Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

Disampaikan pada PetroGas Days UI 2017


Jakarta, 16 Maret 2017
1
KEMENTERIAN ESDM
Daftar isi:
I. Pengarusutamaan EBT
II. Potensi Energi Baru Terbarukan
III. Program Pengembangan EBT
IV. Capaian Pengembangan EBT
V. Tantangan dan Upaya Kedepan

2
KEMENTERIAN ESDM
I. Pengarusutamaan EBT

3
KEMENTERIAN ESDM
Clustering EBTKE: Terminologi UU 30/2007 tentang Energi
Upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan
KE sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya (PP 70/2009 tentang Konservasi Energi)
Konservasi
Energi
Batubara Tercairkan (Liquified Coal)
Gas Metana Batubara (Coal Bed Methane)
Batubara Tergaskan (Gasified Coal)
EB Nuklir
EBTKE Hidrogen
Energi
Metana yang lain
Baru

Panas Bumi
EBT Hidro
Bioenergi
Surya
ET Angin
Laut
Energi
Terbarukan
4
KEMENTERIAN ESDM
Kebijakan Energi Nasional (PP 79/2014)

1 Memaksimalkan penggunaan energi terbarukan;

2 Meminimalkan penggunaan minyak bumi;

3 Mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru;

4 Menggunakan batubara sebagai andalan pasokan energi nasional;

5 Memanfaatkan nuklir sebagai pilihan terakhir.


Paragraf (2): Prioritas Pengembangan Energi, pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014
tentang Kebjakan Energi Nasional

55
KEMENTERIAN ESDM
3 Pilar Utama Percepatan, Pengembangan dan Pemanfaatan EBT

2
1

PROSES BISNIS YANG EFEKTIF

SDM YANG KOMPETEN


3

TEKNOLOGI YANG MEMADAI

6
KEMENTERIAN ESDM
II. Potensi Energi Baru Terbarukan

7
KEMENTERIAN ESDM
Potensi Energi Baru Terbarukan
Panas Bumi
Surya Sumber Daya : 12,3 GW
207,8 GWp Reserve : 17,2 GW
PLTA, PLTM/H
75 GW

PLTA 5,124 GW
0,085 GWp (0,04%) 1,64 GW (5,6%)
PLTMH 0,162 GW (7,07%)
Bioenergi
Energi Laut
Angin 32,6 GW
17,9 GW
60,6 GW BBN
200 Ribu Bph

1,1 MW (0,002%) 1,78 GW (5,5%)


0,0 MW (0,000%)
Energi Fosil
Cadangan terbukti:
8,80 GW
• Minyak Bumi
• Gas Bumi
: 3,6 miliar barel
: 100,3 TSCF
443,2 GW (2% terhadap potensi)
• Batubara : 7,2 miliar ton
Produksi:
• Minyak Bumi : 288 Juta barel Kapasitas terpasang
• Gas Bumi
• Batubara
: 2,97 TSCF
: 434 juta ton Pembangkit saat ini 59.656 MW
Diperkirakan akan habis:
• Minyak Bumi
• Gas Bumi
: 13 tahun
: 34 tahun
Rencana 35.000 MW New project
Pembangunan Pembangkit +7.500 MW
• Batubara : 16 tahun

8
KEMENTERIAN ESDM
III. Program Pengembangan EBT

9
KEMENTERIAN ESDM
Target Penyediaan Energi Primer EBT Tahun 2025 sesuai RUEN
1. PLT Panas Bumi, 7,2 GW
Kapasitas Pembangkit Listrik Nasional 135 GW Listrik 2. PLT Hidro, 17,9 GW
69,2 EBT 45
3.
4.
PLT Mikrohidro, 3 GW
PLT Bioenergi, 5,5 GW
Kapasitas Pembangkit Listrik EBT 45 GW MTOE 5. PLT Surya, 6,5 GW
GW 6.
7.
PLT Angin, 1,8 GW
PLT EBT lainnya, 3 GW

Gas
23% EBT 92,2
Bauran EBT
MTOE
22% 23%
23,0 Biofuel 13,69*)
~ 400 MTOE
juta kilo liter

MTOE Biomassa 8,4


juta ton

30% 25% Biogas 489,8


Minyak juta m3
46,0
CBM mmscfd
Batubara
*) tidak termasuk biofuel untuk pembangkit listrik
sebesar 0,7 juta kL tahun 2025

10
KEMENTERIAN ESDM
Peraturan Pendukung Energi Baru Terbarukan
1. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, Pasal 20 ayat (3) mengamanatkan
bahwa penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Pasal 9
mengamanatkan bahwa peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23% tahun
2025 dan paling sedikit 31% tahun 2050 sepanjang keekonomiannya terpenuhi;
3. Peraturan Presiden Nomor 4/2016 tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan,
Pasal 14 mengamanatkan bahwa pelaksanaan percepatan infrastruktur ketenagalistrikan
mengutamakan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Pemerintah Pusat dan/ atau
Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan berupa pemberian insentif fiskal,
kemudahan Perizinan dan Nonperizinan, penetapan harga beli tenaga listrik dari masing-
masing jenis sumber energi baru dan terbarukan, pembentukan badan usaha tersendiri
dalam rangka penyediaan tenaga listrik untuk dijual ke PT PLN (Persero), dan/atau
penyediaan subsidi.
4. Peraturan Menteri Keuangan tentang insentif fiskal dan non fiskal pengembangan EBT;
5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

11
KEMENTERIAN ESDM
IV. Capaian Pengembangan EBT

12
KEMENTERIAN ESDM
Capaian Pengembangan EBTKE (1/2)
PEMBANGUNAN PLT PANAS BUMI dalam MW PEMBANGUNAN PLT BIOENERGI dalam MW

1.438,5 (2015) 1.643,5 (2016) 1.767,1 (2015) 1.787,9 (2016)

• Tambahan PLTP tahun 2016 sebesar 205 MW, dari PLTP Sarulla Unit Evaluasi feed in tarif yang lebih kompetitif dan mencerminkan
1 (110 MW), PLTP Lahendong Unit 5&6 (2x20 MW), & PLTP Ulubelu efektifitas biaya dengan regionalisasi.
Unit 3 (55 MW);
• Evaluasi feed in tarif yang lebih kompetitif dan mencerminkan
efektifitas biaya dengan regionalisasi.

PEMBANGUNAN PLTS dan PLTM/MH dalam MW BAHAN BAKAR NABATI (BBN) dalam Juta KL

273,1 (2015) 282,5 (2016) 1,65 (2015) 3,03 (2016)

Evaluasi feed in tarif yang lebih kompetitif dan mencerminkan • Kebijakan mandatory campuran BBN ke BBM sebesar 20% (B20)
efektifitas biaya dengan regionalisasi. pada tahun 2016;
• Tantangan pengembangan BBN: Rendahnya harga minyak dunia,
menyebabkan selisih harga BBN & BBM tinggi;
• Subsidi BBN telah berjalan.

13
KEMENTERIAN ESDM
Capaian Pengembangan EBTKE (2/2)
PENERIMAAN NEGARA dalam Triliun Rupiah INVESTASI dalam Triliun Rupiah

0,88 (2015) 0,907 (2016) 30,10 (2015) 21,22 (2016)

Untuk meningkatkan investasi, dilakukan:


• Pemberian Kemudahan dan/atau insentif;
• Menyediakan mekanisme feed in tariff dalam
penetapan harga jual EBT;
• Dukungan pemberian insentif fiskal.
PENURUNAN EMISI CO2 dalam Juta Ton CO2

29,6 (2015) 31,6 (2016)

Penurunan emisi CO2 dilakukan melalui aksi mitigasi:


• Target 23% bauran energi primer EBT pada tahun 2025;
• Pengelolaan sampah untuk energi listrik;
• Penerapan konservasi energi di sektor industri, bangunan
gedung dan rumah tangga.

14
KEMENTERIAN ESDM
V. Tantangan dan Upaya Kedepan

15
KEMENTERIAN ESDM
Tantangan
1. Penyamaan pola pikir dalam pengembangan EBTKE masih perlu
ditingkatkan;
2. Skema bisnis dan Insentif belum optimum;
3. Harga relatif masih mahal;
4. Penyediaan bahan baku yang dedicated dan berkelanjutan
5. Potensi/Cadangan perlu diperbaharui;
6. Kecuali untuk panas bumi (dan sebagian PLTA), belum ada daftar proyek
pembangkit EBT yang pasti/committed;
7. Sistem Interkoneksi masih terbatas;

16
KEMENTERIAN ESDM
UPAYA KE DEPAN I
Dengan trend pertumbuhan EBT selama 5 tahun terakhir,
pencapaian target EBT memerlukan upaya dan strategi khusus;
1. Melakukan sosialisasi untuk penyamaan pola pikir stakeholder
dalam pengembangan EBTKE;
2. Mendorong prioritas pengembangan:
• Jangka pendek 1-3 tahun: mendorong PLT Bioenergi (PLTBg 1000MW,
PLTBm 1000MW), PLTS (5000MW) dan PLTB;
• Jangka menengah 4 – 7 tahun: pengembangan panas bumi, PLTA
3. Penyediaan jaringan transmisi melalui APBN dan/atau PLN;
4. Penyempurnaan iklim investasi melalui penyediaan insentif dan
kemudahan.
5. Memfasilitasi pelaksanaan Permen ESDM Nomor 12 Tahun
2017

17
KEMENTERIAN ESDM
UPAYA KE DEPAN II
Penyempurnaan iklim investasi melalui insentif dan
kemudahan:
1. Mendorong proyek-proyek dengan skema Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
2. Penyusunan Paket Insentif Percepatan EBT
3. Pemanfaatan pendanaan Climate Change Trust Fund,
bilateral dan multilateral
4. Meningkatkan program Dana Alokasi Khusus EBT
5. Mendorong BUMN sebagai pengembang
6. Pemanfaatan mekanisme perdagangan karbon

18
KEMENTERIAN ESDM
Harapan: Sinkronisasi Peran Stakeholders
 Menyusun regulasi dan kebijakan;  Melakukan pengusahaan EBTKE;
 Fasilitator;  Memproduksi EBTKE;
 Memberikan pembinaan dan pengawasan; Government  Berkontribusi dalam penerimaan
 Melaksanakan program di bidang EBTKE; negara dan kegiatan ekonomi.
 Diseminasi informasi program EBTKE.

Academy EBTKE Bussiness

 Berperan aktif dalam mendorong


 Mengembangkan sektor litbang;
pemanfaatan EBTKE;
 Inovasi teknologi (mengurangi
 Sebagai penerima manfaat, ikut
ketergantungan asing);
berkontribusi dalam menjaga
 Rekomendasi regulasi teknis/standard Community keberlanjutan pemanfaatan EBTKE;
 Capacity building.
 Ikut berkontribusi dalam diseminasi
informasi pemanfaatan EBTKE.

19
KEMENTERIAN ESDM
www.esdm.go.id

20
KEMENTERIAN ESDM
Potensi Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN)
JENIS BBN PENGGUNAAN BAHAN BAKU
Biodiesel Pengganti solar Minyak nabati seperti minyak kelapa sawit (CPO),
kelapa, jarak pagar, nyamplung, kemiri sunan,
mikro alga
Bioethanol Pengganti bensin Tanaman yang mengandung pati/gula seperti
tebu/molasses, singkong, sagu, sorgum, nipah,
aren, dan ligno selulosa
Biooil
- Biokerosin - Pengganti minyak Minyak nabati (straight vegetable oil): Kelapa
tanah Sawit, Kelapa
- Minyak bakar - Pengganti IDO Biomass melalui proses pirolisis dan PPO (Pure
(Industrial Diesel Oil) Plant Oil)
- Bioavtur Pengganti avtur Minyak nabati (straight vegetable oil): Kelapa
Sawit, Kelapa
Biomass melalui proses pirolisis dan PPO
Potensi bahan baku BBN:
• sekitar 30 Juta ton CPO/tahun (230 Juta BOE)
• 1.5 juta ton tetes tebu/tahun (3.1 Juta BOE)
• 14 Juta ton singkong/year (14.8 juta BOE)
21
KEMENTERIAN ESDM
Potensi Hutan Produksi untuk Listrik
Desain
- Hutan Tanaman Energi
Hutan (Target 100.000 Ha)
-Untuk Listrik
Produksi - Potensi Buah/Biji -Untuk BBN
- Perdu, Rumput, Tanaman
Hutan/Bawah

30.893.586 Ha

Terdapat 30 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HTI) seluas ± 1.158.854 Ha yang mendukung
pembangunan Hutan Tanaman Energi (HTE) :
• IUPHHK-HTI yang sejak awal untuk energi sebanyak 4 Izin dengan luas ± 73.440 Ha.
• IUPHHK-HTI yang sudah berkomitmen untuk energi sebanyak 26 Izin dengan luas ± 1.085.414 Ha.
• 1-5% Total EBT (23,1% s/d 2020) diupayakan dialokasikan dari HTE

Potensi Biomassa Hutan untuk Listrik: 50 – 70 GW

Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016


22
KEMENTERIAN ESDM
Potensi Limbah Industri Kelapa Sawit untuk Listrik

Cangkang Serat Tandan Buah Kosong Palm Oil Mill Efluent (POME)

130 kg (13 %) serabut


65 kg (6,5 %) Cangkang
1 ton TBS 230 kg (23 %) Tandan kosong
600-700 kg (60-70 %) POME

Kebun kelapa sawit memberikan kontribusi terhadap Pabrik Pemanfaatan limbah kelapa sawit yang dihasilkan
penyerapan CO2. Kebun sawit mampu menyerap 13,7 untuk memenuhi kebutuhan energi khususnya listrik
Kelapa pada PKS itu sendiri dan/atau dijual langsung ke
ton CO2 per ha, di sisi lain unit usaha kelapa sawit
menghasilkan 3,6 ton CO2 per ha yang sebagian besar
Sawit masyarakat atau PLN

berasal dari Palm Oil Mill Effluents (POME)


(Joko Supriyono – ketua Gapki)
23
KEMENTERIAN ESDM
Peraturan Pendukung Energi Baru Terbarukan
1. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, Pasal 20 ayat (3)
mengamanatkan bahwa penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib
ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Pasal
9 mengamanatkan bahwa peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23%
tahun 2025 dan paling sedikit 31% tahun 2050 sepanjang keekonomiannya terpenuhi;
3. Peraturan Presiden Nomor 4/2016 tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan,
Pasal 14 mengamanatkan bahwa pelaksanaan percepatan infrastruktur
ketenagalistrikan mengutamakan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Pemerintah
Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan berupa pemberian
insentif fiskal, kemudahan Perizinan dan Nonperizinan, penetapan harga beli tenaga
listrik dari masing-masing jenis sumber energi baru dan terbarukan, pembentukan
badan usaha tersendiri dalam rangka penyediaan tenaga listrik untuk dijual ke PT PLN
(Persero), dan/atau penyediaan subsidi.
4. Peraturan Menteri Keuangan tentang insentif fiskal dan non fiskal pengembangan
EBT;
5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

24
KEMENTERIAN ESDM
Peta Potensi Biomassa untuk Pembangkit Listrik (GWe)

Sumber Potensi Biomassa (MWe)

25
KEMENTERIAN ESDM
Aspek Berkelanjutan Bioenergi

Lingkungan

• Keberlanjutan tidak bisa lepas


dari 3 aspek yaitu lingkungan,
ekonomi, dan sosial yang
Ekonomi Sosial ketiganya saling berkaitan
• Untuk menjaga keberlanjutan
diperlukan upaya berbagai
pihak

26
KEMENTERIAN ESDM
Target Penyediaan Energi Primer EBT Tahun 2025 sesuai RUEN
1. PLT Panas Bumi, 7,2 GW
Kapasitas Pembangkit Listrik Nasional 135 GW Listrik 2. PLT Hidro, 17,9 GW
69,2 EBT 45
3.
4.
PLT Mikrohidro, 3 GW
PLT Bioenergi, 5,5 GW
Kapasitas Pembangkit Listrik EBT 45 GW MTOE 5. PLT Surya, 6,5 GW
GW 6.
7.
PLT Angin, 1,8 GW
PLT EBT lainnya, 3 GW

Gas
23% EBT 92,2
Bauran EBT
MTOE
22% 23%
23,0 Biofuel 13,69*)
~ 400 MTOE
juta kilo liter

MTOE Biomassa 8,4


juta ton

30% 25% Biogas 489,8


Minyak juta m3
46,0
CBM mmscfd
Batubara
*) tidak termasuk biofuel untuk pembangkit listrik
sebesar 0,7 juta kL tahun 2025

27
KEMENTERIAN ESDM
Strategi dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan
Bauran
2016
Bauran Energi Primer dalam %

2017 2018 2019 2020 2025


STRATEGI
Energi
1. Mewujudkan birokrat bersih, akuntabel, efektif,
Minyak 35% 34% 32% 31% 29% 25%
efisien dan melayani;
Gas 21% 21% 21% 21% 21% 22%
2. Melengkapi regulasi;
Batubara 33% 34% 35% 36% 36% 30%
3. Menyederhanakan perizinan dan non perizinan;
EBT 10% 11% 12% 13% 14% 23%
4. Menyediakan insentif;
TOTAL 100% 100% 100% 100% 100% 100%
5. Meningkatkan koordinasi dengan Kementerian/
Lembaga, Pemda dan Asosiasi;
Kapasitas PLT EBT dalam MW 6. Menggalakkan kampanye hemat energi;
Jenis PLT 2016 2017 2018 2019 2020 2025 7. Memperbaharui data potensi EBT;
PLTP 1.654 1.909 2.133 2.520 3.109 7.241 8. Memperkuat jejaring kerja;
PLTA 4.872 4.929 5.103 5.468 5.615 17.987
PLTM/MH 231 314 520 815 1.000 3.000
PLT Bio 1.802 1.881 2.030 2.200 2500 5.500 + 36,3 GW LISTRIK EBT
PLTS 108 225 375 550 900 6.500 DALAM 10 TAHUN
PLT Bayu 4 74 204 399 600 1800
RATA-RATA PER TAHUN 3,6 GW
EBT lain *) 809,8 1.232,6 1.675 2.059 2.433 3.125
TOTAL 9.478,9 10.563 12.041 14.012 16.157 45.153
DIBUTUHKAN ± Rp. 1.600 triliun

*) EBT lain terdiri dari arus laut dan energi baru. 28


KEMENTERIAN ESDM
Harga Jual Listrik berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2017
Jenis Tarif Listrik
No Kapasitas Keterangan
Pembangkit (cent USD/kWh)
BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
1. PLTP
B to B BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
min 15 MW 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
2. PLTS Fotovoltaik
(total paket) BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional,
≤ 10 MW 85% BPP Setempat
faktor kapasitas min 65%
3. PLTA
BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional,
> 10 MW 85% BPP Setempat
beroperasi sesuai kebutuhan sistem
85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
≤ 10 MW
4. PLTBm BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
> 10 MW B to B Kesepakatan para Pihak
85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
≤ 10 MW
5. PLTBg BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
> 10 MW B to B Kesepakatan para Pihak
BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
6. PLTSa
B to B BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional
7. PLTB min 15 MW 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional
(total paket) BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional

29
KEMENTERIAN ESDM
26.9 PLTSa

Potensi & Investasi Pengembangan EBT 33.4 33.4 18.9 19.2


22.9
23.9 PLTBg
PLTBm
17.6 17.9
BPP setempat
33.4 POTENSI EBTPLTP
26.9 26.9 PLTSa PLTSa
13.1
cent$/kWh Giga Watt (GW)
PLTMH
33.4 33.4
33.4 33.4
22.9
23.9
22.9
23.9 PLTBg
10.9 PLTBg 100% BPP
26.9setempat PLTSa PLTA
PLTBm26.9 PLTBm PLTSa
18.9
17.9
19.2 18.9 19.2 PLTSa 26.926.9 PLTSa
22.9
26.9
23.9 85% BPP setempat PLTBgPLTSaPLTB
PLTP
23.9 PLTP PLTBg
23.9
23.9 PLTBg22.9
PLTBg 23.9 PLTBg
22.9 4.9 22.9
22.9
PLTBm PLTS
PLTMH PLTMH 18.9
PLTBm 19.2 PLTBm
PLTBm PLTBm
18.9 19.2 18.9
18.9 19.2
19.2 17.6 17.9 18.9 19.2 18.9 19.
17.6 17.9 17.6
17.6 17.9
17.9 PLTA PLTA 17.6
PLTP
17.9
PLTP
PLTP 17.6 PLTP
17.9
PLTP Total
33.4
3.1 13.1
13.1
PLTB
13.1 PLTB
13.1 PLTMH PLTMH
PLTMH 13.1
PLTMH
PLTMH
Babel Maluku NTB Riau Aceh Sulutenggo NTT Sumut Kaltim Kalbar Papua
10.9
10.9 10.9 PLTS 10.9 PLTS 10.9
PLTA PLTA
PLTA 26.9 PLTA PLTA
PLTSa
Total Total PLTB 23.9
4.9 4.9 4.9
PLTB PLTB
22.9 4.9
PLTB PLTB
PLTBg
4.9 PLTS PLTS
PLTS PLTS
PLTBm
PLTS
Aceh NTTSulutenggo
utenggo Sumut NTTKaltim Sumut
Kalbar Kaltim
Papua Kalbar Papua
PLTSa 18.9 19.2 PLTSa
14,18 12,41 17.6 Total
17.9 Total
Total PLTP Total
12,05 10,55
PLTP PLTP Total 33.4
13.1 PLTMH
NTB Babel Maluku
Babel
Riau MalukuSulutenggo
Aceh NTBNTB Riau
Riau
NTT Aceh Sulutenggo
Aceh
Sumut Sulutenggo
Babel
Kaltim
10.9
NTT
Maluku
NTT
Kalbar Sumut Kaltim
NTB
Sumut
Papua Riau
Total
Kaltim Kalbar
Kalbar Sulutenggo
Aceh Papua
Papua NTT
Total
Babel
Sumut Maluku
Kaltim NTB
Kalbar Riau
Papua Aceh
33.4
Sulutenggo NT
Babel
9,01 Maluku NTB 14,45 Riau Aceh 10
Sulutenggo 11,67 Sumut
NTT Kaltim Kalbar Papua PLTA 26.9
33.4
12,28 8,50 9,92
7,66 16,62 22.9 PLTB
23.9
4.9 26.9 PLTSa
14,13 PLTS
1.36
0.08
1.36
17.60.08 17.9
18.9
22.9
19.2 23.9 26.9
PLTBg PLTSa
Total
PLTBmPLTBg
23.9
22.9
19.2
18.9
Babel Sulselrabar
Maluku NTBKalselteng
Riau Aceh 17.6
13.1 17.9 Kalselteng
Sulselrabar
Sulutenggo NTT Sumut Kaltim
19.2 Kalbar Papua PLTP PLTBm
10.9 18.9
17.6 17.9
PLTMHPLTP
14,72 8,76 8,03
13.1
12,51 7,45 6,83
10.9
4.9
13.1 PLTA PLTMH
10.9
PLTB PLTA
Total potensi EBT mencapai 210 GW 4.9 4.9
PLTS PLTB
di 13 wilayah prioritas dengan harga yang Babel Maluku NTB Riau Aceh Sulutenggo NTT Sumut Kaltim Kalbar Papua PLTS
Total
menarik (BPP setempat > BPP nasional) 13,67 Total
Babel Maluku NTB Riau Aceh Sulutenggo NTT Sumut Kaltim Kalbar Papua
11,62
Babel Maluku NTB Riau Aceh Sulutenggo NTT Sumut Kaltim Kalbar Papua
16,94
13,54 14,40
11,51
30
KEMENTERIAN ESDM
Rencana Pembangunan Infrastruktur 2017

2
PLTS Tersebar (LTSHE) PLTS Terpusat + Rooftop PLTM/H (6 unit**); di 4
(6 Prov)*) (59 unit; di 17 Provinsi, 59 desa) Provinsi; 6 desa)

Biogas Komunal (2 unit, di 2 REVITALISASI (8 unit PLT


PJU PV/LHE (di 3 Provinsi,
Provinsi, 2 Pondok Pesantren) Hybrid dan 1 unit PLT
8 Kabupaten/kota)
POME)
76 unit Infrastruktur EBT***) Melistriki 106.091 KK KETERANGAN:
95.729 unit LTSHE & Fasilitas Umum *) Direncanakan Revisi Anggaran untuk Program LTSHE;
**) termasuk MYC Oksibil dan Ilaga;
***) tidak ternasuk PJU dan PLTS Tersebar.
31
KEMENTERIAN ESDM
Mandatori Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
KEBIJAKAN BBN  SUBSTITUSI BBM

KEBIJAKAN MANDATORI PEMANFAATAN BBN


Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 dan perubahan ketiganya dengan Permen ESDM No. 12 Tahun 2015
Mandatori pemanfaatan BBN sebagai substitusi BBM/campuran BBM pada sektor BBM PSO, BBM Non PSO, Industri dan Komersial, serta Pembangkit Listrik 
penciptaan pasar BBN dalam negeri  mendorong pengembangan industri BBN DN

A) Mengurangi konsumsi dan impor BBM  substitusi dengan BBN


B) Peningkatan nilai tambah perekonomian dengan pengembangan industri BBN berbasis sumber daya lokal/domestik (CPO menjadi Biodiesel)
C) Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) & peningkatan kualitas lingkungan

PENTAHAPAN MANDATORI PEMANFAATAN BBN SESUAI PERMEN ESDM 12/2015


BIODIESEL (Minimum) BIOETANOL (Minimum)
Sektor April Januari Januari Januari Sector April Januari Januari Januari
2015 2016 2020 2025 2015 2016 2020 2025

Usaha Mikro, 15% 20% 30% 30% Usaha Mikro, 1% 2% 5% 20%


Usaha Perikanan, Perikanan,
Usaha Pertanian, Pertanian,
Transportasi, dan Transportasi dan
Pelayanan Umum Pelayanan Umum
(PSO) (PSO)

Transportasi Non 15% 20% 30% 30% Transportasi Non 2% 5% 10% 20%
PSO PSO

Industri dan 15% 20% 30% 30% Industri dan 2% 5% 10% 20%
Komersial Komersil

Pembangkit Listrik 25% 30% 30% 30% Pembangkit Listrik - - - -


32
KEMENTERIAN ESDM

Anda mungkin juga menyukai