan

Perawatan Umum
Perawatan Umum :
 Istirahat di tempat tidur.
 Pindah tempat ke daerah yang dingin.
 Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan asbes.
 Pengikatan didaerah pembendungan akan mengurangi edema.
Pengobatan Spesifik
Pengobatan Infeksi
 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  DEC 6mg/kg BB/hari  12 hari  Masal
 Ivermektin 200mg/kgBB :
 Menurunkan kadar mikrofilaremia.
 Tidak dapat membunuh cacing dewasa.
 Albendazol 400 mg : Pencegahan di populasi
 Sifat  Makrofilarisidal untuk W. bancrofti
 Pemberian setiap hari selama 2-3 minggu.

Pengobatan Penyakit
 Pencucian dengan sabun dan air dua kali per hari.
 Menaikkan tungkai yang terkena pada malam hari.
 Ekstremitas digerakkan teratur  Melancarkan aliran.
 Memakai alas kaki.
 Menjaga kebersihan kuku.
 Mengobati luka kecil dengan krim antiseptik atau antibiotik.
Pencegahan

Massal
Kontrol penyakit pada populasi adalah melalui kontrol vektor (nyamuk).

Individu
 Mengurangi kontak dengan vektor :
 Penggunaan obat oles anti nyamuk.
 Kelambu.
 Insektisida.
Kesimpulan

Limfadenitis filariasis disebabkan oleh cacing W. bancrofti.

Anda mungkin juga menyukai